Ratusan Bangunan Rusak Pascagempa Selat Sunda di Banten
Sebanyak 861 rumah rusak. Sebagian besar rusak ringan, seperti retak, serta plafon dan gentengnya copot. Sebagian kini masih warga mengungsi ke kerabat atau area yang lebih tinggi lantaran khawatir terjadinya tsunami.
PANDEGLANG, KOMPAS - Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Lebak di Banten, paling terdampak gempa bermagnitudo 6,6 di Selat Sunda pada Jumat (14/1/2022), pukul 16.05 WIB. Hingga Sabtu (15/1/2022) ini masih terjadi gempa susulan. Sebagian warga mengungsi ke kerabat atau area ketinggian lantaran khawatir terjadinya tsunami.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Banten melaporkan, sebanyak 861 rumah rusak. Sebagian besar rusak ringan, seperti retak, serta plafon dan gentengnya copot.
Selain rumah, kerusakan juga terjadi pada 13 sekolah, 14 puskesmas, 3 kantor pemerintah, 1 tempat usaha, dan 4 tempat ibadah di Pandeglang; 5 sekolah, 2 fasilitas umum, dan 1 kantor desa di Lebak; dan 9 rumah di Serang.
Belum ada sosialisasi secara resmi tentang mitigasi bencana. Kami tahunya kalau terjadi gempa, segera keluar ruangan, berkumpul di ruangan terbuka, dan kalau terjebak harus sembunyi di kolong meja
Salah satu kerusakan terjadi di MTS Negeri 3 Cibaliung, Pandeglang. Dua ruang guru rusak karena atapnya ambruk menimpa plafon dan perabotan, seperti meja, kursi, dan lemari di dalam ruangan.
Kerusakan juga terjadi di pancaniti atau pendopo untuk kegiatan sekolah yang terletak di halaman sekolah. Plafon pancaniti copot karena guncangan gempa.
Eman Sulaiman, Kepala Sekolah MTS Negeri 3 Pandeglang menuturkan, kegiatan belajar mengajar sudah selesai ketika terjadi gempa. Namun, masih ada seratusan siswa dan guru ekstrakulikuler pramuka yang sedang latihan di halaman sekolah.
"Siswa kelas 7 dan 8 latihan sedang pramuka. Ada beberapa siswa di pancaniti. Mereka kaget, loncat dan lari ke lapangan sehingga ada luka lecet karena jatuh akibat benturan dan tabrakan. Setelah situasi tenang, kami pulangkan ke rumah masing-masing," katanya ketika dijumpai di MTS Negeri 3 Pandeglang.
Sekolah tersebut memiliki 25 ruangan dan 700 siswa. Sebanyak 15 ruangan dalam proses renovasi oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Eman mengatakan, guru dan siswa terkejut karena suara gemuruh disusul getaran selama kurang lebih 10 detik. Situasi itu lebih menakutkan ketimbang gempa tahun 2019. Alhasil semua fokus menyelamatkan diri dengan berkumpul di halaman sekolah.
"Belum ada sosialisasi secara resmi tentang mitigasi bencana. Kami tahunya kalau terjadi gempa, segera keluar ruangan, berkumpul di ruangan terbuka, dan kalau terjebak harus sembunyi di kolong meja," ucapnya.
Setelah gemuruh dan getaran, baru diketahui terjadi kerusakan pada dua ruangan dan pancaniti. Kondisi ini berbeda dengan gempa tahun 2019 yang hanya menimbulkan retak pada beberapa ruangan di sekolah.
MTS Negeri 3 Pandeglang belum memutuskan apakah kegiatan belajar mengajar akan berlangaung Senin depan. Guru masih akan berdiskusi dengan orangtua untuk menemukan solusi terbaik.
Kerusakan juga terjadi di MAN 4 Pandeglang. Sebanyak tiga ruang kelas dan laboratorium di lantai 2 rusak karena atapnya ambrol.
Erum, guru Geografi mengatakan, sudah tidak ada kegiatan belajar mengajar ketika terjadi gempa. Aktivitas sekolah berlangsung Senin-Jumat mulai pukul 07.00-14.30. Hari Sabtu dikhususkan untuk kegiatan ekstrakulikuler.
"Belum ada edaran kegiatan belajar mengajar pasca gempa. Biasanya diterbitkan hari Minggu. Ini masih tunggu informasi," ujarnya.
SDN Tunggaljaya 2 di Desa Tunggaljaya, Kecamatan Sumur tak luput dari kerusakan. Bangunan sekolah yang berjarak 1 kilometer dari pesisir ini mengalami retak pada bagian tembok, plafon ruang kelasnya copot, dan tiang atau pilar bangunan bergeser dari dudukannya.
Gempa susulan
Gempa susulan pun masih terjadi dengan magnitudo yang lebih kecil ketimbang Magnitudo 6,6 pada Jumat kemarin. Salah satunya terjadi pukul 09.30, yang membuat warga Desa Tangkilsari, Kecamatan Cimanggu berhamburan ke Jalan Raya Sumur KM 4.
Gempa susulan diawali bunyi gemuruh, lalu goncangan selama kurang lebih 3 detik. Siswa MI Citangkil yang tengah belajar, beristirahat, dan jajan pun berlari ke halaman sekolah, ke jalan raya, dan halaman rumah warga di sekitar sekolah.
"Tiba-tiba bergetar, bunyi kaca pecah, tiang listrik goyang. Kami semua lari ke halaman sekolah. Guru bilang jangan di dalam kelas," ujar Daren (10), siswa kelas IV.
MI Citangkil terdiri dari enam kelas dengan 125 siswa. Kegiatan belajar mengajar mulai pukul 07.00 hingga pukul 11.00.
Edi Suaedi, salah satu guru, menyebutkan, guru dan siswa spontan lari keluar kelas karena takut bangunan roboh. Bahkan, beberapa siswa tidak masuk karena orangtuanya masih khawatir potensi gempa susulan.
Pada tahun 2019 atau pasca tsunami Selat Sunda yang terjadi Desember 2018, sempat berlangsung pelatihan dan penyuluhan tanggap bencana di Kantor Desa Tangkilsari. Kegiatan berlangsung selama 5 hari dengan materinya tentang evakuasi, simulasi, dan penanggulangan dari tim asesmen.
Beranjak ke Desa Kertamukti, sejumlah rumah warga rusak sedang hingga berat. Atap dan tembok rumah roboh menimpa perabotan di dalam rumah. Beruntung tidak ada korban jiwa karena sebagian warga berada di sawah atau kebun ketika gempa.
Nanang (40), memindahkan perabotan yang selamat dari puing-puing ke rumah saudaranya. Rumahnya yang dihuni istri dan dua anak itu rusak parah. Atapnya berpotensi roboh dan tiang-tiang penahan dari bambu sudah lapuk dan rusak akibat goncangan.
"Ada bunyi gemuruh. Hampir sepuluh detik. Kami lari ke jalan raya. Istri beruntung cepat lari keluar rumah. Jadi tidak ketiban tembok dan genteng," ucapnya.
Warga di desanya khawatir terjadi tsunami setelah gempa. Apalagi jarak rumah dan pesisir hanya 200 meter.
Bantuan
Pasca gempa, Polda Banten mendirikan tenda darurat di Kantor Kecamatan Sumur dan lapangan Desa Kertajati bagi warga yang ingin mengungsi. Polisi menyediakan dapur umum, termasuk mendistribusikan paket sembako dan perlengkapan sekolah kepada warga terdampak.
Kabid Humas Polda Banten Komisaris Besar Shinto Silitonga mengatakan, warga terdampak silahkan datang ke tenda darurat ketimbang mengungsi di hutan. Tersedia dapur umum untuk memenuhi konsumsi selama mengungsi.
Polisi juga mendistribusikan 80 paket sembako, 25 dus ikan kaleng, dan 7 dus kopi gula aren kepada warga terdampak gempa di Pandeglang; dan 69 paket sembako, 25 dus ikan kaleng, serta 6 dus kopi gula aren kepada warga Lebak.
Adapun perlengkapan sekolah yang didistribusikan, yaitu tas, pensil, pulpen, buku, dan masker kepada anak sekolah. Hingga kini BPBD, Polri, dan TNI, serta instansi terkait masih mendata sekaligus menyalurkan bantuan kepada warga terdampak gempa Selat Sunda.