Pedagang Hiasan Natal Kembali Menjemput ”Cuan” dan Harapan
Geliat penjualan ornamen Natal kembali semarak tahun ini. Para pedagang di pasar ornamen Natal pun kembali beroleh cuan sembari merawat harapan agar pandemi dapat segera berlalu.
Oleh
MELATI MEWANGI. KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
Teriknya matahari pada Kamis (16/12/2021) siang secerah wajah para pedagang pernak-pernik di Pasar Asemka, Jakarta Barat. Bisa jadi, cerahnya siang itu adalah bentuk terkabulnya rapalan doa yang telah mereka panjatkan berulang kali.
Bagaimana tidak, jika hujan terus mengguyur, tentu pembeli yang singgah tak akan banyak. Jalanan pun jadi becek. Ah, mana bisa melihat semaraknya trotoar pasar dengan deretan pohon natal yang beragam?
Siang itu, nuansa merah dan hijau mendominasi sudut-sudut pasar. Ini bukan warna lampu lalu lintas, melainkan pertanda Natal sudah dekat. Berbagai ornamen dan pernak-pernik Natal menggantung di sisi muka toko, menggoda pengunjung yang semula tak acuh, untuk akhirnya tertarik mampir sejenak.
”Mari, silakan dilihat dulu, kakak. Mau cari apa? Ada yang bisa dibantu?” Itu sapaan standar yang mereka katakan setiap kali ada pengunjung yang melintas.
Dengan ulet, Yati (24) berburu pernak-pernik yang dipajang di sepanjang Asemka. Sejak pagi ia sudah mengelilingi pasar pagi itu, dari ujung ke ujung kios dijabani. Pilihannya pun jatuh pada sebuah toko yang menjual pernak-pernik dengan harga miring.
Sudah 3,5 tahun Yati kuliah di Jakarta. Selama itu, dia belum pernah mudik ke kampung halamannya di Merauke, Papua. Natal kali ini, ia memutuskan pulang. Tentunya, tidak dengan tangan kosong. Buah tangan berupa beragam ornamen akan menjadi dekorasi pemanis untuk merayakan Natal di rumah.
Ada hiasan gantungan pohon natal, ornamen bertulisan ”Merry Christmas”, bunga plastik, hingga lampu kelap-kelip. Lebih kurang selama 2,5 jam, dia wira-wiri di dalam toko untuk memilih barang incaran. Ada sekitar 20 item yang dipilih, totalnya tak sampai Rp 1 juta.
”Ini kalau beli di Merauke jatuhnya bakal mahal sekali. Berat di ongkir! Happy banget dapat harga murah, makin semangat menyambut Natal di rumah,” ucapnya semringah.
Keceriaan Yati dan para pembeli ini berbanding lurus dengan yang dirasakan penjual. Tak seperti tahun lalu ketika penjualan sempat melesu di berbagai momen hari raya akibat Covid-19 yang baru mendera, kini sebagian pedagang merasakan ada kenaikan jumlah pembeli sekitar 30-60 persen.
Sejak September, pembeli grosiran mulai memborong barang ornamen, disusul pembeli yang berburu barang satuan pada November. ”Bersyukur sekali tahun ini cukup ramai. Kalau tahun lalu memble (bengong), sepi sekali!” ujar Iwan (46), penerus generasi kedua Toko Bunga Senjaya.
Sejak pagi Iwan sibuk menguji coba lampu kelap-kelip yang biasa dipakai sebagai hiasan pada pohon natal. Gulungan kabel lampu dikeluarkannya dari kardus, lalu ditancapkan ke stop kontak. Ia memasukkan kembali gulungan itu ke kardus dan diletakkan pada rak tinggi.
Di tokonya, lampu hiasan dan pohon natal merupakan barang terlaris yang diburu pembeli. Dalam sehari, pembeli yang datang ada sekitar 7-8 orang. Ia pun memasang harga mulai dari Rp 40.000 untuk lampu biasa dan Rp 45.000 untuk lampu dengan iringan musik. Sementara itu, harga pohon natal dipasang di kisaran Rp 400.000 sampai Rp 1,5 juta.
Protokol kesehatan
Harapan untuk mendapatkan ”cuan” di tengah pandemi tetap harus diikuti protokol kesehatan yang ketat. Ini konsisten dilakukan oleh Iwan. Setiap uang pembayaran yang ia terima disemprot disinfektan. ”Ya, sama-sama saling menjaga (kebersihan dan kesehatan), ya,” ujarnya.
Lidya (55), koordinator toko pernak-pernik, menyampaikan, protokol kesehatan sangat penting diterapkan di toko. Apalagi, jumlah pembeli yang datang ke tokonya bisa mencapai 300 orang per hari. Kendati demikian, mereka datang silih berganti sehingga tidak terjadi penumpukan. Mayoritas pembeli pun sudah tahu barang yang akan dicari sehingga penjaga toko bisa melayani segera. Lidya berharap pandemi segera membaik sehingga orang-orang tak ragu lagi berkunjung ke pasar.
Semarak belanja ornamen Natal juga tampak di Manado, Sulawesi Utara. Sejak akhir November 2021, seperti tahun-tahun sebelumnya, tempat parkir motor di samping Megamall Manado beralih fungsi menjadi pusat ornamen bertema Natal. Di sanalah warga bertumpah ruah. Tak ada hiasan Natal yang tak bisa ditemukan di sana, dari pohon natal dan bola-bola gantungnya, hiasan dinding, sampai lampu kelap kelip.
Ria Christy (30), salah satu penanggung jawab di Megamall Manado, mengatakan, tahun ini jauh lebih ramai ketimbang tahun lalu. Jika saat itu pendapatan kotor harian hanya di kisaran Rp 40 juta, tahun ini nilainya bisa mencapai ratusan juta rupiah. ”Yang paling diminati itu pertama bola-bola gantung merah dan emas, baru disusul pohon,” katanya.
Menurut Ria, ini karena masyarakat sudah jauh lebih ”berani”. Secara epidemiologis, kasus harian Covid-19 di Sulut selama sebulan terakhir ada di kisaran hitungan sepuluh jari. Gereja pun tak lagi diadakan daring sekalipun dibatasi. ”Tahun lalu memang toko ramai, tetapi tahun ini lebih ramai lagi. (Kondisi) pandemi sudah tidak seperti Natal 2020,” katanya.
Geliat penjualan ornamen Natal kembali semarak tahun ini. Para pedagang di pasar ornamen Natal pun kembali beroleh cuan sembari merawat harapan agar pandemi dapat segera berlalu.