Kerumunan Warga Saat Pergantian Tahun Tak Terhindarkan
Sejumlah kawasan tetap dipadati pengunjung pada malam pergantian tahun 2022. Pengawasan yang longgar disertai minimnya kesadaran warga untuk mematuhi protokol kesehatan menjadi catatan penting di awal tahun ini.
Oleh
Haris Firdaus, Rhama Purna Jati, Nino Citra Anugrahanto, Frans Pati Herin, Aloysius Budi Kurniawan, Mawar Kusuma Wulan
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Imbauan yang telah diberikan sejak jauh hari serta merebaknya varian baru Omicron tidak mampu mencegah kerumunan di sejumlah lokasi saat malam pergantian tahun. Pengunjung memadati beberapa titik dan lengah menjalankan protokol kesehatan, sementara pengawasan tak cukup ketat untuk mencegah dan mengurai kerumunan.
Kepadatan pengunjung pada malam pergantian tahun itu salah satunya terpantau di kawasan wisata Malioboro, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan pantauan Kompas, Jumat (31/12/2021) sekitar pukul 23.00, trotoar kawasan Malioboro dipadati warga dan wisatawan yang berjalan kaki. Jalan raya di kawasan itu juga dipadati oleh kendaraan bermotor yang melintas.
Akibat banyaknya pengunjung, aturan jaga jarak pun menjadi sulit diterapkan. Kerumunan orang pun menjadi tak terhindarkan. Selain itu, banyak pengunjung yang tak memakai masker atau memakai masker, tetapi tidak dengan benar.
Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Yogyakarta Agus Winarto membenarkan, kawasan Malioboro memang padat pada malam Tahun Baru kali ini. Kondisi itu membuat petugas kesulitan mengurai kerumunan.
Kendati demikian, menurut dia, jumlah pengunjung di kawasan Malioboro pada malam Tahun Baru tidak bisa dibatasi. Pasalnya, kawasan itu selalu menjadi destinasi favorit warga untuk merayakan pergantian tahun.
”Makanya, yang kami tekankan adalah prokes (protokol kesehatan), terutama memakai masker. Kalau kerumunan kayaknya sudah susah (dicegah),” ujar Agus saat ditemui di kawasan Malioboro, Jumat malam.
Agus memaparkan, pada malam Tahun Baru ini, Satpol PP Kota Yogyakarta menerjunkan sekitar 400 personel. Mereka berjaga di sejumlah kawasan yang menjadi lokasi keramaian, seperti kawasan Tugu Yogyakarta, Malioboro, dan area Titik Nol Kilometer Yogyakarta.
Selain mengawasi penerapan prokes, petugas juga membawa masker untuk dibagikan kepada pengunjung yang tidak memakai masker. Ia menuturkan, pada malam Tahun Baru kali ini masih banyak ditemui warga yang tidak memakai masker meski mereka membawanya. ”Masih banyak yang enggak pakai masker. Mereka bawa, tapi enggak pakai. Ini yang kami ingatkan terus,” ujarnya.
Penjagaan longgar
Kerumunan juga terpantau terjadi di Kota Palembang, Sumatera Selatan. Pada malam pergantian tahun, ribuan orang berkerumun di Benteng Kuto Besak, salah satu alun-alun di Kota Palembang.
Pantauan Kompas, tiga jam sebelum malam pergantian tahun, Jumat, ribuan orang masih berkumpul di Benteng Kuto Besak untuk menyambut Tahun Baru. Kerumunan warga itu pun mengundang ratusan pedagang untuk menjajakan produknya, mulai dari makanan, pakaian, mainan, hingga beragam aksesori.
Kondisi yang ramai itu bertentangan dengan ucapan Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kota Palembang GA Putra Jaya, yang diwawancarai lima jam sebelum malam pergantian tahun. Saat itu, ia menyatakan telah menutup alun-alun Kota Palembang untuk mencegah terjadi kerumunan dan menerjunkan 210 petugas untuk menertibkan warga yang membandel. Menurut dia, sejak sore tidak boleh lagi ada kerumunan untuk menekan risiko penularan Covid-19.
Namun, pada kenyataannya, tidak ada penjagaan yang berarti di Benteng Kuto Besak sampai pukul 21.00. Akhirnya, kerumunan tidak terhindarkan. Jangankan untuk menjaga jarak, untuk bergerak saja sulit.
Kerumunan tidak terhindarkan. Jangankan untuk menjaga jarak, untuk bergerak saja sulit.
Penjagaan baru terlihat dua jam sebelum malam pergantian tahun. Brimob bersenjata lengkap berjaga-jaga di sekitar lokasi, sementara tim gabungan dari TNI-Polri dan Satpol PP bersiap di Bundaran Air Mancur untuk menutup salah satu ikon Kota Palembang, Jembatan Ampera, untuk mengurangi mobilitas penduduk saat malam pergantian tahun.
Kurang efektif
Mobilitas masyarakat juga tidak terhindarkan di Kota Surakarta, Jawa Tengah. Pemerintah Kota Surakarta sebenarnya sudah menutup alun-alun mengingat ruang publik itu kerap disambangi warga menjelang pergantian tahun.
Namun, kebijakan itu kurang efektif mencegah kerumunan. Masyarakat menyasar tempat lain untuk menghabiskan malam pergantian tahun, seperti di Balai Kota Surakarta. Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kota Surakarta Arif Darmawan mengatakan, peningkatan jumlah orang di sana mencapai 300 persen dari hari-hari biasanya.
”Selama protokol kesehatan masih dipatuhi, masih diperbolehkan. Jumlah orang yang berkumpul di sana juga masih di bawah 25 persen dari kapasitas lokasi,” kata Arif. Selain itu, penerapan protokol kesehatan juga terus diingatkan petugas lewat pengeras suara, dibarengi dengan pembagian masker kepada pengunjung yang datang tanpa masker.
Sementara itu, di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, malam pergantian tahun berlangsung relatif kondusif. Warga umumnya memilih menyambut Tahun Baru dengan misa dan kebaktian, dilanjutkan dengan kumpul keluarga dan teman-teman dalam kelompok kecil. Meski demikian, kerumunan juga terpantau di sejumlah titik.
Di sepanjang Jalan El Tari, Kupang, dari Bandara El Tari menuju Kantor Gubernur NTT, terdapat sekitar 12 titik kumpul warga secara spontan. Titik kumpul terbanyak berada di Bundaran Peu, Kota Kupang, yang melibatkan sekitar 500 warga dan dijaga ketat aparat keamanan. Kondisi Kuota Kupang yang sebelumnya lengang mendadak ramai dengan kendaraan roda dua dan roda empat pada pukul 24.00 Wita. Di beberapa lokasi bahkan terjadi kemacetan.
Potensi kasus bertambah
Keramaian saat malam Tahun Baru ini terjadi di tengah merebaknya varian baru Omicron dan bertambahnya kasus Covid-19 di dalam negeri.
Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kemungkinan akan terjadi penambahan kasus Covid-19 yang cepat akibat varian Omicron. Prediksi ini berdasarkan perhitungan peningkatan kasus akibat Omicron dibandingkan dengan Delta, juga dengan mempertimbangkan tingkat penularan dan serta risiko keparahannya.
Kemungkinan akan terjadi penambahan kasus Covid-19 yang cepat akibat varian Omicron.
Sampai Jumat, kasus Omicron di Indonesia bertambah 68 orang sehingga total kasus konfirmasi akibat varian ini sebanyak 136 orang. Sementara pada Sabtu (1/1/2022), jumlah kasus baru Covid-19 di Indonesia bertambah sebanyak 274 kasus sehingga total kasus konfirmasi Covid-19 sebanyak 4.262.994 kasus. Ada 2 orang yang meninggal dunia sehingga total penderita Covid-19 yang meninggal dunia kini sebanyak 144.096 orang.
Meski jumlah kasus terus bertambah, tingkat penggunaan tempat tidur rumah sakit dan Intensive Care Unit (ICU) pada kasus Omicron lebih rendah dibandingkan dengan Delta. Artinya, varian Omicron memiliki tingkat penularan yang tinggi, tetapi dengan risiko sakit berat yang rendah.
Meski demikian, menurut juru bicara vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, upaya pencegahan dan pengendalian serta upaya mitigasi lainnya harus tetap berjalan. Masyarakat juga tetap harus waspada karena situasi dapat berubah dengan cepat. Nadia pun mengimbau masyarakat untuk menahan diri tidak bepergian ke negara-negara dengan transmisi penularan Omicron yang sangat tinggi.
Pemerintah juga mengantisipasi potensi kenaikan kasus Covid-19 pasca-Natal dan Tahun Baru melalui mempersiapkan fasilitas kesehatan. ”Kita akan siapkan obat, ventilator, dan kebutuhan lainnya,” katanya.