Ratusan Hektar Tanaman Pertanian Rusak akibat Erupsi Semeru
Ratusan hektar tanaman pertanian milik warga rusak terdampak erupsi Gunung Semeru. Pemerintah masih mendata jumlah kerusakan.
Oleh
DAHLIA IRAWATI, AMBROSIUS HARTO, SIWI YUNITA
·3 menit baca
KOMPAS/DAHLIA IRAWATI
Tanaman sayur milik warga rusak terkena abu vulkanik Gunung Semeru, Rabu, (8/12/2021).
LUMAJANG, KOMPAS — Ratusan hektar tanaman pertanian di Kabupaten Lumajang turut terdampak erupsi Gunung Semeru. Hingga kini, pemerintah masih terus mendata detail kerusakan tersebut.
”Data sementara saat ini jumlah lahan pertanian terdampak erupsi Semeru adalah 851 hektar (ha) yang tersebar di Kecamatan Candipuro dan Pronojiwo,” kata Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Lumajang Paiman, Rabu (8/12/2021).
Kerusakan tersebut rata-rata karena tanaman tertimbun abu vulkanik. Panasnya abu vulkanik membuat tanaman rusak seperti terbakar. Menurut Paiman, hingga saat ini, pemerintah masih terus mendata dan mencari detail kerusakan tersebut.
Cabai merah rontok pascaerupsi Gunung Semeru di Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Rabu (8/12/2021). Erupsi yang terjadi pada Sabtu (4/12/2021) membuat banyak cabai yang siap panen mengering dan rontok. Saat ini harga cabai jatuh di harga Rp 25.000 per kilogram.
Sulhan (55), petani salak asal Dusun Sumbersari, Desa Supiturang, mengatakan, 400 tanaman salak siap panennya terguyur abu vulkanik. Ia belum tahu kondisi tanamannya saat ini seperti apa, tetapi ia berharap masih bisa dipanen.
”Kemarin sudah panen dapat 3,7 kuintal. Saat ini sebenarnya waktunya panen. Semoga masih banyak yang bisa diselamatkan,” kata Sulhan.
Semoga masih banyak yang bisa diselamatkan. (Sulhan)
Meski tertimpa bencana, Sulhan berpandangan, mungkin ini adalah cobaan dari Allah SWT.
Selain salak, sejumlah hasil sayur seperti kol, cabai, dan padi turut rusak karena hujan abu. Di Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Lumajang, warga terpaksa memanen cabai yang tersisa di ladang. Abu erupsi Gunung Semeru membuat banyak cabai siap panen di ladang rontok dan mengering.
Masrufi, relawan yang juga memiliki lahan cabai di Sumbersari Supiturang mengatakan tanaman cabai keriting miliknya tertutup abu. "Sudah tidak diselamatkan. Saya sudah relakan, setres saya kalo mikir," katanya.
Lahan cabai Masrufi sekitar 0,5 hektar. Ia patungan dengan temannya yang memiliki tanah di Supiturang. Modal yang ia keluarkan mencapai Rp 25 juta kemungkinan menguap. Harusnya Desember ini sudah panen.
Kompas/Bahana Patria Gupta
Warga memanen cabai merah pasca erupsi Gunung Semeru di Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Rabu (8/12/2021). Erupsi yang terjadi pada Sabtu (4/12/2021) membuat banyak cabai yang siap panen tersebut mengering dan rontok. Saat ini harga cabai jatuh diharga Rp25.000 perkilogram.
Di Kajarkuning Desa Sumberwuluh dan Curahkobokan Desa Supiturang Kecamatan Pronojiwo, tanaman di ladang pun rusak. Hamparan padi sebagian sudah tertimbun abu, tanaman tomat mengering, dan kol berdebu tak terurus. Lahan tersebut terlihat terlantar. Warga desa masih terlihat sibuk mengurus rumah mereka.
Beberapa yang sempat masih memanen atau memindahkan ternak. Di Kajarkuning misalnya ada warga yang membawa pikap berisi drum untuk mengambil ikan nila dan lele yang masih tersisa di kolam miliknya.
Selama ini Lumajang menjadi penyuplai sayur dan buah seperti buah salak, cabai, bawang daun hingga sayur mayur di Jawa Timur. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tercatat produksi cabai rawit di Lumajang pada tahun 2020 mencapai 21.145 ton dan 4.700 ton cabai merah besar. Adapun produksi sawi mencapai 5.977 ton dan tomat 3.433 ton.
"Gagal panen di Lumajang bisa jadi berimbas pada harga sayur-mayur di kota besar seperti Malang atau Surabaya, namun sampai saat ini belum terasa efeknya," kata Sudarman pengepul sayur di Pasar Gadang Malang yang biasa mengambil barang dagangan dari berbagai kota.
Pemerintah pusat dan Provinsi Jawa Timur berencana untuk merelokasi rumah warga. Warga pun berharap pemerintah bisa memikirkan pula ladang mereka. "Misalnya di lokasi baru nanti ternyata tidak diberi sawah, apa saya harus kembali ke sini, daerah bahaya, untuk menggarap sawah?,” kata Muhammad Hasan, warga Kajarkuning.
Empat hari setelah erupsi, aktivitas Gunung Semeru masih fluktuatif. Pada pukul 06.00-12.00 WIB, terjadi lima kali gempa guguran, lima kali gempa embusan, sekali gempa vulkanik dalam, dan sekali gempa tektonik jauh.
Kompas/Bahana Patria Gupta
Warga memanen cabai merah pascaerupsi Gunung Semeru di Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Rabu (8/12/2021). Erupsi yang terjadi pada Sabtu (4/12/2021) membuat banyak cabai yang siap panen tersebut mengering dan rontok. Saat ini harga cabai jatuh di harga Rp 25.000 per kilogram.
Masyarakat diminta tidak beraktivitas dalam radius 1 kilometer (km) dari kawah/puncak dan jarak 5 km arah bukaan kawah di sektor tenggara-selatan. Masyarakat juga diminta mewaspadai awan panas guguran, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Semeru.
”Masyarakat juga diminta menjauhi atau tidak beraktivitas di area terdampak material awan panas karena saat ini suhunya masih tinggi. Potensi luncuran di sepanjang lembah jalur awan panas Besuk Kobokan juga harus diwaspadai,” kata Liswanto, pengamat gunung api di Pos Pantau Gunung Sawur, Candipuro, Lumajang.