Cegah Wisatawan Terus Memadati Lokasi Bencana, Petugas Lakukan Penyekatan di Jalan Desa
Hari keenam setelah erupsi Semeru, pengunjung ke Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, terus berdatangan. Petugas pun melakukan penyekatan. Adapun peternak mulai kekurangan rumput pakan.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·4 menit baca
LUMAJANG, KOMPAS — Satuan Brigade Mobil Polda Jatim Kompi 4 Batalyon B Pelopor bekerja sama dengan Pemerintah Desa Supiturang menyekat jalan untuk membatasi pengunjung yang datang. Hingga hari keenam seusai erupsi Semeru, pengunjung ke Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, terus berdatangan untuk memberi bantuan hingga berfoto di lokasi bencana.
Penyekatan pengunjung dilakukan di depan Balai Desa Supiturang pada Kamis (9/12/2021) pagi. Setiap pengunjung yang datang ditanya kepentingan. Selain warga serta petugas terkait kebencanaan, maka mereka dilarang masuk.
”Penyekatan dilakukan bertujuan untuk mempermudah akses evakuasi oleh petugas dan menghindari dari tindak kriminal pencurian. Sebab, di lokasi masih banyak barang milik warga,” kata Wakil Komandan Kompi 4 Inspektur Dua Devi Krisyana.
Guna mengefektifkan penyekatan, tim melibatkan pemerintah desa dalam penyekatan. Sebab, pemerintah desa dinilai paling kenal dengan warganya.
Hingga Kamis pagi, masih banyak warga datang berfoto-foto di lokasi bencana. Selain memotret Gunung Semeru, mereka juga menyempatkan berpose di sekitar Besuk Kobokan.
Adapun hingga saat ini, aktivitas vulkanik Gunung Semeru masih fluktuatif. Bahkan hingga Kamis pagi, lava pijar Semeru juga masih terus turun. Pada laporan harian aktivitas Semeru pukul 00.00-06.00, Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat masih terjadi 7 kali gempa guguran, 7 kali gempa embusan, dan 1 kali gempa tektonik jauh.
Masyarakat tetap diminta tidak beraktivitas dalam radius 1 kilometer (km) dari kawah/puncak Gunung Semeru dan jarak 5 km arah bukaan kawah di sektor tenggara-selatan. Selain itu, potensi awan panas guguran, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Semeru juga masih berpotensi terjadi.
Adapun hingga saat ini, warga Desa Supit Urang mulai kesulitan mendapatkan pakan ternak berupa rumput. Di posko pakan ternak hanya tersedia konsentrat. ”Sapi di sini tidak terbiasa makan konsentrat, biasanya makan rumput. Di sekitar sini sudah tidak ada rumput karena tertimbun abu. Jadinya ini bingung,” kata Misto (55), peternak sapi asal Desa Supiturang.
Di rumah Misto, yang lokasinya cukup jauh dari lokasi terdampak, ia menerima titipan dua ekor sapi milik tetangganya. ”Tidak ada tempat penitipan ternak khusus di desa ini. Semua mengungsikan ternaknya sendiri-sendiri, termasuk menitipkan ke tetangga atau saudaranya,” katanya.
Liyanto (48), peternak sapi lainnya, mengaku bahwa ia harus mencari sisa-sisa rumput di sekitar rumah untuk memberi makan sapi miliknya. ”Saya menitipkan sapi ke tetangga di ujung jalan sehingga tidak enak kalau tidak nyari rumput sendiri juga. Sudah numpang, masak mau numpang kasih makan juga,” kata Liyanto.
Untuk itu, ia dan istrinya setiap pagi menyempatkan untuk mencari rumput di sekitar desa. ”Rumput di sini sudah mulai habis. Sebab, sebagian besar tertimbun. Kalau ada bantuan pakan rumput, akan sangat membantu,” katanya.
Pada Kamis siang, datang satu truk rumput hijauan bantuan dari Dinas Peternakan Kabupaten Malang. Untuk mencegah rumput jatuh ke tangan yang salah, petugas mendata setiap peternak yang mengambil. Rumput bantuan pun dengan cepat habis terdistribusi ke para peternak.
Rumput di sini sudah mulai habis. Sebab sebagian besar tertimbun. Kalau ada bantuan pakan rumput, akan sangat membantu.
Kepala Desa Supiturang Nurul Yakin mengatakan, untuk ternak, memang tidak ada posko pengungsian khusus. ”Beda dengan warga, untuk ternak tidak ada pengungsian khusus. Jadi, semua menyelamatkan ternaknya sendiri-sendiri. Bisa dititipkan di tetangga atau saudaranya,” katanya.
Hingga saat ini, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mendata jumlah warga mengungsi akibat erupsi Gunung Semeru pada Rabu (8/12/2021), penyintas berjumlah 6022 jiwa yang tersebar di 115 pos pengungsian. Posko terus memutakhirkan data warga terdampak maupun warga yang mengungsi di wilayah Kabupaten Lumajang, Malang dan Blitar.
Sebaran jumlah penyintas paling banyak berada di Kecamatan Candipuro dengan 2.331 orang, sedangkan di Kecamatan Pasirian 983 orang, Pronojiwo 525, Tempeh 554, Sumbersuko 302, Lumajang 271, Pasrujamber 212, Sukodono 204, Kunir 127, Tekung 67, Senduro 66, Padang 62, Jatiroto 59, Kedungjajang 50, Klakah 45, Yosowilangun 40, Rowokangkung 37, Ranuyoso 26, Randuagung 24, Tempusari 23, dan Gucialit 14.
Selain memaksa warga mengungsi, erupsi juga berdampak pada aset warga seperti rumah warga dan hewan ternak. Data sementara mencatat rumah terdampak 2.970 unit dan hewan ternak 3.026 ekor, dengan rincian sapi 764 ekor, kambing 684, dan unggas lainnya 1.578. Adapun data sementara fasilitas umum (fasum) terdampak antara lain sarana pendidikan 42 unit, sarana ibadah 17, fasilitas kesehatan 1, dan jembatan rusak 1.
Per Kamis (9/12/2021), tercatat korban meninggal dunia 39 orang dan hilang 13. Petugas di lapangan masih terus melakukan identifikasi dan verifikasi terhadap warga meninggal. Sementara mereka yang hilang, tim SAR gabungan menargetkan waktu enam hari ke depan dengan fokus di wilayah Kampung Renteng, Desa Sumberwuluh, dan wilayah Desa Curah Kobokan.