Indonesia telah mendaftarkan lima genom varian Omicron ke GISAID dalam empat minggu terakhir atau sekitar 2,6 persen dari total varian yang dilaporkan dalam periode tersebut.
Oleh
Ahmad Arif
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penyebaran varian Omicron secara global semakin tak terbendung dan banyak negara telah mengalami transmisi lokal. Indonesia juga telah mengonfirmasi lima kasus Omicron dari sebelumnya tiga kasus.
Lima kasus terkonfirmasi Omicron di Indonesia bisa diketahui dari data pusat data genom virus GISAID. Disebutkan, Indonesia telah mendaftarkan lima genom varian Omicron dalam empat minggu terakhir atau sekitar 2,6 persen dari total varian yang dilaporkan dalam periode tersebut.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi yang dikonfirmasi pada Selasa (21/12/2021) membenarkan mengenai lima kasus Omicron yang telah terkonfirmasi ini. ”Semua (yang terkonfirmasi) masih yang di Jakarta,” kata Nadia.
Sebelumnya, tiga kasus Omicron terkonfirmasi pada 15 Desember. Satu orang merupakan pekerja di Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet, yang tidak memiliki riwayat perjalanan ke luar negeri. Dua lainnya merupakan pelaku perjalanan, satu dari London dan lainnya dari Amsterdam.
Dengan hampir 100 negara di dunia yang memiliki Omicron, penyebaran varian ini di dunia tidak terbendung lagi.
Kementerian Kesehatan saat ini masih menunggu hasil pemeriksaan sejumlah kasus terduga Omicron, termasuk tiga warga negara China yang dikarantina di Manado. Kasus terduga ini rata-rata terdeteksi melalui pemeriksaan SGTF (S gene target failure).
Selain itu, menurut Nadia, terdapat ratusan riwayat kontak dari pasien Omicron yang masih ditelusuri, di mana 60 orang diketahui positif Covid-19. Meski demikian, keseluruhan 60 orang ini belum diketahui varian yang menginfeksinya.
Data Jejaring Surveilans Genom Indonesia menunjukkan, Indonesia telah mendaftarkan 10.384 data whole genom sequencing (WGS) ke GISAID. Varian Delta masih mendominasi spesimen yang dianalisis dengan WGS ini, yaitu mencapai 5.985 virus atau 57,64 persen. Pada bulan Desember 2021, varian Delta yang ditemukan sebanyak 8.
Peneliti senior Pusat Riset Biologi Molekuler Eijkman-BRIN, Safarina G Malik, mengatakan, varian Omicron yang terdeteksi di Indonesia ini memiliki garis keturunan BA.1, yang merupakan galur utama. Di negara lain, selain BA.1, saat ini sudah muncul garis keturunan BA.2.
Menurut Safarina, baik Omicron BA.1 maupun BA.2 membawa hampir semua mutasi protein paku receptor-binding domain (RBD) dan kedua mutasi pembelahan furin yang berdekatan. Keduanya juga memiliki penghapusan NSP6 yang terlihat di varian lain seperti Delta. Namun, sub-garis keturunan BA.2 tidak membawa penghapusan protein 69/70 del dan dengan demikian tidak akan dapat dideteksi oleh SGTF atau kegagalan target gen-S.
Tidak terbendung
Direktur Pascasarjana Universitas YARSI yang juga mantan Direktur Penyakit Menular Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Asia Tenggara Tjandra Yoga Aditama mengatakan, dengan hampir 100 negara di dunia yang memiliki Omicron, penyebaran varian ini di dunia tidak terbendung lagi.
”Pada 16 Desember lalu, para menteri kesehatan negara G-7 sudah menyebut Omicron sebagai ancaman terbesar kesehatan masyarakat dunia sekarang ini. Akan baik kalau para menkes G-20 di bawah presidensi Indonesia juga mengambil sikap tentang Omicron sejalan dengan konsep Tata Ulang Arsitektur Kesehatan Global yang disampaikan Presiden Jokowi,” katanya.
Sejumlah negara tetangga juga sudah melaporkan transmisi lokal, termasuk Singapura. Bahkan, menurut praktisi kesehatan dari Indonesia yang tinggal di Singapura, Septian Hartanto, Singapura telah melaporkan kluster Omicron lokal pertamanya pada Senin (20/12/2021). Seperti dilaporkan Kementerian Kesehatan Singapura, tiga infeksi Covid-19 ditemukan di tempat gim.
Penyebaran cepat Omicron juga terjadi di negara-negara Eropa dan Amerika Serikat sehingga mendorong pembatasan baru untuk memperlambat lonjakannya. Omicron dengan cepat menjadi varian dominan di AS, naik menjadi 73 persen dari semua kasus baru Covid-19 di negara itu dari sekitar 3 persen pada minggu sebelumnya.
Perbaiki karantina
Menurut Tjandra, untuk mencegah meluasnya penyebaran Omicron, Kementerian Kesehatan diminta segera mengidentifikasi seberapa besar penularan di masyarakat. Kasus pertama yang diumumkan, yaitu ”N”, misalnya, diduga tertular dari warga yang baru pulang dari Afrika.
”Tentu akan baik kalau diinformasikan juga siapa saja anggota masyarakat lain yang sudah tertular, apakah semua sudah dikarantina, ke tempat mana saja mereka berkunjung sehingga masyarakat lain yang juga berkunjung ke tempat yang sama bisa waspada,” ujarnya.
Tjandra memperkirakan kasus Omicron lainnya akan lebih banyak lagi ditemukan di Indonesia. ”Kita harus memperketat kemungkinan tambahan kasus lagi dari luar negeri, dengan membatasi yang masuk, melakukan karantina yang ketat sampai 14 hari dan jangan sampai ada yang lolos dengan berbagai alasan,” katanya.
Dengan kondisi saat ini, Tjandra juga menyarankan untuk menyiagakan fasilitas kesehatan, bukan hanya rumah sakit, melainkan juga pelayanan kesehatan primer. Termasuk yang juga harus dihitung adalah tenaga kesehatan, obat, dan alat kesehatan. ”Masyarakat juga harus disiapkan untuk kemungkinan apa yang harus dilakukan kalau ada peningkatan kasus, termasuk dalam identifikasi kluster,” katanya.
”Di luar aspek kesehatan, perlu diantisipasi dampak sosial, ekonomi, dan bahkan juga politik yang mungkin terjadi. Selain itu, yang juga sangat penting adalah komunikasi publik yang baik, transparan, konsisten, dan responsif,” tambah Tjandra.