Peningkatan Mobilitas Mulai Terjadi di Beberapa Titik
Mobilitas orang pada masa Natal dan Tahun Baru mulai naik di beberapa titik. Pemerintah di sejumlah daerah tetap tak akan memberlakukan penyekatan, tetapi memperkuat pengawasan protokol kesehatan dan syarat perjalanan.
Oleh
TIM KOMPAS
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Di tengah ancaman serius virus SARS-CoV-2 varian Omicron, pergerakan orang mulai meningkat. Hal itu terlihat dari kenaikan volume kendaraan di beberapa pintu masuk dan kepadatan lalu lintas di sejumlah tempat wisata. Pemerintah akan memperketat pengawasan syarat perjalanan dan protokol kesehatan, tetapi tidak akan melakukan penyekatan.
Peningkatan volume kendaraan salah satunya terpantau di Jawa Tengah. Sejak Sabtu (18/12/2021), arus kendaraan yang masuk ke Jateng melalui Gerbang Tol Brebes naik sekitar 35 persen dari rata-rata volume kendaraan pada akhir pekan. Pada hari itu, volume kendaraan yang melintas naik dari biasanya 26.203 unit per hari menjadi 40.452 unit.
”Puncak peningkatan volume kendaraan kami perkirakan pada 24 Desember 2021 dan 2 Januari 2022. Kira-kira akan ada 411.641 kendaraan yang melintas dalam sehari, lebih tinggi daripada Natal dan Tahun Baru sebelumnya,” kata Kepala Seksi Pelayanan Transaksi Pejagan-Pemalang Toll Road Deny Harjono, Rabu (22/12/2021).
Pengawasan protokol kesehatan selama Natal dan Tahun Baru akan dilakukan dengan mengaktifkan kembali posko pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) mikro di desa-desa. Petugas posko bertugas mendata pemudik yang tiba di desanya dan memastikan mereka telah memenuhi syarat perjalanan.
Berdasarkan data Kepolisian Daerah Jateng, terdapat 297 pemudik yang tiba pada 6-20 Desember. ”Setiap pemudik akan kami data dan kami cek syarat perjalanannya. Kalau sudah lengkap, kami akan pasang stiker di rumahnya sebagai tanda di rumah itu ada pemudik,” kata Kepala Kepolisian Resor (Polres) Brebes Ajun Komisaris Besar Faisal Febrianto.
Faisal mengatakan, tahun ini tidak ada penyekatan pemudik. Namun, pihaknya tetap akan mendirikan pos pengamanan di pintu-pintu masuk Jateng melalui Brebes, baik di jalur tol maupun di jalur pantura.
Peningkatan mobilitas juga terpantau di DI Yogyakarta. Berdasarkan pantauan Kompas, Rabu, sekitar pukul 11.30, kepadatan lalu lintas terlihat di sebagian kawasan wisata Malioboro, terutama dari depan Hotel Grand Inna Malioboro hingga depan Malioboro Mall.
Akibat kondisi tersebut, mobil dan sepeda motor yang melintas harus berjalan pelan. Sebagian mobil yang melintas berpelat nomor dari luar DIY.
Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan Kawasan Cagar Budaya Kota Yogyakarta Ekwanto mengakui, selama sekitar seminggu terakhir, jumlah pengunjung kawasan Malioboro mengalami peningkatan. ”Selama seminggu ini sudah ramai sekali, termasuk bus-bus wisata dan mobil dengan pelat luar kota,” ujar Ekwanto.
Asisten Sekretariat Daerah DIY Bidang Pemerintahan dan Administrasi Umum Sumadi mengatakan, Pemerintah DIY tak bisa membatasi wisatawan dan warga dari luar kota yang ingin datang ke wilayah tersebut. Untuk mengantisipasi lonjakan mobilitas warga dan wisatawan, DIY bakal mengaktifkan kembali satuan tugas Covid-19 di wilayah desa/kelurahan, pedukuhan, dan RT/RW.
Tanpa pos pemantauan
Di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, dalam dua hari terakhir, warga terpantau mulai meninggalkan kota itu untuk merayakan Natal di kampung halaman. Mereka kebanyakan bepergian dengan jalur darat dan kapal laut. Sayangnya, tak ada pos pemantauan di pintu-pintu keluar kota.
Salah satu pemudik, Denti (28), menyatakan tidak mengalami kesulitan untuk pulang kampung tahun ini. Denti tak perlu menjalani tes cepat antigen Covid-19 setelah Nusa Tenggara Timur mencabut kewajiban tes Covid-19 bagi pelaku perjalanan di dalam provinsi yang sudah menerima vaksin lengkap.
Selain lewat jalur darat, arus mudik jalur laut di NTT diperkirakan memuncak pada Kamis (23/12/2021). Namun, tak ada pos pemantauan di pintu pelabuhan untuk mengawasi protokol kesehatan dan syarat perjalanan mudik.
Sementara itu, penelitian terbaru yang disampaikan tim peneliti dari Imperial College London yang diakses daring pada Rabu (22/12) menunjukkan, varian Omicron bisa memicu infeksi ulang hingga 5,4 kali lebih tinggi dengan keparahan yang diakibatkannya setara varian Delta.
Kajian dilakukan dengan membandingkan 11.329 orang yang terinfeksi Omicron dengan hampir 200.000 orang yang terinfeksi varian lain. ”Tidak ada bukti Omicron memiliki tingkat keparahan yang lebih rendah daripada Delta, dinilai dari proporsi orang yang dites positif yang melaporkan gejala, atau dengan proporsi kasus yang mencari perawatan di rumah sakit setelah infeksi,” tulis Neil Ferguson, penulis utama studi ini.
Epidemiolog Griffith University, Dicky Budiman, mengatakan, temuan ini menjadi peringatan untuk mewaspadai Omicron. ”Karena sangat menular dan lebih mudah reinfeksi, Omicron dapat memicu lonjakan kasus di negara yang kekebalan populasinya sudah tinggi, baik disebabkan vaksinasi maupun infeksi sebelumnya,” ujarnya.
Kenaikan kasus Omicron di India, menurut Dicky, juga bisa jadi peringatan bagi Indonesia. India sejauh ini telah melaporkan 213 kasus varian Omicron dengan sumbangan terbanyak dari Delhi dan Maharashtra. ”Omicron berpotensi jadi epidemi di tengah pandemi karena sifat reinfeksinya yang kuat selain kecepatan penularannya,” katanya.