Perayaan Natal Jaga Semangat Pemulihan Kolektif Bangsa
Natal pada tahun ini kembali dirayakan di tengah pandemi Covid-19. Karena itu, semangat Natal hendaknya ikut mendorong pemulihan bangsa Indonesia dari dampak pagebluk yang tidak ringan.
Oleh
TIM KOMPAS
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perayaan Natal tahun ini menjadi momentum untuk melanjutkan upaya pemulihan dari pandemi Covid-19. Kerja kolektif dari seluruh anak bangsa dibutuhkan agar Indonesia bisa bangkit dan keluar dari ancaman dampak buruk pagebluk.
Membaiknya kondisi pandemi ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah jemaat yang diperbolehkan mengikuti ibadah luring. Berdasarkan Surat Edaran Kementerian Agama Nomor 33 Tahun 2021, jumlah umat yang beribadah di dalam gereja bisa mencapai 50 persen dari kapasitas ruangan gereja.
Hal itu meningkat dibandingkan pada pembatasan yang hanya 20 persen keterisian dari total kapasitas gereja dalam perayaan Natal tahun lalu.
Ketua Konferensi Waligereja Indonesia Ignatius Kardinal Suharyo mengatakan, Natal 2021 mengusung tema ”Cinta Kasih Kristus yang Menggerakkan Persaudaraan” adalah wujud ajakan bersyukur. Cinta kasih Kristus, lanjutnya, telah mampu menggerakkan persaudaraan untuk bersama-sama berjuang menghadapi pandemi.
Menurut Ignatius, selain bersyukur, gerakan persaudaraan juga harus terus didorong. Umat terus diajak untuk membuka hati dengan landasan inspirasi iman kristiani, yakni cinta kasih, untuk terus saling mendukung dan membantu agar secepatnya dan sebaik-baiknya keluar dari pandemi Covid-19.
”Harapannya bukan hanya menggerakkan sesaat, melainkan juga cinta kasih Kristus membuahkan dan melahirkan gerakan-gerakan untuk membangun persaudaraan. Wujudnya dengan merawat dan mengembangkan kepedulian menjadi gerakan nyata dan bersama bangsa kita,” ujar Ignatius Suharyo, Kamis (23/12/2021), di Jakarta.
Harapannya bukan hanya menggerakkan sesaat, melainkan juga cinta kasih Kristus membuahkan dan melahirkan gerakan-gerakan untuk membangun persaudaraan.
Sekretaris Umum Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia Jacklevyn Frits Manuputty, dihubungi secara terpisah, mengatakan, secara teologis, hari raya Natal selalu dimaknai sebagai tindakan solidaritas Allah melalui kehadiran Kristus karena mencintai manusia dan mencintai Bumi. Hal itu dimaknai sebagai intervensi kasih Allah ke tengah dunia yang rapuh, dunia yang berdosa, dan menderita.
”Tahun ini, pengakuan iman itu diletakkan di dalam situasi pandemi yang selama dua tahun telah kita lalui bersama-sama,” kata Jacklevyn.
Ia menambahkan, ”Pandemi yang menguji kemanusiaan kita dan kita menemukan di dalamnya apa pun latar belakang kita, semua manusia sesungguhnya rapuh.”
Selain pandemi, bangsa Indonesia selama 2021 juga dilanda rentetan bencana alam. Situasi pandemi dan bencana alam mengisyaratkan agar memaknai tindakan solidaritas dan cinta kasih Allah yang datang ke Bumi dengan cara menjadi sahabat dan saudara bagi orang lain.
”Berbela rasa. Menunjukkan solidaritas kepada mereka yang terpuruk, mereka yang menderita. Itu harus dinyatakan sebagai tindakan persaudaraan yang jauh melampaui sekadar pertemanan,” ucap Jacklevyn.
Di sela-sela Muktamar Ke-34 Nahdlatul Ulama di Bandar Lampung, Lampung, Ketua (Bidang Hukum) Pengurus Besar Nahdlatul Utama (PBNU) Robikin Emhas menyatakan, perayaan Natal adalah momentum untuk meneguhkan persaudaraan antarumat beragama. Ia berharap Natal tahun ini bisa melanjutkan spirit kebangkitan dari pandemi.
”Semoga di situasi Natal saat ini kita saling bahu-membahu untuk bisa mengatasi keadaan pandemi dan dampaknya. Mari terus bergandengan tangan,” ujar Robikin.
Sementara itu, Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Abdul Mu’ti menuturkan, Muhammadiyah berharap umat Kristiani di Indonesia dan dunia dapat merayakan Natal dengan aman dan damai. Perayaan Natal 2021, katanya, masih dalam suasana pandemi Covid-19 sehingga diharapkan umat Kristiani dapat mengambil hikmah Natal sebagai manusia yang melayani, memberikan yang terbaik bagi sesama, serta menyelamatkan kehidupan umat manusia.
”Kepada seluruh masyarakat hendaknya menciptakan situasi yang kondusif dan toleransi sejati sehingga umat Kristiani dapat beribadah dengan khusyuk,” kata Mu’ti.
Kepada seluruh masyarakat hendaknya menciptakan situasi yang kondusif dan toleransi sejati sehingga umat Kristiani dapat beribadah dengan khusyuk.
Aksi sosial
Imbauan untuk memperkuat persaudaraan itu diwujudkan Panitia Natal Nasional dalam aksi sosial dan pelayanan kepada publik.
Aksi nyata itu demi meneguhkan persatuan, kesatuan, serta konsolidasi bangsa yang sudah berjalan dengan baik di tengah pandemi Covid-19, bencana alam, dan berbagai persoalan di Tanah Air.
”Kita anak bangsa saling beruluran dan bergandengan tangan. Saling menopang dan membantu, dan saling melayani seperti kasih Kristus,” ujar Jerry Sambuaga, Ketua Panitia Natal Nasional 2021 yang juga Wakil Menteri Perdagangan.
Aksi sosial berlangsung di sejumlah daerah, mencakup Sumatera hingga Papua, dan Sulawesi hingga Nusa Tenggara Timur. Panitia menyerap aspirasi dari warga, termasuk jejaring agar bantuan tepat sasaran dan tepat guna.
Jerry menuturkan, panitia Natal menyalurkan bantuan kepada korban letusan Gunung Semeru melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jawa Timur.
Kemudian, kegiatan itu berlanjut di Papua untuk menyantuni panti asuhan di Kota Jayapura dan pengungsi di Timika, Kabupaten Mimika. Tak hanya Papua, aksi solidaritas itu juga menyentuh Kabupaten Manokwari di Papua Barat dengan menyambangi korban kebakaran pasar.
Kita anak bangsa saling beruluran dan bergandengan tangan. Saling menopang dan membantu, dan saling melayani seperti kasih Kristus.