Vaksinasi Covid-19 pada anak mulai dilaksanakan di Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (14/1/2022). Namun, belum semua orangtua bersedia anaknya divaksinasi.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·4 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Vaksinasi Covid-19 pada anak mulai dilaksanakan di Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (14/1/2022). Namun, belum semua orangtua bersedia anaknya divaksinasi lantaran termakan isu negatif yang telanjur beredar di masyarakat. Upaya sosialisasi terus dilakukan agar minat masyarakat untuk divaksinasi bisa meningkat.
Kepala Dinas Kesehatan Sumsel Lesty Nurainy, Jumat (14/1/2022) mengakui, walau sudah berlangsung sejak satu minggu terakhir, vaksinasi anak usia 6-11 tahun di Sumsel belum maksimal. Masih banyak orangtua yang tidak setuju anaknya divaksinasi.
Alasannya, kebanyakan dari mereka khawatir lantaran telah termakan isu hoaks terkait dampak vaksin yang telanjur beredar di masyarakat. Padahal vaksinasi merupakan upaya pemerintah untuk melindungi anak-anak dari risiko tertular.
Lesty mengatakan, secara keseluruhan jumlah sasaran vaksinasi anak usia 6 tahun-11 tahun di Sumsel mencapai 899.662 anak. Hingga saat ini, cakupan vaksinasi anak di Sumsel baru mencapai 16,34 persen.
Khusus untuk anak, ada dua jenis vaksin yang bisa digunakan, yakni Biofarma dan Coronavax. Suntikan diberikan dua kali dengan interval pemberian vaksinasi sekitar 28 hari setelah suntikan pertama.
Menurut Lesty, orangtua tidak perlu khawatir anaknya divaksinasi karena jenis vaksin yang digunakan sudah mendapatkan persetujuan penggunaan pada masa darurat (emergency use authrization).
Selain itu, Lesty berharap semua pihak turut menyosialisasikan pentingnya vaksinasi anak sehingga jumlah penolakan dapat ditekan. Dia juga berharap agar vaksinasi anak dapat dilakukan di sekolah sehingga akan lebih mudah dipantau. ”Karena vaksin sudah banyak, tidak perlu lagi ada sentra vaksinasi,” katanya.
Berdasarkan pantauan Kompas di SD Negeri 2 Palembang, ratusan anak berusia 6-11 tahun mengikuti vaksinasi. Proses vaksinasi dilakukan oleh tim kesehatan dari Polrestabes Palembang dan Puskesmas Padang Selasa, Palembang.
Kepala Sekolah SD Negeri 2 Palembang Emiliya menuturkan, satu minggu sebelum pelaksanaan vaksinasi, pihak sekolah sudah menyebarkan surat pernyataan kepada orangtua siswa terkait persetujuan vaksinasi kepada anak. Namun, tidak semua orangtua mengembalikan surat pernyataan itu.
Dari seluruh siswa SD Negeri 2 Palembang yang berjumlah 683 siswa, hanya 50 persen orangtua siswa yang menyetujui anaknya divaksinasi di sekolah, 10 persen lainnya beralasan sudah melakukan vaksinasi secara mandiri, sementara 40 persen lainnya belum mengembalikan surat pernyataan.
Emilia memprediksi masih ada orangtua siswa yang khawatir mengenai dampak yang akan diterima jika anaknya divaksinasi. Meski demikian, sosialisasi terus dilakukan agar kesadaran orangtua untuk mengajak anaknya divaksinasi meningkat.
Tidak semua orangtua mengembalikan surat pernyataan itu.
Sulaimah (39), orangtua siswa yang mengantarkan anak ketiganya, Muhammad Afif (7), untuk divaksinasi di SDN 2 Palembang mengatakan, dirinya mengizinkan anaknya divaksin agar bisa kembali belajar di sekolah. ”Kalau belajar secara daring, ilmu yang diterima kurang maksimal,” kata warga Kecamatan Bukit Kecil, Palembang itu.
Sulaimah tidak khawatir untuk memvaksinasikan anaknya lantaran dirinya pun sudah divaksinasi dan tidak merasakan dampak yang signifikan. ”Hanya suami saya saja yang belum divaksinasi karena takut disuntik,” katanya sembari tertawa.
Lesty mengatakan, percepatan vaksinasi anak diharapkan dapat melindungi warga Sumsel dari bahaya Covid-19 yang terus bermutasi. Percepatan ini telah diperkuat dengan Surat Edaran Gubernur Sumsel Nomor 004/SE/DINKES/2022.
Surat itu berisi instruksi ke kabupaten/kota untuk melakukan percepatan vaksinasi di semua lini, mulai dari anak hingga warga lansia. Sampai sekarang, vaksinasi warga lansia juga masih tergolong rendah utamanya pada suntikan dosis kedua, yakni baru mencapai 32,93 persen dari total sasaran vaksinasi warga lansia sebanyak 597.071 orang.
Menurut Lesty, percepatan vaksinasi harus terus dilakukan lantaran jumlah vaksin yang diterima dari Kementerian Kesehatan terus meningkat. Saat ini rata-rata vaksin yang diterima mencapai 900.000 dosis per bulan, meningkat dibandingkan pada akhir 2021, yakni sekitar 700.000 dosis vaksin.
”Jika vaksin tersebut tidak segera diserap, dikhawatirkan akan banyak vaksin yang terbuang karena sudah kedaluwarsa,” kata Lesty.
Gubernur Sumsel Herman Deru mengimbau semua pihak berkomitmen mempercepat vaksinasi agar Sumsel dapat mencapai kekebalan komunal sehingga aktivitas ekonomi dapat berjalan dengan lancar. ”Kalau memang sudah memenuhi syarat, segera divaksin,” katanya.
Secara keseluruhan, dari 6,3 juta orang yang menjadi sasaran vaksinasi (kecuali anak usia 6 tahun-11 tahun) di Sumsel, sebanyak 80,52 persen telah menjalani vaksinasi dosis pertama. Adapun untuk dosis kedua, baru mencapai 46,35 persen.