Sukacita Natal, Momentum untuk Menggerakkan Persaudaraan
Gerakan persaudaraan diharapkan bukan hanya jadi gerakan sesaat, tetapi gerakan berlandaskan cinta kasih itu terus membuahkan, melahirkan gerakan-gerakan untuk membangun persaudaraan.
Oleh
STEFANUS ATO, MELATI MEWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Di balik dahsyatnya pandemi Covid-19, bangsa Indonesia dianugerahi watak dasar peduli dan kerelaan untuk memberi. Momen Natal 2021 diharapkan terus menggerakkan, merawat, dan memupuk watak dasar itu agar menular ke seluruh anak bangsa.
Natal 2021 mengusung tema ”Cinta Kasih Kristus yang Menggerakkan Persaudaraan”. Tema tersebut dikutip dari Surat Pertama Petrus 1:22.
Ketua Konferensi Waligereja Indonesia Ignatius Kardinal Suharyo mengatakan, tema Natal 2021 itu merupakan wujud ajakan bersyukur. Cinta kasih Kristus telah mampu menggerakkan persaudaraan untuk bersama-sama berjuang menghadapi pandemi.
”Buktinya kita bangsa Indonesia, salah satu negara yang dianggap paling baik dalam menghadapi dan mengatasi pandemi Covid-19. Kita mesti bersyukur,” kata Ignatius dalam wawancara khusus, Kamis (23/12/2021), di Jakarta.
Menurut Ignatius, selain bersyukur, gerakan persaudaraan harus terus didorong. Umat terus diajak untuk membuka hati dengan landasan inspirasi iman kristiani, yakni cinta kasih Kristus, untuk terus saling mendukung dan membantu agar secepatnya dan sebaik-baiknya keluar dari pandemi Covid-19.
”Harapannya bukan hanya menggerakkan sesaat, tetapi cinta kasih Kristus membuahkan, melahirkan gerakan-gerakan untuk membangun persaudaraan. Wujudnya itu dengan merawat dan mengembangkan kepedulian menjadi makin jelas, menjadi wabah bangsa kita,” tuturnya.
Upaya terus mendorong semangat persaudaraan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara juga harus terus dipupuk. Indonesia memang sudah berikrar pada 1928 untuk menjadi satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa. Ikrar itu kian diperkuat dengan adanya proklamasi kemerdekaan dan Pancasila.
”Itu semua sudah kita sepakati. Tetapi nyatanya dalam sejarah bangsa kita, kesatuan itu belum jadi, itu proses menjadi. Proses menjadi itu kalau tidak dirawat, bisa rusak,” ucap Ignatius.
Buktinya kita bangsa Indonesia, salah satu negara yang dianggap paling baik dalam menghadapi dan mengatasi pandemi Covid-19. Kita mesti bersyukur. (Ignatius Suharyo)
Sekretaris Umum Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia Jacklevyn Frits Manuputty dihubungi secara terpisah, mengatakan, secara teologis, Natal selalu dimaknai sebagai tindakan solidaritas Allah melalui kehadiran Kristus karena mencintai manusia dan mencintai bumi. Hal itu dimaknai sebagai intervensi kasih Allah ke tengah dunia yang rapuh, dunia yang berdosa, dan menderita.
”Tahun ini pengakuan iman itu diletakkan di dalam situasi pandemi yang selama dua tahun telah kita lalui bersama-sama. Pandemi yang menguji kemanusiaan kita dan kita menemukan di dalamnya apa pun latar belakang kita, semua manusia sesungguhnya rapuh,” kata Jacklevyn.
Kerapuhan itu menyebabkan semua orang bisa terpapar Covid-19. Implikasi dari pandemi selama dua tahun juga mengakibatkan seluruh golongan masyarakat terpuruk dalam berbagai aspek kehidupan yang lain, misalnya sosial ekonomi, politik, dan lain sebagainya.
Selain pandemi, bangsa Indonesia selama 2021 dilanda rentetan bencana alam. Situasi pandemi dan bencana alam mengisyaratkan agar memaknai tindakan solidaritas dan cinta kasih Allah yang datang ke bumi dengan cara menjadi sahabat dan saudara bagi orang lain.
”Berbela rasa. Menunjukkan solidaritas kepada mereka yang terpuruk, mereka yang menderita. Itu harus dinyatakan sebagai tindakan persaudaraan yang jauh melampaui sekadar pertemanan,” ucap Jacklevyn.
Berbela rasa. Menunjukkan solidaritas kepada mereka yang terpuruk, mereka yang menderita. Itu harus dinyatakan sebagai tindakan persaudaraan yang jauh melampaui sekadar pertemanan. (Jacklevyn Frits Manuputty)
Makna menjadi saudara yang dimaksud, yakni membantu berbela rasa, membangkitkan empati, sehingga dalam situasi pandemi dan banyak bencana alam saling memikul dan berbagi beban. Persaudaraan itu tidak sebatas panggilan sebagai umat Kristen, tetapi juga melekat dalam kehidupan sehari-hari sebagai warga negara.