Gempa NTT Dirasakan di Dua Wilayah di NTB, Tidak Ada Dampak Signifikan
Gempa yang berpusat di laut Flores, NTT, turut dirasakan di Dompu dan Bima, NTB. Sejauh ini tidak ada dampak signifikan, seperti korban ataupun kerusakan.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·3 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Gempa tektonik bermagnitudo 7,4 di wilayah laut Flores, Nusat Tenggara Timur, Selasa (14/12/2021), turut dirasakan di sejumlah wilayah di Nusa Tenggara Barat. Meski demikian, hingga saat ini belum ada laporan korban jiwa, luka, ataupun kerusakan di NTB akibat gempa tersebut. Masyarakat diminta tetap tenang dan terus memperbarui informasi lewat sumber resmi.
Menurut Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Bambang Setiyo Prayitno dalam siaran resminya, gempa terjadi pada pukul 10.20 WIB atau 11.20 Wita.
Episenter (titik pusat gempa bumi di atas permukaan bumi) terletak pada koordinat 7,59 Lintang Selatan dan 122,24 Bujur Timur atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 112 kilometer arah barat laut Larantuka, Nusa Tenggara Timur, pada kedalaman 10 kilometer.
Jika memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenter (titik gempa di bawah permukaan bumi), tampak gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya aktivitas sesar aktif di Laut Flores. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan geser.
Pascagempa, BMKG mengeluarkan peringatan dini tsunami untuk wilayah Maluku, NTB, NTT, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Utara. Peringatan dini berakhir sekitar pukul 13.24 Wita.
Di NTB, gempa dirasakan di Pulau Sumbawa, terutama di Kabupaten Dompu bagian utara dan Bima. Meski demikian, untuk dua wilayah itu, peringatan tsunami masih pada level waspada. ”Guncangan terasa cukup lama. Sekitar 20 detik,” kata Sri (32), warga Raba, Kota Bima.
Menurut Sri, begitu terjadi gempa, ia dan warga lain langsung panik. Sebagian besar berlari ke luar rumah. ”Kami panik, terutama karena ada informasi mau tsunami,” kata Sri.
Idep Simorangkir yang juga sedang berada di Bima mengatakan, saat gempa terjadi, ia tengah berada di dalam ruangan dan rasanya seperti diayun-ayun.
”Pokoknya seperti digoyang-goyang. Awalya saya ragu, apakah gempa atau pusing. Tetapi, karena durasinya lumayan lama dan saat saya cek, ternyata gempa karena beberapa teman sudah keluar kantor,” kata Idep.
Menurut Idep, berdasarkan pantauannya, selain kepanikan, tidak ada dampak gempa di tempatnya. Bangunan di sekitar kantornya aman dan tidak ada kerusakan.
Menurut Sri, warga telah kembali beraktivitas seperti biasa. Meski demikian, Sri dan sejumlah warga di tempat tinggalnya mengatakan masih tetap waspada.
Kepala Stasiun Geofisika BMKG Mataram Ardhianto Septiadhi menambahkan, sejauh ini tidak ada dampak gempa bumi Flores di Bima dan Dompu. Menurut dia, kondisi di kedua wilayah tersebut aman.
”Ancaman tsunami sudah berakhir. Pastikan informasi hanya melalui kanal yang tepercaya dan tidak terpancing informasi yang belum tentu kebenarannya,” kata Ardhi.
Pemerintah Provinsi NTB juga mengimbau warga di dua wilayah itu untuk tetap tenang dan tidak termakan isu-isu yang belum jelas kebenarannya. Kepala Dinas Komunikasi, Informatika, dan Statistik NTB Najamuddin Amy meminta warga tetap waspada dan turut mendoakan warga di NTT berada dalam situasi aman.
Kejadian gempa
Pada minggu pertama Desember 2021, BMKG Stasiun Geofisika Mataram mencatat, selama 3-10 Desember telah terjadi 106 kali gempa bumi. Menurut Ardhi, kejadian didominasi gempa dengan magnitudo kurang dari 3 dan kedalaman dangka kurang dari 60 kilometer.
Selain itu, dari 106 kejadian tersebut, terdapat dua kejadian gempa yang dirasakan di sekitar wilayah NTB. Pertama, pada 6 Desember 2021 dengan magnitudo 4,9 dan kedalaman 10 kilometer di wilayah Dompu dan Bima. Selain itu, gempa pada 6 Desember dengan magnitudo 4,5 di wilayah Bima.
Menurut Ardhi, aktivitas gempa bumi di NTB pada minggu pertama Desember didominasi di daerah sumber gempa bumi Sesar Naik Busur Belakang Utara Sumbawa dan Sesar Sape.
Terkait kejadian gempa di NTB, Ardhi juga meminta warga untuk mengakses sumber informasi resmi dari BMKG, baik melalui situs resmi, akun media sosial, maupun aplikasi berbasis Android dan iOS.