Bocah 9 Tahun Diduga Dibunuh dan Dibuang ke Jurang di Banjarnegara
Polisi mendalami kasus pembunuhan terhadap seorang bocah berusia 9 tahun di Banjarnegara, Jawa Tengah. Korban dibunuh dan dibuang ke jurang.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
BANJARNEGARA, KOMPAS — Seorang anak laki-laki berusia 9 tahun bernama Riyan Gilang Romadhon diduga menjadi korban pembunuhan di Desa Wanaraja, Kecamatan Wanayasa, Banjarnegara, Jawa Tengah. Kepolisian Resor Banjarnegara masih menyelidiki kasus ini.
”Sementara (pelaku diduga) ingin menguasai handphone korban,” kata Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Banjarnegara Ajun Komisaris Donna Briadi saat dihubungi di Banjarnegara, Senin (10/1/2022).
Dari informasi yang ada, kata Donna, korban sejak Minggu (9/1/2022) pukul 09.00 bermain di rumah Wahyudi (18) lalu diajak pergi memancing di sungai dekat hutan sebelah selatan desa. ”Namun, sampai sore hari Riyan tidak kunjung pulang ke rumah,” ujarnya.
Orangtua Riyan menanyakan keberadaan anaknya kepada Wahyudi. Menurut Wahyudi, ketika ditemui oleh orangtua Riyan dan beberapa warga, mereka berdua tidak jadi memancing tetapi bermain dan makan makanan kecil bersama di sekitar hutan.
Kemudian, kata Donna, Wahyudi berpamitan untuk mengambil air sebentar di gubuk yang berada di dekat hutan. ”Namun, Wahyudi malah pulang meninggalkan Riyan dan tidak kembali lagi karena setelah sampai di rumah Wahyudi langsung pergi ke kebun untuk membantu orangtuanya,” katanya.
Wahyudi kini dibawa ke polsek setempat dan dimintai keterangan. ”Wahyudi mengatakan bahwa Riyan telah dia dibunuh dan mayatnya dibuang ke jurang kemudian ditutupi oleh daun,” tuturnya. Saat ini pelaku ditahan dan sedang diperiksa secara intensif oleh tim dari polres.
Yang jelas anak ini sudah termasuk dewasa dan tumbuh dari kondisi orangtua yang tidak lengkap karena salah satu bekerja di luar kota.
Kepala Dusun 5 Desa Wanaraja Anto mengatakan, korban ditemukan Senin pukul 05.30 dalam kondisi meninggal dengan posisi tersangkut di dahan pohon di jurang yang dalamnya sekitar 200 meter. ”Untuk mengevakuasinya, kami menggunakan tali lengkap. Ada luka memar di wajah dan luka di kepala bagian belakang,” tutur Anto.
Kepala Desa Wanaraja Eko Guntoro menambahkan, lebih dari 100 orang membantu proses pencarian korban. Atas petunjuk Wahyudi yang berubah-ubah, ada dua lokasi yang ditunjukkan oleh Wahyudi secara berbeda-beda dan tidak membuahkan hasil. ”Korban baru ditemukan di lokasi ketiga, sekitar tempat ditemukan sandal dan kemasan jajan,” ujar Eko.
Menurut Eko, korban adalah anak semata wayang dari pasangan Rokib dan Khoimah yang sehari-hari bekerja sebagai petani kentang. Adapun Wahyudi adalah kakak sepupu dari Riyan yang rumahnya hanya berjarak sekitar 20 meter. ”Wahyudi ini anak pertama dari tiga bersaudara. Dia tidak pernah mengenyam pendidikan dan ayahnya bekerja di Jawa Timur,” tutur Eko.
Dihubungi terpisah, pengajar sosiologi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Tri Wuryaningsih, menyampaikan, perlu dikaji lebih dalam mengapa pelaku bisa bertindak begitu kejam atau sadis, apakah karena pernah melihat kekerasan di dalam keluarganya atau karena faktor lain.
”Yang jelas anak ini sudah termasuk dewasa dan tumbuh dari kondisi orangtua yang tidak lengkap karena salah satu bekerja di luar kota,” tutur Tri.
Dengan adanya dugaan ingin sebuah telepon seluler dari adik sepupu, kata Tri, hal itu menunjukkan ada indikasi bahwa terdapat keinginan pelaku yang tidak tersampaikan. Oleh karena itu, diperlukan komunikasi yang penuh kasih sayang antara orangtua dan anak supaya si anak bisa memahami kondisi orangtua dan turut menjadi anak yang tangguh, bukan justru mewujudkan keinginannya dengan cara demikian sadis.