Layanan Bus Berskema ”Buy the Service” Beroperasi di Kalsel
Layanan bus Trans Banjarbakula dengan skema ”buy the service” mulai beroperasi di Kalimantan Selatan. Kehadirannya diharapkan mendorong masyarakat untuk beralih dari kendaraan pribadi ke angkutan umum.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·4 menit baca
MARTAPURA, KOMPAS — Layanan bus Trans Banjarbakula dengan skema buy the service mulai beroperasi di Kalimantan Selatan. Angkutan umum massal berbasis jalan di wilayah perkotaan itu akan melayani empat koridor yang menghubungkan lima kabupaten/kota. Kehadirannya diharapkan mendorong masyarakat untuk beralih dari kendaraan pribadi ke angkutan umum.
Banjarbakula merupakan akronim dari Banjarmasin, Banjarbaru, Banjar, Barito Kuala, dan Tanah Laut. Peluncuran program buy the service pada Trans Banjarbakula di Kalimantan Selatan digelar di Terminal Gambut Barakat Kilometer 17, Kabupaten Banjar, Rabu (22/12/2021).
Direktur Angkutan Jalan Kementerian Perhubungan Suharto mengatakan, Kalsel dengan Trans Banjarbakula akan menjadi promotor dalam pelayanan angkutan umum berkonsep buy the service. Untuk wilayah timur Indonesia, Banjarbakula merupakan pengoperasian pelayanan kedua Teman Bus setelah Makassar.
Teman Bus menjadi bagian digitalisasi 4.0 yang mendukung masyarakat nirtunai. Pelayanannya sebagai langkah awal implementasi dari program buy the service yang memberikan subsidi penuh bagi operator dengan fasilitas pendukung di bus yang lebih baik. Harapannya, lebih banyak penumpang yang beralih ke moda transportasi publik.
”Ini merupakan momentum perubahan peradaban baru dalam pelayanan angkutan umum di wilayah Banjarbakula. Dengan adanya perubahan peradaban ini tentunya akan menjadi tulang punggung pelayanan angkutan massal di wilayah Kalsel,” kata Suharto.
Trans Banjarbakula akan melayani penumpang di empat koridor atau rute layanan. Koridor 1 untuk rute Terminal Gambut Barakat Km 17-Terminal Simpang Empat, Koridor 2 rute Taman Siring 0 Km Banjarmasin-Terminal Km 17, Koridor 3 rute Terminal Handil Bakti-Terminal Km 6-Simpang Empat Trans, dan Koridor 4 rute Terminal Km 17-Simpang Tiga Bentok.
”Untuk saat ini baru akan dioperasikan satu koridor, yaitu Koridor 1. Namun, secara bertahap pelayanannya akan sampai empat koridor dengan jumlah armada bus (medium dan mikro) sebanyak 75 unit,” ujarnya.
Suharto mengatakan, peluncuran Trans Banjarbakula merupakan bentuk komitmen awal antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Intervensi pemerintah pusat dalam bentuk pemberian subsidi dan bantuan hanya bersifat sementara. Setelah tiga tahun, pemda diharapkan bisa mengambil alih peran pemerintah pusat untuk melanjutkan program buy the service.
Untuk itu, dalam tiga tahun ini harus ada intervensi pemda dalam bentuk push and pull, yaitu bagaimana bisa terus mendorong pelayanan angkutan umum dan bagaimana terus mengendalikan pergerakan kendaraan pribadi. Selama ini populasi kendaraan pribadi terus bertambah 13 persen per tahun, sedangkan pertumbuhan prasarananya hanya di bawah 1 persen per tahun.
”Tanpa ada kebijakan push and pull, maka masyarakat tidak akan mungkin beralih dari kendaraan pribadi ke angkutan umum. Wujud nyata push and pull itu di antaranya penerapan ganjil-genap dan mendorong Aparatur Sipil Negara naik angkutan umum,” katanya.
Masih gratis
Kepala Subdirektorat Angkutan Perkotaan Kemenhub Budi Prayitno menambahkan, layanan Teman Bus Trans Banjarbakula untuk saat ini belum dipungut biaya. ”Layanannya gratis selama belum terbit peraturan terkait Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari Kementerian Keuangan,” katanya.
Yang penting saat ini, secanggih apa pun teknologi, pelayanan hendaknya tetap diberikan dengan hati.
Layanan Teman Bus di Banjarbakula merupakan yang kedelapan di Indonesia sejak program itu diluncurkan pada 2020. Sebelumnya, layanan Teman Bus sudah hadir di Palembang, Solo, Bali, Yogyakarta, Medan, Makassar, dan Banyumas. ”Teman Bus mendapat atensi besar dari masyarakat dan sukses mencapai lebih dari 12 juta perjalanan penumpang,” ujar Budi.
Gubernur Kalsel Sahbirin Noor mengatakan, daerahnya membutuhkan pembangunan infrastruktur yang memenuhi hajat hidup orang banyak, di antaranya adalah kereta api dan bus angkutan massal. ”Kami sangat bersyukur atas sinergisitas antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota dalam menghadirkan layanan bus Trans Banjarbakula,” katanya.
Sahbirin berharap sinergisitas yang sudah terwujud selama ini terus meningkat sehingga bisa mewujudkan apa yang dicita-citakan oleh masyarakat Kalsel. ”Yang penting saat ini, secanggih apa pun teknologi, pelayanan hendaknya tetap diberikan dengan hati. Pelayanan kepada masyarakat haruslah pelayanan yang terbaik,” tuturnya.
Siapkan regulasi
Anggota Komisi II DPR RI asal Kalsel, Muhammad Rifqinizamy Karsayuda, mengatakan, Kalsel menjadi satu-satunya provinsi di Kalimantan yang mendapat program Buy the Service. Program ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh pemerintah provinsi dan kabupaten/kota dengan menarik sebanyak mungkin penumpang.
”Saya mohon kepada bapak gubernur, wali kota, dan bupati untuk segera menyiapkan regulasi agar Trans Banjarbakula betul-betul ramai peminatnya. Salah satunya adalah regulasi untuk mendorong para ASN menggunakan transportasi publik ini. Sebab, setelah 2024, tanggung jawab pengelolaan ada di pemerintah daerah,” katanya.
Pengamat transportasi dari Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang, Djoko Setijowarno mengatakan, peran pemda sangat besar untuk keberhasilan program buy the service. Program ini konsepnya adalah menggeser penggunaan angkutan umum, bukan menggusurnya. ”Program ini bertujuan memperbaiki kinerja angkutan umum di daerah yang sudah terpuruk dan ditinggalkan penggunanya,” katanya.
Menurut Djoko, layanan yang tidak memenuhi standar dan tidak ada manajemen angkutan umum modern yang mengayominya membuat kinerja angkutan umum semakin ditinggalkan warga. Oleh karena itu, pemerintah berkewajiban menyelenggarakan transportasi umum sesuai Pasal 138 dan 158 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.