Diperlukan kerja keras untuk mengejar cakupan vaksinasi Covid-19 warga lanjut usia di Sulteng. Warga lansia merupakan salah satu kelompok rentan infeksi Covid-19.
Oleh
VIDELIS JEMALI
·3 menit baca
PALU, KOMPAS — Cakupan vaksinasi Covid-19 untuk warga lanjut usia di Provinsi Sulawesi Tengah tertinggal jauh dari kategori usia dan kelompok sasaran lainnya. Vaksinasi dengan cara ”jemput bola” dibutuhkan untuk mengejar cakupan karena warga lanjut usia salah satu kelompok rentan penularan Covid-19.
Merujuk data Dinas Kesehatan Provinsi Sulteng, per 2 Januari 2022, cakupan vaksinasi Covid-19 warga lanjut usia (lansia) untuk dosis pertama 45,99 persen atau 90.427 orang dari total sasaran 196.628 orang. Capaian vaksinasi untuk dosis kedua lebih rendah lagi, 21,54 persen atau 42.357 orang.
Berdasarkan persebarannya, tak ada kabupaten di Sulteng dengan cakupan vaksinasi yang memadai (60 persen). Semuanya masih di bawah batas tersebut dengan capaian tertinggi diraih Kabupaten Sigi (58,60 persen) diikuti Banggai Laut (56,80 persen) dan Buol (53,90 persen). Sebanyak 10 kabupaten lainnya jauh di bawah batas memadai tersebut.
Capaian vaksinasi warga lansia tersebut meningkat sekitar 17 persen dari posisi akhir November 2021. Hal itu berbeda jauh dengan peningkatan cakupan vaksinasi secara umum di Sulteng yang melonjak 25 persen dari posisi 51,62 persen pada akhir November 2021.
Per 2 Januari, cakupan vaksinasi dosis pertama di Sulteng sudah mencapai 76 persen atau mencakup 1,6 juta jiwa dari jumlah sasaran 2,1 juta jiwa. Cakupan vaksinasi untuk kategori lainnya, yakni tenaga kesehatan, orang di sektor pelayanan publik dan masyarakat umum, serta remaja sudah lebih dari 70 persen. Bahkan, untuk tenaga kesehatan sudah mencapai 113 persen dosis pertama dan 60 persen dosis penguat (booster).
Capaian untuk total sasaran 76 persen sesuai dengan target minimalis pemerintah yang menetapkan cakupan vaksinasi mencapai 70 persen hingga akhir Desember 2021 setidaknya untuk dosis pertama.
Kepala Dinas Kesehatan Sulteng I Komang Adi Sujendra menyatakan rendahnya cakupan vaksinasi Covid-19 untuk kategori warga lansia disebabkan kurangnya partisipasi. Warga lansia yang kebanyakan lemah secara fisik enggak mendatangi pos atau tempat pelayanan vaksinasi. ”Kalau yang masih kuat, misalnya, umur 60-an, itu bisa ke tempat layanan vaksinasi,” ujarnya di Palu, Sulteng, Selasa (4/1/2021).
Mengubah pendekatan
Untuk itu, lanjut Komang, pemangku kepentingan di kabupaten hingga ke desa dan kelurahan, harus mengubah pendekatan. Vaksinasi untuk lanjut usia harus dilakukan dengan ”jemput bola”. Petugas mendatangi warga lansia untuk divaksinasi dengan tetap mengikuti tahapan vaksinasi, seperti pemeriksaan kesehatan.
”Semoga pendekatan ini bisa dengan lebih cepat menjangkau warga lansia,” ujarnya tanpa menyebutkan target cakupan vaksinasi warga lansia dalam beberapa bulan ke depan.
Sukarelawan Roa Jaga Roa, simpul masyarakat sipil untuk penanggulangan Covid-19 di Sulteng, Nudin menyatakan sejak awal pihaknya mengingatkan agar pemerintah memberikan perhatian lebih kepada warga lansia. Hal itu penting karena berdasarkan data paparan Covid-19 dan yang meninggal pada periode Juli-Agustus mayoritas yang terdampak buruk warga lansia.
”Artinya semua pihak mengetahui kerentanan warga lansia terhadap Covid-19, tetapi sayang itu tak diimplementasikan dalam percepatan vaksinasi sebagai pelindung terhadap infeksi,” tuturnya.
Sulteng pernah mengalami masa suram penularan Covid-19 pada Juli-Agustus 2021. Jumlah kasus harian pada periode tersebut hingga 900 kasus. Banyak rumah sakit penuh, sampai-sampai mendirikan tenda darurat di halaman.
Jumlah kematian juga tinggi. Pernah tercatat setiap jam ada satu kematian karena Covid-19 di Sulteng. Kebanyakan yang terinfeksi dan meninggal dari kelompok lansia dan mereka yang punya penyakit penyerta (komorbid).
Nudin menyampaikan, vaksinasi ”jemput bola” harus masif dilakukan untuk mengejar kcakupan untuk warga lansia. Semua pihak harus dikerahkan untuk tujuan tersebut.
Semoga pendekatan ini bisa dengan lebih cepat menjangkau warga lansia. (Komang Adi)
Ia menuturkan sejumlah daerah cukup sukses menggalang kekuatan bersama untuk menjangkau warga lansia dengan vaksinasi ”jemput bola” atau dari pintu ke pintu. Di Sigi, misalnya, dalam sebulan terakhir, vaksinasi jemput bola gencar dilakukan Polri-TNI dan tenaga kesehatan setempat. Hasilnya daerah itu menjadi yang tertinggi capaian vaksinasi untuk kategori warga lansia. ”Model seperti ini perlu dicontoh,” ujarnya.