Vaksinasi Baru 45 Persen, Target Kekebalan Komunitas di Sulteng Terancam
Sulteng dengan cakupan vaksinasi 45,8 persen terancam tak memiliki kekebalan komunitas dalam menghadapi kemungkinan gelombang ketiga penularan Covid-19 akhir tahun ini.
Oleh
VIDELIS JEMALI
·5 menit baca
PALU, KOMPAS — Hingga pertengahan November 2021, cakupan vaksinasi di Sulteng baru 45,8 persen untuk dosis pertama. Ikhtiar membentuk kekebalan komunitas dengan target 70 persen cakupan vaksinasi setidaknya untuk dosis pertama pada akhir Desember 2021 terancam tak terwujud. Semua pemangku kepentingan perlu kerja keras untuk mengejar target dalam 1,5 bulan ke depan.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Sulteng per 15 November 2021, cakupan vaksinasi untuk dosis pertama 45,8 persen atau 977.000 jiwa dari total sasaran 2,1 juta jiwa. Jangkauan vaksinasi tahap kedua lebih rendah lagi, baru 25,6 persen atau 547.000 jiwa. Angka 2,1 juta merupakan separuh lebih dari 3 juta populasi di Sulteng.
Dua daerah memiliki cakupan vaksinasi tertinggi, yakni Kabupaten Morowali dengan 79,44 persen dan Kota Palu 66,7 persen untuk dosis pertama. Sementara lima kabupaten lainnya memiliki cakupan vaksinasi yang berada di bawah 40 persen, yakni Tojo Una-Una (32,7 persen), Parigi Moutong (34 persen), Tolitoli (34,6 persen), Sigi (35 persen), dan Banggai (36 persen). Enam kabupaten lainnya cakupan vaksinasinya berkisar di 50 persen.
Berdasarkan target yang ditetapkan, vaksinasi di Sulteng setidaknya menjangkau 70 persen sasaran dari total 2,1 juta jiwa. Atau sekitar 1,4 juta jiwa minimal untuk dosis pertama pada akhir Desember. Angka itu bisa menjadi indikator untuk pembentukan kekebalan komunitas (herd immunity), terutama untuk meminimalkan munculnya gelombang ketiga penularan Covid-19 pada Desember 2021-Januari 2022.
Cakupan 45,8 persen tersebut memang merupakan akselerasi yang patut diapresiasi dalam empat bulan terakhir. Capaian tersebut hampir 4 kali lipat dari posisi pada awal Agustus yang hanya 14,20 persen.
Namun, dengan sisa waktu 1,5 bulan, target pencapaian vaksinasi 70 persen hingga akhir Desember 2021 bakal sulit terwujud. Artinya kekebalan komunitas termasuk untuk menghadapi kemungkinan gelombang ketiga penularan Covid-19 di Indonesia dalam ancaman.
Sulteng mengalami salah satu titik kritis penanganan Covid-19 di gelombang kedua penularan pada Juli-Agustus 2021. Jumlah penularan setiap hari berkisar 500-900 kasus dengan kematian cukup tinggi.
Pernah tercatat setiap jam satu orang meninggal karena Covid-19 di Sulteng. Waktu itu rumah sakit, terutama di Kota Palu, penuh sehingga pemerintah setempat harus mendirikan tenda darurat di halaman rumah sakit.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulteng I Komang Adi Sujendra menyatakan pihaknya bersama dengan pemangku kepentingan berusaha untuk memenuhi target tersebut. Ia tetap optimistis pencapaian 70 persen terutama untuk tingkat provinsi bisa tercapai.
”Kekebalan komunitas ini memang kunci untuk menghadapi kemungkinan gelombang ketiga. Ini yang terus kita dorong sambil tetap mengingatkan semua lapisan masyarakat untuk disiplin menerapkan protokol kesehatan,” ujarnya di Palu, Sulteng, Rabu (17/11/2021).
Ia menyatakan gerai atau pos vaksinasi bergerak terus diperbanyak, terutama di kabupaten dengan cakupan vaksinasi masih rendah. Langkah tersebut bisa dilakukan bersama dengan TNI-Polri dan komunitas atau kelompok masyarakat. Layanan vaksinasi dari rumah ke rumah, terutama untuk lanjut usia juga akan digencarkan.
Komang menegaskan vaksinasi penting dalam menghadapi pandemi Covid-19. Dengan vaksinasi, tubuh kita akan cepat melawan virus yang masuk dengan antibodi yang diciptakan vaksin. Dengan begitu, virus mati dan tidak berkembang. Dampak positifnya orang yang terjangkit Covid-19 hanya mengalami gejala ringan atau sedang dan pada umumnya tak perlu dirawat di rumah sakit.
Menurut dia, kendala percepatan vaksinasi selama ini adalah masih kurangnya sosialisasi sehingga ada sebagian warga yang menolak atau tidak berpartisipasi dalam vaksinasi. Masyarakat telanjur terpapar informasi atau kabar bohong (hoaks) terkait vaksinasi.
”Kami akan gencarkan sosialisasi. Kami tak ingin memojokkan warga (yang menolak) mungkin karena mereka belum mendapatkan informasi yang benar,” kata mantan Direktur RSUD Undata tersebut.
Kendala lainnya adalah kondisi geografis yang menyulitkan tenaga kesehatan untuk menjangkau sasaran vaksinasi. Hal ini ini diperparah ketika warga yang hendak divaksinasi tidak berada di tempat sehingga butuh waktu lagi untuk melayani mereka.
Terkait persedian vaksin, Komang menuturkan hal itu tak menjadi masalah. Sejak Oktober, 17.000-18.000 dosis vaksin disuntikKan per hari. Pihaknya berusaha untuk mengejar 48.000 suntikan per hari dalam 1,5 bulan ke depan. Dinas Kesehatan akan meminta jatah vaksin tambahan ke Kementerian Kesehatan untuk mencapai target tersebut.
Kendala utama vaksinasi sejauh ini adalah menipisnya stok vaksin jenis Sinovac. Akibatnya, banyak warga yang telah disuntik Sinovac dosis pertama tertunda untuk mendapatkan dosis kedua.
Saat dihubungi, Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Tolitoli Safruddin A Rahman menyatakan kendala utama vaksinasi sejauh ini adalah menipisnya stok vaksin jenis Sinovac. Akibatnya banyak warga yang telah disuntik Sinovac dosis pertama tertunda untuk mendapatkan dosis kedua.
Selain itu, banyak warga yang masih ingin disuntik dengan vaksin Sinovac ketimbang jenis Moderna. Ini terkait gejala yang ditimbulkan pascavaksinasi. Oleh karena itu, pihaknya meminta porsi vaksin Sinovac diperbanyak.
Ia mengonfirmasi layanan vaksinasi saat ini sudah dilakukan dengan ”jemput bola”. Petugas kesehatan mendatangi warga di balai desa dan melibatkan kelompok-kelompok dalam masyarakat untuk menjaring warga divaksinasi.
”Berat (untuk mencapai target 70 persen), tetapi kami akan usahakan dengan vaksin yang selalu tersedia. Ini mumpung animo masyarakat sangat tinggi untuk divaksin,” ujarnya sambil menambahkan sasaran vaksinasi di Tolitoli 158.000 jiwa.
Kepala Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Sulteng Sofyan F Lembah menyampaikan sosialisasi dan edukasi manfaat vaksinasi harus dilakukan secara masif sehingga tak ada yang menolak atau pun pilih-pilih jenis vaksin. Model edukasinya harus persuasif agar menimbulkan empati dari masyarakat. Hal itu, misalnya, dengan melibatkan tokoh masyarakat dan tokoh agama setempat.
Sejaun ini penularan Covid-19 di Sulteng terkendali dengan baik. Infeksi harian tak lebih dari 3 kasus. Per Selasa (16/11/2021), tercatat 53 orang terkonfirmasi positif Covid-19 dan semuanya menjalani isolasi mandiri.
Sejak kasus pertama pada akhir Maret 2020, jumlah kasus Covid-19 di Sulteng 47.095 kasus dengan total kematian 1.599.