Terlibat Prostitusi Anak, Sembilan Orang di Aceh Utara Ditahan

Korban dijajakan dengan tarif Rp 50.000 hingga Rp 200.000 sekali kencan. Korban kini hamil empat bulan.

DOK POLRES ACEH UTARA

Para tersangka yang terlibat prostitusi anak (baris depan) di Aceh Utara, Aceh, ditangkap oleh kepolisian, Kamis (16/12/2021). Polisi masih memburu tersangka lain.

LHOKSUKON, KOMPAS — Seorang anak perempuan berusia 16 tahun, warga Kabupaten Aceh Utara, Aceh, menjadi korban perdagangan manusia untuk kepentingan prostitusi. Sembilan tersangka ditangkap dan tersangka lain masih diburu.

Korban diperdagangkan oleh NR (61), seorang ibu rumah tangga yang masih kerabat korban, untuk bisnis prostitusi. Korban dijajakan dengan tarif Rp 50.000 hingga Rp 200.000 sekali kencan. Dia menjadi korban sejak Juni 2021 hingga Oktober 2021. Kini korban hamil empat bulan.

Kepala Polres Aceh Utara Ajun Komisaris Besar Riza Faisal, dihubungi pada Jumat (17/12/2021), menuturkan, kasus itu terbongkar karena korban hamil. Korban tinggal bersama neneknya, sementara ayah dan ibunya telah lama bercerai.

Ayah korban yang kini tinggal di luar Aceh diberi tahu seseorang bahwa anaknya hamil. Pada 14 Desember 2021, korban dan ayahnya melapor ke Polres Aceh Utara. Sehari kemudian, para pelaku diringkus. ”Sebanyak sembilan tersangka kami tangkap, salah satunya mucikari yang berperan mencari pelanggan,” kata Riza.

Baca juga : Anak Menjadi Korban Pencabulan Ayah Tiri

Mereka yang ditangkap adalah pria yang melakukan prostitusi, yakni MY (45), AS (28), AM (51), YN (53), IB (51), dan RZ (54). Polisi juga menangkap NR (61), mucikari; AR (63), penyedia tempat; dan IS (68), tukang ojek yang bertugas mengantar korban.

Para tersangka yang melakukan prostitusi berprofesi sebagai petani, pegawai negeri, dan swasta.  Polisi juga sedang memburu pelaku lain.

Staf Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak Aceh Utara Khuzaimah menuturkan, saat ini korban dalam pendampingan mereka. Khuzaimah merasakan kesedihan yang berat melihat korban masih berusia anak.

”Korban anak dari keluarga disharmonis. Ibu ayahnya telah bercerai sejak lama. Dia tinggal sama nenek, tetapi dimanfaatkan oleh saudara untuk perdagangan seksual,” ujarnya.

Khuzaimah mengatakan, korban dalam keadaan tertekan, apalagi korban kini sedang hamil.

Korban dalam keadaan tertekan, apalagi korban kini sedang hamil.

Baca juga : Lindungi Anak, Revisi Qanun Jinayah Mendesak

Diperkosa 14 pria

Sementara di Kabupaten Nagan Raya, seorang anak berusia 15 tahun diperkosa bergiliran oleh 14 pria. Korban dikurung di sebuah kamar kafe. Namun, seseorang yang mengetahui keberadaan korban memberitahukan kepada keluarganya hingga diteruskan kepada polisi.

Kepala Satuan Reserse Kriminal Polisi Resor Nagan Raya Ajun Komisaris Machfud mengatakan, sebanyak sembilan pelaku telah ditangkap. Sementara sisanya sedang diburu.

Mereka yang ditangkap adalah N (17), MR (17), YR (18), RJ (18), MS (18), MD (19), MRK (20), FS (21), dan SF (18). ”Kami menggeledah kafe tersebut. Kami menemukan enam kondom berbagai merek,” kata Machfud.

KOMPAS/YOLA SASTRA

Anggota Jaringan Peduli Perempuan Sumatera Barat mengikuti aksi damai anti-kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak di Jalan Jenderal Sudirman, Padang, Sumatera Barat, Kamis (25/11/2021).

Sebelumnya, kasus kekerasan seksual juga terjadi di Aceh Utara. Pada awal pekan lalu seorang anak berusia 14 tahun diperkosa oleh ayah tirinya.  Sementara di Langsa, seorang perempuan diperkosa di kebun sawit. ”Aceh dalam kondisi darurat perlindungan anak. Namun, anggaran untuk program pemulihan sangat terbatas,” kata Khuzaimah.

Data Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Aceh menunjukkan, sejak 2017 hingga 2020, kekerasan terhadap anak mencapai 2.946 kasus. Kasus paling banyak terjadi adalah kekerasan psikis sebanyak 837 kasus, pelecehan seksual 671 kasus, kekerasan fisik 405 kasus, dan pemerkosaan 289 kasus.

Kepala Dinas Pemberdayaan dan Perlindungan Anak Aceh Nevi Ariani menuturkan, kasus-kasus tersebut sangat memprihatinkan. Ini menunjukkan kampanye perlindungan anak belum maksimal. ”Kami berupaya melakukan kampanye lebih kuat,” kata Nevi.