Sampel PMI dari Malaysia via Kalbar Dicurigai Omicron
Sembilan sampel pekerja migran Indonesia ”probable” Omicron. Hal itu diketahui setelah melalui pemeriksaan sampel di Kalimantan Barat. Masyarakat diminta tetap disiplin protokol kesehatan.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Sembilan sampel pekerja migran Indonesia yang pulang dari Malaysia melalui perbatasan Indonesia-Malaysia di wilayah Kalimantan Barat dicurigai Omicron. Sampel tersebut telah dikirim ke Jakarta untuk memastikan apakah termasuk Covid-19 varian Omicron ataukah tidak.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Harisson, Senin (20/12/2021), mengungkapkan, sampai Senin di Kalbar ada sembilan sampel yang probable Omicron. Probable Omicron artinya kemungkinan Omicron. Hal itu berdasarkan pemeriksaan laboratorium dengan metode SGTF di laboratorium Universitas Tanjungpura (Untan) Pontianak.
”Dari sembilan sampel tersebut, satu orang merupakan warga Kabupaten Sambas (Kalbar) yang baru pulang dari Sarawak, Malaysia, dan masuk dari Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Aruk. Kemudian, delapan sampel lainnya warga dari luar Kalbar yang masuk dari PLBN Entikong, Kabupaten Sanggau,” ungkap Harisson.
Sembilan sampel tersebut, setelah diketahui probable Omicron, dikirim ke Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) di Jakarta. Balitbangkes meminta sampel-sampel pekerja migran Indonesia (PMI) yang positif kini dikirim ke Jakarta setiap hari untuk memastikan apakah ada yang varian Omicron atau tidak. ”Sembilan PMI tersebut telah dikarantina,” ujar Harisson.
Baik PMI, warga negara asing, maupun warga negara Indonesia yang akan memasuki wilayah Kalbar melalui PLBN harus mengantongi surat tes usap (swab) PCR negatif dari Malaysia. Namun, ada PMI yang tidak mengantongi surat tes PCR negatif dari Malaysia.
Sembilan PMI tersebut telah dikarantina.
Dalam pengamatan Dinas Kesehatan, PMI yang kembali ke Indonesia melalui PLBN Entikong di Kabupaten Sanggau ataupun PLBN Aruk di Kabupaten Sambas banyak yang tidak mengantongi tes usap PCR dari Malaysia.
Meskipun pemeriksaan di PLBN sudah diperketat, ada tantangan tersendiri di ”jalur tikus” (jalur tidak resmi) perbatasan Indonesia-Malaysia. Jika ada warga pulang dari ”jalur tikus”, mereka sulit terpantau. Hal ini yang berisiko berpotensi menjadi jalur masuk Omicron.
Harisson mengingatkan bahwa pandemi Covid-19 belum berakhir. Masih ada ancaman Covid-19 dengan varian baru. Untuk itu masyarakat hendaknya tetap menjaga protokol kesehatan dengan memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan.
Di Entikong dan Aruk sejauh ini sudah ada alat PCR keliling. Bahkan, di Aruk terdapat mobile PCR bantuan dari Kementerian Dalam Negeri. Dengan demikian, sampel-sampel PMI bisa langsung dites di perbatasan.
Gubernur Kalbar Sutarmidji telah menyerahkan mobile PCR dari Kementerian Dalam Negeri kepada Pemerintah Kabupaten Sambas pada Selasa (14/12/2021). Sutarmidji mengatakan, adanya mobile PCR tersebut sebagai bentuk mewaspadai varian baru Covid-19 dari luar negeri.
Orang yang masuk dari perbatasan harus diperiksa secara ketat sehingga varian baru Covid-19 jangan sampai masuk ke daerah. Selain itu, untuk mengantisipasi banyaknya penduduk yang masuk pada momen libur Natal dan Tahun Baru.
Untuk warga yang datang dari pintu resmi di PLBN, mereka mudah diawasi. Namun, yang dikhawatirkan jika ada yang pulang melintasi pintu tidak resmi. Hal itu juga perlu diwaspadai.