Anjuran Diabaikan, Warga Palembang Tetap Berkerumun di Malam Tahun Baru
Ribuan orang berkerumun di Benteng Kuto Besak, salah satu alun-alun di Kota Palembang, Sumatera Selatan. Anjuran pemerintah untuk merayakan Tahun Baru di rumah diabaikan, kerumunan warga pun tak terhindarkan.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Pada malam pergantian tahun, ribuan warga berkerumun di Benteng Kuto Besak, salah satu alun-alun di Kota Palembang, Sumatera Selatan. Upaya penertiban dilakukan dengan menutup jalan akses, termasuk menutup salah satu ikon Kota Palembang, Jembatan Ampera. Namun, kerumunan tetap tidak bisa dicegah.
Pantauan Kompas, tiga jam sebelum malam pergantian tahun, Jumat (31/12/2021), ribuan orang masih berkumpul di Benteng Kuto Besak (BKB) untuk menyambut Tahun Baru. Kerumunan warga itu mengundang ratusan pedagang untuk menjajakan produknya, mulai dari makanan, pakaian, mainan, hingga beragam aksesori.
Hal ini bertentangan dengan ucapan Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kota Palembang GA Putra Jaya yang diwawancarai lima jam sebelum malam pergantian tahun, Jumat. Dia menyatakan telah menutup sejumlah alun-alun Kota Palembang untuk mencegah terjadinya kerumunan. Bahkan, pihaknya sudah menerjunkan 210 petugas untuk menertibkan warga yang membandel.
Menurut dia, sejak sore tidak boleh lagi ada kerumunan. Hal ini untuk mencegah terjadinya risiko penularan Covid-19. Namun, pada kenyataannya, di BKB tidak ada penjagaan berarti sampai pukul 21.00. Kerumunan tidak terhindarkan. Jangankan untuk menjaga jarak, untuk bergerak pun sulit.
Penjagaan baru terlihat dua jam sebelum malam pergantian tahun. Saat itu, Brimob bersenjata lengkap sudah berjaga-jaga di sekitar BKB. Sementara itu, tim gabungan dari TNI/Polri dan satuan polisi PP sudah bersiap di Bundaran Air Mancur untuk menutup salah satu ikon Kota Palembang, Jembatan Ampera. Penutupan dilakukan secara bertahap, dimulai dengan menutup beberapa ruas jalan protokol, seperti Jalan Sudirman, Jalan Tengkuruk, dan ruas jalan lain yang mengarah ke Jembatan Ampera.
Sekitar pukul 21.00, bagian hulu Jembatan Ampera ditutup. Satu jam berselang, polisi kemudian menutup bagian hilir jembatan. Kepala Satuan Lalu Lintas Polrestabes Palembang Komisaris Irwan Andeta mengatakan, penutupan ini bertujuan untuk mengurangi mobilitas penduduk jelang malam pergantian tahun.
Selama penutupan berlangsung, warga diimbau untuk melewati Jembatan Musi IV dan Musi VI. Jembatan Ampera baru akan dibuka saat kondisi lalu lintas pascamalam pergantian tahun sudah lengang. ”Penutupan ini hanya sebagai cara agar masyarakat tidak keluar saat malam Tahun Baru,” katanya.
Irwan mengatakan, sejak larangan perayaan Tahun Baru melalui Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 66 Tahun 2021 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Covid-19 diterbitkan, kebijakan tentang rekayasa lalu lintas sebenarnya sudah disosialisasikan.
”Hasilnya sudah cukup terlihat, mobilitas masyarakat berkurang dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,” katanya. Meskipun demikian, masih ada pengendara yang terpaksa harus memutar balik karena tidak mengetahui aturan tersebut.
Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru sudah mewanti-wanti warganya untuk merayakan Tahun Baru di rumah saja. Hal ini untuk menanggulangi penularan, apalagi virus varian baru Omicron sudah masuk ke beberapa daerah di Indonesia. ”Jika mau sehat, lebih baik di rumah saja,” katanya.
Refleksi diri
Tak jauh dari ingar bingar BKB, komunitas pencinta sejarah melakukan ziarah malam di Taman Makam Pahlawan Ksatria Ksetra Siguntang, Palembang. Di sana, mereka mengenang para pahlawan yang berjuang hingga bertumpah darah untuk merebut kemerdekaan.
Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia Sumatera Selatan Farida Wargadalem mengatakan, kegiatan ini bertujuan mengajak warga Palembang, terutama generasi muda, untuk berefleksi diri melalui perjuangan para pejuang kemerdekaan.
Dengan berziarah, anak muda diajak untuk mengenang dan terus mengingat nilai-nilai luhur para pahlawan. ”Sekarang waktunya anak muda bijak untuk mengisi kemerdekaan,” ujarnya.
Farida berharap momen Tahun Baru ini bisa menjadi tonggak baru bagi anak muda untuk mengisi kemerdekaan dengan kegiatan yang positif dan membangun. ”Ingat, mempertahankan kemerdekaan itu jauh lebih sulit dibandingkan merebut kemerdekaan,” katanya.