Mobilitas Masyarakat Tak Terhindarkan di Surakarta Saat Malam Tahun Baru
Kerumunan warga di Kota Surakarta, Jawa Tengah, tak terhindarkan pada malam Tahun Baru 2022. Kesadaran masyarakat untuk mengurangi mobilitas menjadi faktor penting untuk mencegah penularan Covid-19.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS — Mobilitas masyarakat tak terhindarkan pada malam Tahun Baru 2022 di Kota Surakarta, Jawa Tengah. Warga berkerumun di ruang-ruang publik yang ada di kota tersebut. Kesadaran masyarakat membatasi pergerakan diperlukan demi mencegah terjadi penularan Covid-19.
Untuk mengantisipasi timbulnya kerumunan orang, Pemerintah Kota Surakarta sebenarnya sudah mengambil langkah menutup alun-alun di daerah tersebut. Itu karena ruang publik tersebut kerap menjadi pilihan masyarakat untuk merayakan detik-detik pergantian tahun.
Berdasarkan pantauan, Jumat (31/12/2021) malam, gerbang masuk menuju alun-alun terkunci. Tak ada satu orang pun yang beraktivitas di situ. Sebagian warga sempat kecele dan mendatangi alun-alun, tetapi mereka langsung berputar balik setelah mengetahui tempat itu ditutup.
Kebijakan penutupan alun-alun kurang efektif mencegah munculnya kerumunan. Nyatanya, masyarakat menyasar tempat lain untuk menghabiskan malam pergantian tahun, seperti Balai Kota Surakarta. Pada malam Tahun Baru terlihat banyak warga yang duduk-duduk dan berfotoria di lokasi tersebut.
Kebijakan menutup alun-alun kurang efektif mencegah munculnya kerumunan. Masyarakat menyasar tempat lain untuk menghabiskan malam pergantian tahun.
”Memang, peningkatan jumlah orang yang ada di sana mencapai 300 persen dari hari-hari biasanya. Selama protokol kesehatan masih dipatuhi, masih diperbolehkan. Jumlah orang yang berkumpul di sana juga masih di bawah 25 persen dari kapasitas lokasi,” kata Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kota Surakarta Arif Darmawan saat dihubungi, Sabtu (1/1/2022).
Penerapan protokol kesehatan, kata Arif, terus diingatkan para petugas lewat pengeras suara. Pembagian masker pun turut dilakukan bagi para pengunjung yang datang tanpa mengenakan masker. Hanya saja, masker untuk anak-anak tidak tersedia.
”Jadi, bagi pengunjung yang bawa anak-anak dan tidak mengenakan masker langsung kami dorong buat pulang,” kata Arif.
Warga tidak diizinkan berlama-lama di kompleks Balai Kota Surakarta hingga tahun berganti. Mereka diminta pulang mulai pukul 23.00. Kerumunan pun tak lagi terlihat setelah warga meninggalkan lokasi.
Arif mengatakan, pengawasan kerumunan juga dilakukan di titik-titik lain. Pihaknya mengerahkan sejumlah petugas guna melakukan patroli kerumunan. Apabila terdapat kerumunan, akan dilakukan tes antigen acak kepada orang-orang yang berada di lokasi itu. ”Lebih kurang terdapat 80 orang yang dites antigen acak. Semua hasilnya negatif,” kata Arif.
Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka ikut menyaksikan banyaknya orang yang masih melakukan mobilitas pada malam pergantian tahun. Ia berharap masyarakat mau menahan diri dan menghindari lokasi yang berpotensi menciptakan kerumunan karena pandemi belum selesai.
”Kunci mengurangi mobilitas itu ada di masyarakat. Mohon masyarakat menahan diri dulu buat melakukan mobilitas,” kata Gibran.
Dihubungi terpisah, Ari Natalia Probandari, pakar kesehatan masyarakat dari Universitas Sebelas Maret Surakarta, menyampaikan, selama mobilitas masih tinggi, potensi penularan Covid-19 masih ada. Kesadaran masyarakat untuk mengurangi mobilitas adalah kunci untuk menghadapi pandemi.
Selama mobilitas masih tinggi, potensi penularan Covid-19 masih ada.
Dengan kondisi seperti itu, pihaknya meminta agar edukasi tentang pentingnya mengurangi mobilitas harus terus dilakukan. ”Edukasi memang harus kuat biar masyarakat tahu. Memang, ini masa liburan, tetapi mereka harus tahu risiko-risiko yang ada,” kata Ari.
Ia menambahkan, vaksinasi Covid-19 juga harus terus didorong karena itu merupakan salah satu upaya membentuk kekebalan komunitas. Namun, masyarakat juga harus terus diingatkan bahwa meski sudah divaksinasi, bukan berarti risiko tertular sama sekali hilang. Vaksinasi hanya bertujuan mengurangi risiko fatal apabila tertular Covid-19.
Menurut data dari Dinas Kesehatan Kota Surakarta, hingga 29 Desember 2021, total penduduk yang sudah menerima vaksin dosis pertama sebanyak 557.445 orang, sedangkan 494.213 orang sudah menerima vaksin lengkap sampai dosis kedua. Penduduk yang sudah divaksinasi terdiri dari tenaga kesehatan, pekerja publik, masyarakat rentan dan umum, anak-anak, ibu hamil, serta para penyandang difabel.