Masih Minim, Fasilitas dan Pelayanan di Pengungsian Segera Ditambah
Sejumlah pelayanan dasar menjadi perhatian petugas di lapangan untuk dioptimalkan, misalnya operasional dapur umum untuk menambah kapasitas masakan, kebutuhan toilet portabel, dan ruang yang lebih nyaman.
Oleh
DEFRI WERDIONO/ NINO CITRA
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Fasilitas dan pelayanan pengungsian bagi warga terdampak erupsi Semeru segera ditambah. Hal ini terkait dengan banyaknya jumlah pengungsi yang pada Rabu malam sebanyak 6.022 jiwa.
Berdasarkan data Pos Komando (posko) Tanggap Darurat Awan Panas dan Guguran Gunung Semeru menyatakan, jumlah penyintas sebanyak 6.022 jiwa yang tersebar di 115 titik pos pengungsian. Pengungsi itu tersebar di Kabupaten Lumajang, Malang, dan Blitar.
Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana Abdul Muhari, dalam siaran pers, Kamis pagi, mengatakan, sebaran jumlah penyintas paling banyak berada di Kabupaten Lumajang, yakni Kecamatan Candipuro 2.331 orang, Kecamatan Pasirian 983 orang, Pronojiwo 525, Tempeh 554, Sumbersuko 302, dan Lumajang 271.
Selain itu, terdapat pula di Pasrujambe 212 orang, Sukodono 204 orang, Kunir 127 orang, Tekung 67 orang, Senduro 66 orang, Padang 62 orang, Jatiroto 59 orang, Kedungjajang 50 orang, Klakah 45 orang, Yosowilangun 40 orang, Rowokangkung 37 orang, Ranuyoso 26 orang, Randuagung 24 orang, Tempursari 23 orang, dan Gucialit 14 orang.
Muhari mengatakan, sejumlah pelayanan dasar menjadi perhatian petugas di lapangan untuk dioptimalkan, misalnya operasional dapur umum untuk menambah kapasitas masakan, kebutuhan toilet portabel, dan ruang yang lebih nyaman untuk warga penyintas.
Terkait lokasi pengungsian, posko masih mengidentifikasi fasilitas pendidikan yang aman dan dapat dimanfaatkan untuk pemindahan para penyintas.
Hingga Rabu malam, pembagian logistik masih menjadi salah satu masalah di pengungsian. Di Balai Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Lumajang, Jawa Timur, Rabu (8/12/2021), misalnya sebagian warga memaksa mengambil lebih dahulu beberapa karung beras donasi dari sejumlah pihak. Pemicunya kecemburuan antarwarga karena pemberian donasi mandiri dari pihak luar.
Pada pukul 14.00, sejumlah warga masuk dan mengamuk kepada petugas yang membagikan bantuan. Mereka mengaku hanya mendapat bantuan mi instan. Padahal, mereka menginginkan beras. Pemerintah desa dituduh tidak membagi bantuan secara merata.
Sekretaris Desa Sumberwuluh Samsul Arifin menyatakan, pihak desa sudah mencoba membagi rata. Namun, ada sebagian pengungsi yang tidak sabar. Di sisi lain, ada bantuan-bantuan yang diberikan langsung pihak luar kepada sejumlah pengungsi lainnya. Kondisi itu menyebabkan kecemburuan sosial.
Data terbaru
Hingga Kamis ini, tim SAR terpadu masih mencari warga yang hilang. tim SAR gabungan menargetkan waktu enam hari ke depan dengan fokus di wilayah Kampung Renteng, Desa Sumberwuluh dan wilayah Desa Curah Kobokan.
Data korban jiwa per hari ini, Kamis (9/12/2021), tercatat 39 orang meninggal dan 13 orang hilang. Petugas di lapangan masih terus melakukan identifikasi dan verifikasi terhadap warga meninggal.
Data sementara tercatat, rumah terdampak sebanyak 2.970 unit dan hewan ternak 3.026 ekor, dengan rincian sapi 764 ekor, kambing 684 ekor, dan unggas 1.578 ekor.
Sementara itu, data sementara fasilitas umum (fasum) terdampak, antara lain, sarana pendidikan 42 unit, sarana ibadah 17 unit, fasilitas kesehatan 1 unit, dan jembatan rusak 1 unit.