Sepekan Berjalan, PTM Penuh di Jateng Belum Picu Munculnya Kluster Baru
Pembelajaran tatap muka 100 persen di Jawa Tengah telah berjalan selama sepekan. Tidak ada temuan kasus Covid-19 baru dalam kegiatan itu. Pengawasan akan diketatkan untuk mencegah terbentuknya kluster baru.
Oleh
KRISTI UTAMI
·2 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Setelah berjalan satu pekan, pelaksanaan pembelajaran tatap muka penuh di Jawa Tengah belum memicu munculnya kluster penularan Covid-19. Pengawasan akan terus dilakukan untuk mencegah munculnya kasus baru di lingkungan sekolah.
Pada Senin (3/1/2022), pembelajaran tatap muka (PTM) penuh mulai digelar di sejumlah sekolah dari berbagai tingkatan, SD hingga SMA/SMK di Jateng. Jika sebelumnya PTM dilakukan dengan separuh siswa dari kapasitas kelas, sejak pekan lalu seluruh siswa boleh mengikuti PTM.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengklaim, PTM penuh berjalan aman. Hingga, Senin (10/1/2022), Ganjar mengatakan, belum ada temuan kasus Covid-19 dari aktivitas ini.
Jika ada temuan kasus siswa atau guru yang terpapar, kata Ganjar, harus segera ditangani. Orang-orang yang berkontak erat mesti menjalani pemeriksaan. PTM penuh bahkan akan dihentikan sementara jika terdeteksi ada kluster penularan Covid-19.
Ganjar menambahkan, selama ini, ada perbedaan metode PTM penuh yang dipilih setiap sekolah. Ada sekolah yang menggelarnya dalam satu sif. Namun, ada yang menggelarnya dalam dua sif.
”Kalau saya lihat, ada sekolah yang satu bangku satu siswa, jadi masih berjarak. Tetapi ada juga yang satu bangku untuk dua siswa, kalau sudah seperti ini sepertinya agak berbahaya, lebih baik dibuat dua sif,” ujarnya.
Di Kota Semarang, PTM penuh dimulai bertahap, Senin pagi. Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi meyakini, sekolah-sekolah siap menggelar PTM penuh. Tahun lalu, sekolah sudah melakukan PTM dengan separuh kapasitas kelas.
”Sejak dulu, PTM diuji coba, sekolah mana yang siap dan belum. Selama ini, kita sudah belajar dari pengalaman, saya yakin (sekolah-sekolah) sudah siap PTM,” ucap Hendrar.
Dalam PTM penuh di Kota Semarang, kantin sekolah belum diizinkan beroperasi. Siswa dianjurkan membawa bekal makanan dan minuman sendiri.
Dia menambahkan, untuk melindungi siswa dari dampak buruk paparan Covid-19, pemerintah terus menggenjot capaian vaksinasi anak usia 6-11 tahun. Hingga Senin, capaian vaksinasi anak di Kota Semarang sekitar 70 persen dari total sasaran lebih kurang 160.000 orang.
Di Kota Semarang, sejumlah wali murid belum mengizinkan anak mereka divaksin Covid-19 dengan berbagai alasan. Di SMP Negeri 5 Kota Semarang, misalnya, 30 siswa belum vaksin karena belum diizinkan orangtuanya.
Kepala Dinas Kesehatan Jateng Yulianto Prabowo menuturkan, vaksinasi Covid-19 sangat penting untuk anak. Vaksinasi akan memperkuat imunitas anak di masa pademi.
”Orangtua juga perlu diedukasi bahwa vaksinasi itu penting. Kami akan terus mengedukasi yang belum memberi izin anaknya divaksin. Suatu saat pasti mereka akan menerima. Ini hanya masalah waktu,” kata Yulianto.