Konflik di Pulau Haruku Soal Batas Tanah, Keamanan Maluku Terkendali
Situasi keamanan di Maluku pasca-penyerangan ke salah satu kampung di Pulau Haruku dilaporkan kondusif. Peristiwa itu diharapkan tak digiring ke isu SARA.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
AMBON, KOMPAS — Sehari setelah penyerangan terhadap salah satu kampung di Pulau Haruku, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku, kondisi keamanan di Haruku dan Maluku secara umum terkendali. Semua pihak diminta tidak mengaitkan kasus tersebut dengan isu SARA. Konflik itu murni dipicu sengketa tapal batas.
Kepala Bidang Humas Polda Maluku Komisaris Besar M Roem Ohoirat, lewat sambungan telepon, Kamis (27/1/2022) pagi, mengatakan, sebanyak 300 personel gabungan Polri dan TNI berjaga di perbatasan dua desa yang bertikai. Dari kedua belah pihak terpantau tidak ada lagi gerakan yang mengarah pada pengerahan massa.
Kepala Polda Maluku Inspektur Jenderal Lotharia Latif mendatangi lokasi itu pada Rabu malam. Hingga Kamis pagi, Latif masih berada di sana untuk menemui sejumlah tokoh. Pada Rabu malam, Latif bertemu dengan pihak dari Kampung Pelauw dan, menurut rencana, hari ini akan bergeser ke Kampung Kariuw.
Seperti yang diberitakan sebelumnya, pada Rabu pagi kemarin, puluhan hingga ratusan orang dari Pelauw menyerang Kampung Kariuw. Hampir semua rumah di kampung itu habis dibakar oleh penyerang. Dalam penyerangan itu terdengar bunyi tembakan senjata laras panjang dan ledakan bom.
Penyerangan itu berawal dari saling tegur di antara dua orang warga dari kedua kampung itu. Mereka berdebat di tapal batas. Seketika terjadi konsentrasi massa dari kedua belah pihak, yang beberapa saat kemudian reda. Namun, beberapa jam kemudian, seorang warga Kariuw yang melintas di Pelauw dibacok oleh seorang warga Pelauw.
Sejak Rabu petang itu beredar informasi bahwa akan terjadi penyerangan terhadap Kampung Kariuw. Warga Kariuw pun mengungsi ke tengah hutan dan desa-desa tetangga yang dianggap aman. Pada saat penyerangan itu, rumah warga Kariuw sudah kosong. Beberapa polisi berusaha menghalau, tetapi kewalahan dengan jumlah massa penyerang yang jauh lebih banyak.
Roem juga melaporkan, jumlah korban jiwa dalam penyerangan itu sebanyak tiga orang. Ia tidak menyebutkan dari pihak mana. ”Jadi, banyak informasi yang beredar mengenai jumlah korban dan dari pihak mana saja. Kami tidak mau menyebutkan. Yang pasti ada tiga korban meninggal,” katanya.
Jangan terpancing
Sementara itu, Gubernur Maluku Murad Ismail mengimbau warga yang bertikai dapat menahan diri dan tidak terpengaruh dengan isu-isu provokasi. Dia menegaskan, konflik yang terjadi jangan sampai digiring ke persoalan SARA. Kejadian itu hanya kesalahpahaman terkait dengan batas ulayat.
”Karena itu, saya minta pertikaian ini dihentikan karena tidak ada yang diuntungkan, bahkan akan merugikan banyak pihak. Konflik di mana pun tak membawa keuntungan bagi siapa pun,” ujarnya.
Dirinya meminta tokoh masyarakat dan pemuka agama untuk ikut berperan membangun dialog dan komunikasi. Kasus di Haruku mesti segera dicegah meluas ke daerah lain.
Tokoh masyarakat dan pemuka agama diminta ikut berperan membangun dialog dan komunikasi. Kasus di Haruku segera dicegah jangan sampai meluas ke daerah lain. (Murad Ismail)
”Saya harap konflik di Pulau Haruku dapat segera dilokalisir. Semua pihak harus bisa menahan diri, tidak memperkeruh situasi, dan menyerahkan kepada pihak keamanan untuk mengambil langkah-langkah yang memadai juga terukur dalam memulihkan situasi,” ujarnya.
Sementara itu, untuk mengantisipasi berkembangnya konflik wilayah Pulau Haruku, jajaran Kodam XVI/Pattimura melaksanakan Apel Gelar Kesiapsiagaan Pasukan yang dipimpin langsung oleh Pangdam XVI/Pattimura Mayor Jenderal Richard Tampubolon. Richard berharap konflik bisa segera mereda dan situasi segera kondusif lagi.
Menurut Richard, Kodam siap memberikan bantuan apabila ada permintaan dari Polri. ”Jangan pernah ragu untuk mengambil tindakan tegas terhadap pihak-pihak yang mengancam keselamatan masyarakat ataupun keselamatan prajurit saat bertugas di lapangan,” katanya.