Sejak 2018 hingga 2020 terjadi 423 kali bencana banjir, longsor, dan bandang. Taksiran kerugian akibat bencana tersebut mencapai Rp 874,1 miliar atau setara dengan 10.925 unit rumah tipe 36 layak huni.
Oleh
ZULKARNAINI MASRY
·3 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Sebanyak delapan kecamatan di Kabupaten Aceh Barat, Nagan Raya, dan Aceh Tengah dilanda banjir luapan sungai. Ratusan rumah tergenang, tetapi belum ada warga yang mengungsi.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) Ilyas saat dihubungi pada Selasa (21/12/2021) menuturkan, hingga Selasa sore air belum surut. Hujan deras dua hari berturut-turut membuat sungai-sungai meluap.
Di Aceh Barat, Krueng (sungai) Woyla meluap pada Selasa dini hari. Ratusan rumah di sepanjang daerah aliran sungai terendam. Ketinggian air mencapai 1 meter.
”Hingga saat ini banjir belum surut, tetapi belum ada warga yang mengungsi. Kami masih mendata kerugian dari banjir,” kata Ilyas.
Hingga saat ini banjir belum surut, tetapi belum ada warga yang mengungsi. Kami masih mendata kerugian dari banjir (Ilyas).
Namun, sebuah jembatan gantung di Desa Lhok Guci, Kecamatan Meureubo, rusak karena roboh digerus arus sungai. Jembatan itu menghubungi Desa Lhok Guci dengan Desa Cot Manggi. Akibatnya, warga di dua desa harus melintasi jalan memutar lebih jauh.
Sementara itu, Desa Paya Dedep, Kecamatan Jagong Jeget, Kabupaten Aceh Tengah, dilanda banjir bandang. Sebuah anak sungai di desa meluap pada Senin sore. Material seperti lumpur dan potongan kayu menerjang kebun kopi milik warga.
”Kebun warga seluas 22 hektar rusak. Hujan masih mengguyur, kami khawatir jika tanggal jebol sasaran banjir rumah warga,” kata Ilyas.
Sementara di Nagan Raya, banjir merendam 13 desa di Kecamatan Tripa. Ketinggian air di permukiman warga mencapai 70 sentimeter. Belum ada warga yang mengungsi, tetapi Ilyas meminta petugas kebencanaan untuk siaga.
Sering terjadi
Bencana hidrometeorologi semakin sering melanda Aceh. Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) sejak 2018 hingga 2020, terjadi 423 kali bencana banjir, longsor, dan bandang. Taksiran kerugian akibat bencana tersebut mencapai Rp 874,1 miliar atau setara dengan 10.925 unit rumah tipe 36 layak huni.
Dosen konservasi lingkungan Universitas Serambi Mekkah, Banda Aceh, Teuku Muhammad Zulfikar, mengatakan, dalam konteks bencana alam, seperti banjir dan longsor, dipicu kerusakan hutan. Oleh karena itu, pemulihan hutan, normalisasi sungai, dan penataan kawasan sesuai fungsi harus dilakukan untuk memitigasi bencana banjir. Jika ini tidak dilakukan, banjir akan selalu mengancam wilayah Aceh.
”Pemulihan hutan, normalisasi sungai, dan penataan kawasan sesuai fungsi harus dilakukan untuk memitigasi bencana banjir. Jika ini tidak dilakukan, banjir akan selalu mengancam wilayah Aceh," katanya.
Sebelumnya, Koordinator Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Iskandar Muda Aceh Besar Zakaria Ahmad menuturkan, diperkirakan cuaca buruk akan melanda Aceh sepanjang Desember 2021 hingga Januari 2022. Akibatnya, potensi bencana alam tinggi.
Zakaria mengatakan, pada akhir tahun, Aceh selalu dilanda cuaca buruk. Penyatuan massa udara, perubahan arah angin, dan anomali cuaca di bagian barat Sumatera telah memicu kenaikan intensitas hujan di seluruh wilayah Aceh.