Persaudaraan dalam Dekorasi Natal, Lebih dari Sekadar Simbol Ritual
Di Gereja Katolik Santo Barnabas Paroki Pamulang, Tangerang Selatan, dekorasi Natal tak hanya sekadar simbol ritual hari raya dan pemanis ruangan. Terpatri rasa persaudaraan umat dalam menyambut lahirnya Juru Selamat.
Oleh
MELATI MEWANGI
·4 menit baca
Sebagian orang memaknai Natal tahun ini masih dalam situasi prihatin di tengah pandemi Covid-19. Meski begitu, di gereja-gereja, ornamen natal tetap diupayakan hadir untuk menemani ibadat. Tentu bukan seberapa mewah dan mahalnya dekorasi, tetapi bagaimana menghayati iman dan rasa persaudaraan di dalamnya.
Beberapa hari menjelang Natal, gereja disibukkan dengan persiapan ibadat atau misa luring (offline). Begitu pula yang dilakukan oleh panitia, pengurus, dan umat di Gereja Katolik Santo Barnabas Paroki Pamulang, Tangerang Selatan, Selasa (21/12/2021).
Sejak pertengahan November 2021, mereka bersiap diri menyambut umat, mulai dari membersihkan lingkungan sekitar, memastikan semua fasilitas kelengkapan protokol kesehatan berfungsi baik, hingga membuat dekorasi nuansa Natal.
Di gedung utama gereja, kertas penomoran tempat duduk umat sudah terpasang rapi. Ini bertujuan untuk mencegah penyebaran Covid-19. Kuota dibatasi sehingga umat yang mengikuti misa harus dari jauh hari melakukan reservasi agar mendapatkan undangan. Mereka wajib melakukan pindai kode respons cepat (QR Code) yang tertera di undangan. Jika tidak mendaftarkan diri, mereka tak diizinkan masuk ke gedung gereja.
Natal kali ini, panitia menyediakan sebanyak 200 kursi per pertemuan dari total kapasitas 1.000 orang di gedung utama. Ada enam jadwal misa yang digelar, yakni 3 agenda misa pada malam Natal (24/12/2021) dan 3 agenda misa lainnya pada hari Natal, 25 Desember.
Siang itu, belum ada dekorasi yang terpasang di gereja. Namun, semua ”perintilan” sudah lengkap dan dikumpulkan terpusat di salah satu rumah umat. Dekorasinya terdiri dari kandang dan goa. Di dalamnya, terdapat bayi Yesus yang berbaring di dalam palungan, Bunda Maria, Bapa Yosef, tokoh tiga raja dari timur, hingga ternak-ternak. Bentuk tokohnya bukan dari patung seperti pada umumnya, melainkan wayang. Bahan yang digunakan adalah kardus bekas, batang hollow baja ringan, dan lampu-lampu.
”Layaknya Yesus yang lahir dalam kesederhaan, tetapi penuh keagungan, demikian pula wayang kulit. Wayang kulit sarat dengan nilai-nilai kesederhanaan, persaudaraan, sikap bijak, dan budi baik. Dalam situasi penuh keprihatinan di masa pandemi, harapannya filosofi ini dapat menghidupi perayaan Natal,” ucap Purwanti, Koordinator Seksi Liturgi Panitia Natal Gereja Katolik Paroki Pamulang.
Umat gereja tidak memesan dekorasi dari orang luar. Bagi mereka, membuat kreasi sendiri merupakan bentuk keterlibatan dan partisipasi dalam menyambut kelahiran Yesus. Ini sejalan dengan tema Natal tahun 2021, ”Cinta Kasih Kristus yang Menggerakkan Persaudaraan”. Ini momen baik bagi umat yang ingin berbagi talenta dan bakat, seperti menjahit, merangkai bunga, atau melukis.
Untuk mencegah kerumunan, di tengah pandemi, mereka menyiasatinya dengan berbagi tugas dekorasi. Ketika semua keperluan sudah siap, barulah mereka menyusunnya bersama-sama di gereja. Pada Kamis (23/12/2021), seluruh ornamen sudah terpasang manis di tiap sudut gereja.
Penghayatan iman
Menurut Yoseph Sutrisno Amirullah SCJ, Pastor Paroki Gereja Katolik Santo Barnabas Pamulang, dekorasi Natal yang dipasang di gereja akan membantu dalam penghayatan iman. Dekorasi yang sederhana sekalipun bisa ngena dan bermakna di hati umat. Bisa jadi, setiap umat akan memaknainya secara berbeda. Meski begitu, absennya dekorasi khusus pada Natal kali ini tak lantas mengurangi esensi dari ibadat.
Keterlibatan umat dalam proses pembuatan dekorasi merupakan hal baik yang harus digaungkan. Hal ini menjadi tanda bahwa umat hadir, mau membangun kebersamaan, dan berpartisipasi di dalamnya. Mereka sekaligus menyalurkan talenta dan kreativitas yang dimiliki bagi gereja.
”Dekorasi bisa membangun suasana kegembiraan. Ini juga menjadi salah satu cara untuk mengungkapkan iman,” ucap Amirullah.
Misa luring
Pada Natal kedua di tengah pandemi ini, antusiasme masyarakat untuk mengikuti misa luring cukup tinggi. Sejumlah umat berebut kuota untuk mendapatkan nomor tempat duduk pada misa malam Natal di gereja.
Salah satu di antaranya, Bias Krisna R (26). Sejak Senin (20/12/2021) siang, dia memantau situs pendaftaran misa malam Natal di Gereja Katolik Ibu Theresa Cikarang, Bekasi. Kuota yang tersedia sekitar 230 orang per misa. Tentu, dia harus gesit agar bisa mendapatkan dua kursi untuknya dan pasangan. Proses mendaftar kuota kursi ini bagaikan ”kompetisi” yang sangat ketat.
”Kurang dari dua jam sudah penuh kuotanya. Bersyukur masih dapat kursi, jadi bisa misa di gereja,” ujarnya semringah.
Bias tak sabar mengikuti misa malam Natal nanti. Ada kerinduan yang menggebu untuk bisa hadir secara langsung dan menerima komuni lagi di gereja. Selama ini, ia lebih sering mengikuti misa daring di rumah. Di situasi pandemi yang tak menentu, Bias tak mau merayakan Natal secara mewah. Baginya, bisa mengikuti ibadah Natal di gereja tahun ini saja sudah merupakan suatu berkat tersendiri.