Keluarga Andy Maulana (22), pekerja migran Indoensia penumpang kapal tenggelam di perairan Johor, Malaysia, Rabu (15/12/2021) dini hari lalu, masih menunggu kepastian kabar. Andy berangkat ke Malaysia tanpa restu keluarga, yang juga tidak tahu bagaimana proses keberangkatannya.
“Sebenarnya dari awal mau berangkat, kami orangtua tidak mengizinkan. Dia informasi cari sendiri,” kata Jarianto (45) ayah Andy saat ditemui di rumahnya di RT 25/ RW 08 Desa Pasuruhan, Kecamatan Binangun, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Jumat (17/12/2021).
Lihat juga: Kapal Tenggelam di Malaysia Diduga Lewat Jalur Ilegal
Jarianto mengatakan, Andy sulung dari dua bersaudara. Dia sudah 3 tahun bekerja di Malaysia sebagai tenaga kerja di perkebunan yang mengelola sawit serta nanas. Selama di sana, ia tanpa ijin bekerja dan ketika hendak mengurus izin masuk lagi kali ini, terkendala pandemiCovid-19.
“Dia sempat setahun di rumah sebelum memutuskan berangkat lagi. Berangkat dari rumah tanggal 8 Desember lalu. Katanya sampai Batam, nanti ada yang mengurusi atau menjemput,” tuturnya.
Di rumah itu, ketika sejumlah wartawan datang bersama perangkat desa setempat, sang ibu, Nasirah, menangis menunggu kejelasan kabar. Sebelumnya. beredar kabar ada dua identitas ditemukan dalam musibah itu. Pertama, KTP atas nama Andy dan kedua adalah SIM atas nama Nasirah dengan alamat yang sama. “Ibunya memang tidak berangkat. Itu SIM sudah mati yang dibawa Andy sebagai isi dompet dan pelepas rindu pada ibunya,” tutur Jarianto.
Keluarga mengharapkan anaknya itu kembali dengan selamat, tapi jika sudah meninggal, keluarga berharap jenazahnya bisa dibawa pulang ke Cilacap. Kontak terakhir keluarga dengan Andy adalah hari Selasa saat akan menyeberang. “Yang jelas kami menunggu informasi dari KJRI dan polisi. Harapannya apapun itu, bisa pulang. Terakhir kontak hari Selasa pas mau nyeberang,” ujarnya.
Baca juga: Keluarga Menanti Kabar dari Penyintas Kapal yang Tenggelam
Kepala Desa Pasuruhan Panut menyampaikan, pihaknya membenarkan bahwa Andy Maulana adalah warganya. Namun, pihak desa tidak mengetahui proses keberangkatannya ke Malaysia. “Kalau dari agen yang resmi, ada datanya di desa. Total warga sini yang jadi TKI ada sekitar 500 orang,” tutur Panut.
Arus kepulangan TKI ilegal di Pelabuhan Setulang Laut, Johor, Malaysia, menjelang dua hari berakhirnya masa pengampunan, Kamis (9/11/2004), terus mengalir.
Dari sekitar 6.000 warga desa itu sebanyak 60-70 persen adalah petani. Kemudian dari 500 orang yang merantau ke luar negeri, negara tujuannya, antara lain Hongkong, Singapura, Malaysia, Taiwan, dan Korea. “Motivasinya adalah ingin meningkatkan ekonomi,” kata Panut yang juga mantan pekerja imigran di Hongkong, Jepang, Australia, dan Taiwan.
Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan Perindustrian Kabupaten Cilacap Dikdik Nugraha menyampaikan, dari data sementara, dari Kabupaten Cilacap ada 2 orang yang menjadi korban kapal karam itu. Pertama adalah Andy Maulana dan kedua adalah Tukiman Martameja yang terlacak dari ditemukannya bukti PCR dari salah satu klinik di Desa Jetis, Nusawungu. Informasi sementara yang diperolehnya, kedua korban ini meninggal dunia. “Kami sudah koordinasi dengan BP2MI dan sedang ditelusuri dahulu. Sekarang jenazahnya di Johor. Ini menunggu berita dari sana. Kalau sudah sampai bandara, dikirim ke sini, lalu dikoordinasikan penjemputan atau bagaimana,” tutur Dikdik.
Baca juga : Tekan TKI Ilegal, Perempuan Muda Timor Diberdayakan Jadi Peternak
Untuk mencegah terulangnya pengiriman pekerja migran Indonesia (PMI) ilegal, kata Dikdik, pihaknya terus bekerjasama dengan BP2MI untuk melakukan sosialisasi di kantong-kantong PMI. “Tapi sulit juga karena kita tidak bisa memantau setiap saat. Kami juga menyiapkan pelatihan-pelatihan dan mengimbau mereka untuk tidak usah berangkat lagi,” tuturnya.
Seperti diberitakan Kompas (17/12/2021), 19 jenazah WNI ditemukan di Pantai Tanjung Balau, Kota Tinggi, Johor, Malaysia, Rabu (15/12/2021) pagi akibat perahu motor yang ditumpangi dari Pulau Bintan ke negeri jiran terbalik dan tenggelam karena cuaca buruk. Masih ada 17 WNI yang hilang, sementara 14 orang lainnya selamat dan diserahkan ke badan imigrasi Malaysia.