Penyelundupan Pekerja Migran Semakin Marak, TNI AL Tangkap Satu Pelaku di Batam
TNI Angkatan Laut menangkap satu penyelundup pekerja migran di Batam, Kepulauan Riau. Dua bulan terakhir terjadi lima kecelakaan perahu pengangkut pekerja migran di Selat Malaka yang menewaskan puluhan orang.
Oleh
PANDU WIYOGA
·2 menit baca
BATAM, KOMPAS — TNI Angkatan Laut menangkap satu pelaku penyelundup pekerja migran di Batam, Kepulauan Riau. Penyelundupan pekerja migran di perairan perbatasan antara Sumatera dan Semenanjung Malaka semakin marak. Dua bulan terakhir terjadi lima kecelakaan perahu pekerja migran yang menewaskan puluhan orang.
Komandan Pangkalan TNI AL Batam Kolonel Farid, Jumat (21/1/2022), mengatakan, anggotanya menangkap satu penyelundup dan menyelamatkan lima calon pekerja migran tanpa dokumen. Penangkapan dilakukan di sebuah pelabuhan tikus di Kelurahan Tanjung Uncang, Kecamatan Batu Aji, Batam, Rabu (19/1/2022).
”Satu tersangka, inisial SL, akan kami limpahkan kepada Polres Kota Batam-Rempang-Galang (Barelang),” kata Farid saat memberikan keterangan pers di Markas Pangkalan TNI AL Batam.
Farid mengimbau kepada para calon pekerja migran agar tidak menyeberang ke Malaysia dengan memanfaatkan jalur nonprosedural. Saat ini, aparat lintas instansi dan lembaga bersiaga ketat di perbatasan untuk mencegah penyelundupan pekerja migran.
Wakil Kepala Polresta Barelang Ajun Komisaris Besar Junoto menambahkan, jajarannya juga telah mengungkap satu kasus penyelundupan pekerja migran. Namun, penangkapan itu belum dapat dibuka ke publik karena polisi masih mengejar sejumlah pelaku lain.
Marak
Adapun kantor berita Bernama mengabarkan, terjadi kecelakaan perahu pengangkut 27 pekerja migran asal Indonesia di teluk Ramunia, Johor, Malaysia, Kamis (20/1/2022). Dilaporkan lima pekerja migran meninggal dan tiga orang hilang.
Pengarah Maritim Negeri Johor Laksamana Pertama Nurul Hizam mengatakan, perahu kayu yang ditumpangi pekerja migran itu berukuran panjang 15 meter dan ditenagai mesin 600 kuda. Perahu itu diketahui berangkat dari Pulau Bintan.
Dengan mesin yang sangat besar itu, perahu tersebut bisa melaju dengan kecepatan hingga 80 kilometer per jam. Dengan begitu, perahu pengangkut pekerja migran dari Pulau Bintan itu bisa mencapai Teluk Ramunia dalam waktu kurang dari 1,5 jam.
”Kami memperkirakan perahu itu terbalik karena dikendarai terlalu kencang di tengah ombak yang sedang tinggi,” ujar Nurul kepada Bernama.
Sejak lama, Selat Malaka dikenal rawan digunakan pekerja migran tanpa dokumen untuk menyeberang ke Malaysia. Dalam dua bulan terakhir saja, setidaknya terjadi lima kecelakaan perahu pekerja migran di perairan tersebut.
Pada 15 Desember 2021, perahu pengangkut 64 pekerja migran tanpa dokumen tenggelam digulung ombak di perairan Tanjung Balau, Johor. Dalam peristiwa itu, sebanyak 22 calon pekerja migran meninggal dan 29 lainnya hilang.
Berselang sembilan hari, terjadi lagi kecelakaan perahu pengangkut 50 pekerja migran tanpa dokumen di perairan antara Sumatera Utara dan Semenanjung Malaysia. Sebanyak 16 pekerja migran tanpa dokumen hilang.
Kemudian pada 14 Januari 2021, perahu pengangkut 21 pekerja migran tanpa dokumen tenggelam di perairan antara Riau dan Malaysia. Empat orang tewas dalam insiden itu.
Terakhir, pada 18 Januari lalu, perahu pengangkut 13 pekerja migran tenggelam di perairan Pontian, Johor. Dilaporkan tujuh orang selamat dan enam tewas dalam kecelakaan itu.