PTM di Kota Semarang Dihentikan, Aktivitas Warga Kembali Dibatasi
Pembelajaran tatap muka dari TK hingga SMP di Kota Semarang, Jawa Tengah, dihentikan selama dua pekan. Pembatasan aktivitas warga juga diperketat. Hal ini menyikapi peningkatan kasus Covid-19.
Oleh
GREGORIUS MAGNUS FINESSO
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Aktivitas pembelajaran tatap muka (PTM) di seluruh SD dan SMP di Kota Semarang, Jawa Tengah, dihentikan selama dua pekan, mulai Senin (7/2/2022). Seluruh kegiatan pembelajaran dikembalikan lagi secara daring menyikapi peningkatan kasus Covid-19 yang mulai muncul di sejumlah sekolah. Selain itu, pembatasan kegiatan masyarakat juga akan diperketat.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang Gunawan Saptogiri menegaskan, PTM dihentikan mulai Senin (7/2/2022) selama dua minggu. Pembelajaran tingkat SD dan SMP akan kembali secara daring (online). ”Pembelajaran secara daring diambil karena tren kasus Covid-19 terus meningkat. Pembelajaran daring akan dilakukan selama dua minggu dan sekolah tatap muka masih menunggu perkembangan kasus Covid-19,” katanya, Jumat (4/2/2022).
Gunawan mengakui, ada kasus Covid-19 di sejumlah sekolah, tetapi belum bisa disebut kluster penularan. Tak hanya siswa, ada pula pengajar yang tertular Covid-19. ”Ada yang satu sekolah satu siswa. Ada satu sekolah satu guru kena. Tapi, sudah ada tracking dan negatif semua,” ujarnya.
Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengatakan, pembelajaran jarak jauh (PJJ) diterapkan salah satunya karena muncul beberapa kasus Covid-19 di sejumlah sekolah. Meski demikian, penghentian PTM sejauh ini berlaku bagi SD dan SMP yang pengelolaannya di bawah Pemkot Semarang. Adapun PTM bagi SMA/SMK sederajat yang pengelolaannya di bawah Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, belum dihentikan.
Hendrar menjelaskan, pemberlakuan PJJ akan diperkuat dengan Peraturan Wali Kota Semarang. Dalam peraturan tersebut akan ada pemberlakuan aturan layaknya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Level 2 meski saat ini Kota Semarang masih masuk Level 1.
”Senin depan diberlakukan Perwal PPKM. Kurang lebih ada pengetatan dari status PPKM Level 1 Kota Semarang. Seperti PNS yang sudah (masuk) 100 persen, dikurangi jadi 75 persen. Mal yang 100 persen dibatasi lagi menjadi 75 persen,” ujar Hendrar.
Dia mengungkapkan, dengan kebijakan tersebut, tidak berarti pihaknya menolak pertumbuhan ekonomi. Namun, Hendrar mengajak semua pihak untuk menahan diri dulu. Jika abai, dia khawatir ada ledakan kasus Covid-19. ”Kalau abai, ini angkanya (kasus) sangat cepat, khawatir akan jadi ledakan. Tetap berkegiatan, sesuai prokes,” ujarnya.
Kesadaran masyarakat menerapkan protokol kesehatan mulai berkurang. Hal ini menyebabkan kasus Covid-19 di Kota Semarang kembali naik.
Hendrar juga menyebut, kesadaran masyarakat menerapkan protokol kesehatan mulai berkurang. Hal ini menyebabkan kasus Covid-19 di Kota Semarang kembali naik. Hendi, sapaan akrab Hendrar Prihadi, menjelaskan, pasien positif Covid-19 kebanyakan adalah warga Kota Semarang. Adapun untuk pasien dari luar kota jumlahnya belum cukup signifikan.
”Ya, pasti, (kasus naik) karena warga mulai abai protokol kesehatan. Terutama kasus Covid-19 masuk karena adanya pelaku perjalanan. Umumnya masyarakat seusai perjalanan dari luar kota atau dari perjalanan jauh,” kata Hendi.
Dari data siagacorona.semarangkota.go.id per Jumat (4/2/2022), kasus positif Covid-19 di Semarang ada 163 orang, 123 orang dari Kota Semarang, dan 40 orang dari luar kota. Covid-19 varian Omicron sudah terdeteksi di Kota Semarang sejak 21 Januari 2022. Pada kasus pertama itu sebanyak empat orang yang merupakan satu keluarga dideteksi positif.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang Moh Abdul Hakam mengungkapkan, ada beberapa kluster yang muncul di Kota Semarang, seperti perkantoran BUMN, sekolah, dan pelaku perjalanan.
Peningkatan kasus didominasi pelaku perjalanan karena penerapan protokol kesehatan yang rendah. Sementara orang yang terpapar di sekolah dan perkantoran tidak banyak.
Ia meminta sekolah dan perkantoran tetap aktif memantau penerapan protokol kesehatan dengan pendampingan dinkes. ”Tidak hanya masker, disinfektan, tapi bagaimana ventilasi sesuai ketentuan. Pintu, jendela, dibuka supaya udara bisa masuk-keluar, matahari bisa masuk. Menurunkan angka penularan,” katanya.