Anak Bunuh Ibu dan Paman di Kediri, Polisi Kirim Pelaku ke RSJ
Mengamuk, seorang anak di Kediri, Jawa Timur, membunuh ibu dan pamannya. Polisi membawa yang bersangkutan ke rumah sakit jiwa guna menjalani observasi kejiwaan.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Polisi mengirim Muhammad Naim (32), warga Desa Tambakrejo, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri, ke Rumah Sakit Jiwa Dr Radjiman Wediodiningrat di Lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, guna menjalani observasi terkait kondisi kejiwaannya.
Sebelumnya, Naim mengamuk di lingkungan tempat tinggalnya. Pelaku membabi buta mengayunkan parang kepada siapa saja yang ditemuinya, Rabu (19/1/2022). Akibat peritiwa itu, dua orang meninggal dan satu orang lainnya terluka.
Korban yang meninggal adalah ibu kandungnya, Muslimah (65), dan Marjuki (80), pamannya. Sementara korban luka adalah salah seorang tetangga pelaku. Mereka semua menderita luka sabetan parang di kepala dan punggung.
Kepala Kepolisian Sektor Gurah Ajun Komisaris Roni Robi saat dihubungi dari Malang, Kamis (20/1/2022), mengungkapkan, Naim dikirim ke rumah sakit jiwa (RSJ) untuk menjalani observasi. ”Kami kirim ke RSJ Lawang (Dr Radjiman) guna keperluan pemeriksaan kejiwaannya,” ujarnya.
Menurut Roni, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Dokter Gunawan dari RSJ Dr Radjiman. Lama observasi satu pekan. Hasil observasi akan menjadi bahan pertimbangan terkait proses hukum terhadap yang bersangkutan.
Gangguan jiwa
Berdasarkan informasi dari keluarga, menurut Roni, pelaku memang mengalami gangguan jiwa. Namun, kapan pastinya dia mulai mengalami gangguan kejiwaan, pihak keluarga belum memberikan keterangan secara detail lantaran masih sibuk memakamkan korban.
Perihal kondisi kejiwaan pelaku yang terganggu dibenarkan oleh Kepala Desa Tambakrejo Mahfudz Fauzi. Dihubungi secara terpisah, Mahfudz menjelaskan, gangguan kejiwaan yang dialami Naim sudah terjadi sejak sekitar dua tahun lalu.
”Benar (terganggu). Diawali dua tahun lalu, saat itu dia merasa seperti dikejar-kejar, semacam depresi,” katanya.
Menurut Mahfudz, pelaku pernah bekerja menjadi petugas stasiun pengisian bahan bakar dan minimarket. Namun, semenjak depresi, dia lebih banyak mengurus ternak. Hal ini sudah diketahui oleh keluarga.
Jadi, akan lebih aman jika mereka dibawa ke rumah sakit jiwa.
Meski menderita gangguan jiwa, Naim belum pernah dibawa ke RSJ. Anak kedua dari dua bersaudara ini hanya dibawa ke puskesmas secara rutin sekali dalam sepekan.
”Kalau ngamuk baru kali ini. Sebelumnya tidak pernah. Penyebabnya kurang tahu, namun malam sebelum peristiwa dia teriak-teriak takut, seperti ada yang membisiki untuk melakukan sesuatu,” katanya.
Peristiwa anak membunuh orangtua akibat gangguan jiwa tidak hanya terjadi di Kediri dalam dua pekan terakhir.
Sebelumnya, Budi Cahyono (40) membacok ayah kandungnya, Suradi (70), di Desa Jambangan, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang, 5 Januari 2022. Hasil pemeriksaan kejiwaan oleh pihak RSJ Dr Radjiman, pelaku dinyatakan menderita gangguan jiwa berat.
Sosiolog Universitas Brawijaya, Malang, Dhanny S Sutopo, berpendapat, masyarakat perdesaan masih kental dengan rasa tepo sliro dan saling jaga. Namun, di sisi lain, mereka juga punya rasa malu terhadap stigma yang bisa disematkan orang lain terhadap anggota keluarganya.
Alhasil, sebagian orang terpaksa menyembunyikan apabila ada anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa sehingga muncul fenomena pemasungan dan lainnya. Padahal, cara ini bisa menjadi ”bom waktu” jika kondisi kejiwaan mereka tidak terkendali. ”Jadi, akan lebih aman jika mereka dibawa ke RSJ,” ucapnya.