Sepakan Bola Penuh Senyum Witan Sulaiman untuk Penyandang Bibir Sumbing
Perundungan terhadap orang dengan bibir sumbing masih terjadi di masyarakat. Kampanye sosial, termasuk melibatkan tokoh populer, perlu digencarkan untuk mengikis perundungan.
Oleh
VIDELIS JEMALI
·4 menit baca
Pemain sepak bola Witan Sulaiman mengisi waktu singkatnya selama mudik di Palu, Sulawesi Tengah, dengan berbagi keceriaan dan motivasi bersama anak-anak bibir sumbing. Partisipasi dan kampanye tersebut berguna untuk menepis keminderan para penyandang bibir sumbing sekaligus menghapus perundungan terhadap mereka di masyarakat.
Alfa Rezi (3) tak henti-hentinya menendang bola. Ia menendang bola ke titik Witan berada yang lalu dibalas pemain sepak bola tim nasional itu dengan sepakan halus untuk gampang dijangkau. Kadang, Alfa mengejar bola lain untuk digiring sendiri, mengabaikan bola sepakan Witan. Kaki mungilnya mampu menggelindingkan bola meskipun kadang ia menendang rumput karena bola telanjur meluncur.
Jangan pernah minder. Terus raih impian kalian. Terus bekerja keras, berusaha dan belajar.
Sesekali, Ira (30), ibunda Alfa, mendekatkannya ke Witan agar ia menendang bola ke arah pemain yang tampil memukau pada Piala ASEAN Football Championship (AFF) 2020 baru-baru ini. Namun, keaktifan Alfa membuat maksud ibunda sering tak terpenuhi karena ia lebih suka memainkan bola tak tentu arah. Witan yang menyaksikan itu tersenyum. Semua yang hadir juga girang.
”Insya Allah, dia akan menjadi pemain bola seperti Witan,” tutur Ira yang berasal dari Desa Pakuli, Kecamatan Gumbasa, Kabupaten Sigi, melihat putra tunggalnya sangat asyik menendang-nendang bola. Baru kali ini Alfa menendang bola beneran. Di rumah, ia bermain bola plastik.
Alfa, salah satu anak penyandang bibir sumbing yang bermain bola bersama Witan pada Jumat (14/1/2022) di Lapangan Faqih Rasyid, Kota Palu, Sulteng. Selain Alfa, hadir sekitar 15 anak bersama orangtua mereka dalam kegiatan amal yang diselenggarakan lembaga sosial Smile Train bersama dengan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Sulteng. Kegiatan berlangsung sekitar 25 menit.
Anak-anak penyandang bibir sumbing tersebut berasal dari Kota Palu dan Kabupaten Sigi. Sebagian dari mereka sudah dioperasi, seperti Alfa yang sudah menjalani tiga kali operasi hingga bibir sumbingnya tak lagi kentara. Sebagiannya belum dibedah. Operasi sejauh ini sepenuhnya dibiayai Smile Train. Mereka yang hadir pada kesempatan tersebut anak-anak dengan rentang umur 1 tahun hingga 10 tahun.
Witan yang didapuk sebagai Duta Senyum oleh Smile Train menuturkan, dirinya memberikan motivasi kepada anak-anak penyandang bibir sumbing dan celah langit untuk tetap semangat. ”Jangan pernah minder. Terus raih impian kalian. Terus bekerja keras, berusaha dan belajar,” ujarnya sambil memangku salah seorang anak penyandang bibir sumbing.
Anak-anak terus giat, bisa jadi pemain sepak bola hebat seperti Witan nanti.
Wtan, yang mengenakan baju warna merah tim nasional Indonesia bernomor punggung 8, menegaskan, semua orang diciptakan sama dengan bakat dan kemampuan berbeda untuk dikembangkan. Dengan bekerja keras, impian setiap orang akan tercapai sekalipun menyandang bibir sumbing.
Pelibatan Witan merupakan bentuk dukungan kepada penyandang bibir sumbing sekaligus kampanye kepada masyarakat untuk berhenti merundung (bullying) penyandang bibir sumbing. Kegiatan tersebut kelanjutan dari kampanye pada Hari Senyum yang diperingati pada 2 Oktober lalu. ”Kita ingin mengedukasi masyarakat untuk berhenti merundung penyandang bibir sumbing,” ujar pekerja sosial Smile Train Sulteng, Selfina Cepi.
Meskipun tak ada data detail, Selfina menyebutkan, penyandang bibir sumbing masih mengalami perundungan di masyarakat. Mereka pernah menangani anak yang putus sekolah gara-gara terus diusik anak-anak sebayanya di sekolah.
Selfina berharap kampanye dengan melibatkan tokoh populer seperti Witan bisa menyadarkan masyarakat untuk berlaku adil terhadap para penyandang bibir sumbing. Bibir sumbing bukan aib. Bibir sumbing bisa diatasi dengan operasi dan terapi bicara untuk mereka yang kesulitan bicara. Banyak kasus menunjukkan bibir sumbing dan celah langit bisa ditangani dengan baik.
Tak ada data yang pasti terkait jumlah penyandang bibir sumbing, tetapi diperkirakan jumlahnya banyak. Sebagai gambaran, sejak 2008, Smile Train Sulteng menangani 1.500 pasien bibir sumbing. Saat ini, banyak daftar tunggu untuk ditangani. Di Kabupaten Tolitoli, misalnya, sudah ada 28 orang menunggu untuk dioperasi pada Januari 2022 ini.
Senada dengan Witan yang memberikan motivasi kepada penyandang bibir sumbing, Gubernur Sulteng Rusdy Mastura menyatakan, anak-anak tak boleh minder. Perkembangan teknologi kesehatan saat ini memungkinkan adanya penanganan yang tepat terhadap bibir sumbing. ”Anak-anak terus giat, bisa jadi pemain sepak bola hebat seperti Witan nanti,” ujarnya.
Ira mengajukan permintaan kepada Rusdy agar disediakan rumah singgah untuk pasien dan orangtua yang berasal dari luar Kota Palu. Mereka selama ini mengalami kesulitan ketika datang untuk operasi ke Palu.
Terkait hal itu, Rusdy menanggapi dirinya akan membicarakan hal itu dengan DPRD Sulteng dan dinas terkait agar mengalokasikan anggaran pembangunan rumah singgah tersebut.
Dari lapangan sepak bola di Palu, Witan menendang bola penuh senyum agar penyandang bibir sumbing tersenyum menjalani hidup, termasuk mengejar impian mereka. Gelindingan bola tersebut diharapkan mengelupas perundungan dan semua bentuk diskriminasi terhadap mereka dan juga penyandang difabel lainnya di masyarakat.