Bandara Internasional Jawa Barat Kertajati di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, diyakini mulai beroperasi kembali awal tahun 2022. Pengelola bandara tengah menyiapkan penerbangan kargo.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·4 menit baca
MAJALENGKA, KOMPAS — PT Bandara Internasional Jawa Barat meyakini Bandara Internasional Jabar Kertajati di Kabupaten Majalengka kembali beroperasi awal 2022 setelah sepi sejak pandemi Covid-19 tahun 2020. Selain berkoordinasi dengan sejumlah maskapai penerbangan, pengelola bandara juga menjajaki kerja sama penerbangan kargo.
Potret sepinya bandara tampak pada Senin (6/12/2021) sore. Di terminal seluas 96.280 meter persegi itu, tidak satu tenan dan gerai anjungan tunai mandiri pub beroperasi. Rak-rak tenan kosong. Sejumlah lampu terminal padam, gelap. Di bagian depan, tetes hujan membasahi lantai terminal. Terlihat pula bercak kotoran burung.
Di bagian informasi, duduk empat petugas berseragam biru, sedangan di tempat parkir hanya tampak lima mobil. Rumput di dekat lokasi parkir sudah meninggi. Sejumlah remaja memacu sepeda motornya dengan kecepatan tinggi, mengelilingi jalan layang bandara. Suara kenalpot memecah kesunyian bandara. Di lantai tiga terminal, monitor digital memutar aneka iklan.
Kondisi bandara yang sepi sudah terjadi sejak pandemi Covid-19 dua tahun terakhir. Bandara terluas kedua setelah Bandara Internasional Soekarno-Hatta itu tidak lagi melayani penerbangan komersial untuk penumpang pada pertengahan 2020. Tahun lalu, tercatat hanya 42.403 penumpang yang memanfaatkan bandara itu.
Bahkan, tahun ini, tidak satu penumpang pun yang terbang dari Bandara Kertajati. Padahal, pada 2019, Kertajati melayani 451.852 pergerakan penumpang. Jumlah itu meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yakni 34.487 penumpang. Namun, angka itu belum sesuai dengan target 2,6 juta penumpang per tahun.
”Kondisi sekarang, dunia bandara dan penerbangan masih sangat terdampak Covid-19. Harapan untuk pulih dalam waktu dekat itu belum ada tanda-tanda,” ujar Direktur Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Muhamad Singgih kepada Kompas, Senin. Kehadiran varian baru Covid-19, Omicron, memperburuk situasi. Sejumlah negara pun membatasi akses penerbangan.
Di tengah kondisi itu, PT BIJB sebagai salah satu pengelola bandara melakukan restrukturisasi organisasi, sumber daya manusia, dan sektor komersial. Penghematan biaya operasional pun dilakukan. ”Ini strategi supaya bisa bertahan hidup. Sekarang, sekitar 25 persen (karyawan) sudah berkurang,” ucap Singgih.
Menurut data Serikat Pekerja PT Bandara Internasional Jawa Barat (Sekabara), karyawan di PT BIJB sebanyak 232 orang yang terdiri dari bagian operasional dan perkantoran. Jumlah ini berkurang dibandingkan dengan tahun 2018, yakni 259 orang. Jumlah ini belum termasuk pekerja yang menunjang operasional bandara.
Meskipun tidak ada penerbangan, pihaknya tetap berupaya menjalin kerja sama dengan sejumlah pihak. Pada Februari lalu, misalnya, Bandara Kertajati bersama maskapai Garuda Indonesia membuka penerbangan kargo menuju Bandara Internasional Hang Nadim, Batam, Kepulauan Riau. Namun, rencana itu belum optimal berjalan.
Kami optimistis awal tahun depan sudah mulai ada penerbangan kargo (Singgih).
”(Perusahaan) kargo mulai banyak menghubungi kami. Beberapa airlines (maskapai penerbangan) juga mau tempatkan pesawatnya di sini. Kami juga menjajaki kerja sama dengan private jet (jet pribadi). Kami optimistis awal tahun depan sudah mulai ada penerbangan kargo,” kata Singgih yang belum ingin menyebutkan detail kerja sama itu.
Menurut dia, dengan gudang seluas 5.000 meter persegi, Bandara Kertajati potensial untuk penerbangan kargo. Apalagi, penerbangan penumpang dibatasi selama pandemi Covid-19. Lahan bandara yang tersedia juga masih banyak. ”Kalau dikembangkan, kapasitas kargo di sini bisa 500.000 ton. Tapi, kami maksimalkan yang ada saja dulu,” ujarnya.
Sebelumnya, Gubernur Jabar Ridwan Kamil mendorong pengelola dan maskapai memanfaatkan penerbangan kargo. ”Bahkan, kalau bisa 80 persen fokus ke kargo. Saya minta Kadin (Kamar Dagang dan Industri Indonesia) Jabar pindahkan ekspor dan impor dari Cengkareng (Bandara Internasional Soekarno-Hatta) ke Kertajati,” ujarnya (Kompas.id, 23/2/2021).
Potensi bandara lainnya adalah untuk perawatan pesawat di Indonesia. Sekitar 84 hektar lahan pun disiapkan di sekitar jalur taksi. ”Selama ini hanya 54 persen pesawat di Indonesia yang melakukan MRO (maintenance, repair, dan overhaul) di dalam negeri. Artinya, ada 46 persen pesawat dirawat di luar negeri,” ujarnya.
Pihaknya menanti investor untuk membangun fasilitas perawatan pesawat yang membutuhkan dana sekitar Rp 1,8 triliun. Singgih memastikan, bengkel pesawat itu hanya salah satu dari sekian fasilitas bandara. Kertajati, lanjutnya, akan tetap fokus pada layanan penerbangan penumpang dan kargo. Apalagi, Kertajati juga disiapkan untuk penerbangan umrah dan haji.
Akan tetapi, Jalan Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu) yang menghubungkan Bandung dan Kertajati belum beroperasi. Dibangun sejak 2021, Cisumdawu ditargetkan tuntas bulan ini. Padahal, jalur ini dapat memangkas waktu tempuh dari sebelumnya sekitar 3 jam menjadi hanya 1 jam.
Jalan tol ini juga mempermudah akses penumpang jika sejumlah rute penerbangan dipindahkan dari Bandara Husein Sastranegara, Bandung, ke Kertajati. Pemindahan pernah dilakukan pada 2019 untuk menghidupkan Bandara Kertajati. Salah satu keluhan penumpang saat itu ialah waktu dan jarak yang lebih jauh ke Kertajati karena Cisumdawu belum beroperasi.
Bendahara Pengeluaran Kecamatan Kertajati Uuy Abdul Syakur mengatakan, tidak beroperasinya Bandara Kertajati berdampak pada perekonomian warga. Puluhan tempat indekos milik warga, misalnya, kini sepi penghuni. ”Bahkan, banyak yang kosong. Kami berharap bandara kembali ramai supaya perekonomian di sini berputar,” ujarnya.