Cuaca Cerah, Pengungsi Kembali Menengok Rumah Mereka
Warga berharap bisa menempati rumah kembali. Rencana relokasi kini sedang disiapkan oleh Pemerintah Kabupaten Lumajang dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·2 menit baca
LUMAJANG, KOMPAS — Kalangan warga terdampak erupsi Gunung Semeru di Sumberwuluh, Candipuro, Lumajang, Jawa Timur, mulai beraktivitas, memanfaatkan kondisi cuaca yang cerah. Mereka menyempatkan pulang untuk melihat rumah yang ditinggal mengungsi.
Rabu (8/12/2021) merupakan hari kelima erupsi Semeru, gunung tertinggi di Pulau Jawa. Sampai dengan pukul 09.00, cuaca cerah. Semeru terlihat jelas dengan latar langit biru dan semburat awan tipis.
Namun, sekitar pukul 10.00, awan tebal sudah menutupi kawasan puncak atau Mahameru. Di Dusun Kajarkuning, Desa Sumberwuluh, dan Dusun Curah Kobokan, Desa Supiturang, warga hilir mudik mengangkuti harta benda dari rumah yang rusak diterjang awan panas guguran, abu vulkanik, dan siraman hujan.
Sejak pagi, warga kembali ke lokasi terdampak dari pengungsian untuk melanjutkan mengambil harta benda, perabotan rumah, ternak, dan apa pun yang bisa dibawa. Mereka menitipkan barang dan ternak di rumah kerabat, tetangga, ataupun kenalan di desa-desa di luar Kecamatan Candipuro, misalnya Pasrujambe atau Senduro yang cukup aman dari dampak erupsi Semeru.
”Katanya mau direlokasi, tetapi kami warga belum mendapat informasi atau diajak bicara pemerintah,” ujar Muhammad Hasan, warga Kajarkuning, di sela aktivitasnya mengangkuti perabotan rumah tangga ke mobil untuk dibawa pergi.
Hasan mengungsi ke rumah kerabat di Desa Sumbermujur yang bersebelahan dengan Sumberwuluh, tetapi dianggap aman olehnya. Di sana, keluarga menitipkan harta benda dan ternak. Mereka kembali ke Kajarkuning juga untuk membersihkan rumah yang penuh lumpur dan mencatat perbaikan yang harus dilakukan setelah situasi aman.
Kepala Desa Sumberwuluh Abdul Aziz mengatakan, memang belum ada pembicaraan tentang program relokasi dengan warga. Program itu masih dibahas di pusat dan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Jatim serta Lumajang. Warga belum dipanggil untuk diajak berkumpul guna berembuk program pemindahan.
Katanya mau direlokasi, tetapi kami warga belum mendapat informasi atau diajak bicara pemerintah.
Pada prinsipnya, kalangan warga terdampak menerima jika harus dipindahkan ke lokasi yang lebih aman. Namun, pemindahan harus memperhatikan keadilan atau tidak disamaratakan. Warga yang memiliki rumah dan halaman lebih luas sepatutnya mendapat ganti yang sama.
”Jika tawaran pindah tidak sesuai kebutuhan, ya terpaksa kembali dan hidup di sini walaupun berbahaya,” kata Poniran, warga Curah Kobokan, dusun yang bertetangga dengan Kajarkuning.