Cegah Kisruh Terulang, Pemkab Lumajang Imbau Donatur Kirimkan Bantuan Terpusat
Pemerintah Kabupaten Lumajang meminta donatur agar mengirimkan bantuannya secara terpusat ke posko pengungsian. Sebab, sempat terjadi kekisruhan pembagian bantuan akibat aksi bagi-bagi bantuan secara langsung ke warga.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
LUMAJANG, KOMPAS – Pembagian bantuan bahan pokok bagi pengungsi erupsi Gunung Semeru, di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, sempat kisruh. Adanya bantuan dari luar yang diberikan langsung kepada pengungsi diduga menjadi pemicunya. Pemerintah Kabupaten Lumajang meminta donatur agar mengirimkan bantuannya secara terpusat ke posko-posko pengungsian.
Wakil Bupati Lumajang Indah Amperawati mengaku kesulitan mencegah adanya donatur yang berinisiatif memberikan bantuan langsung kepada warga terdampak erupsi Gunung Semeru. Padahal, sudah dibangun posko-posko pusat untuk menerima bantuan. Ia meminta agar pemberian bantuan tetap terpusat pada posko-posko tersebut demi mencegah terjadinya kekisruhan.
“Ada sebagian yang ingin langsung memberikan bantuan ke rumah-rumah. Itu yang membuat kesulitan di lapangan. Kami mengimbau supaya pemberian bantuan dilakukan terpusat satu sentral,” kata Indah, saat ditemui, di Balai Desa Penanggal, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Kamis (9/12/2021).
Indah juga meminta agar para koordinator posko pengungsian maupun penampungan bantuan lebih bersabar menghadapi warga. Para warga pengungsi juga diminta bersabar. Sebab, para petugas pengelola posko juga kelelahan setelah berhari-hari membantu mengurus mereka. Pihaknya menjamin, semua bantuan yang diterima nantinya juga akan diberikan kepada para pengungsi.
Ada sebagian yang ingin langsung memberikan bantuan ke rumah-rumah. Itu yang membuat kesulitan di lapangan
Selain itu, Indah menyatakan, tersebarnya lokasi bermukim para pengungsi juga menjadi kendala tersendiri. Pasalnya, para pengungsi tidak semuanya menempati posko pengungsian terpusat seperti yang ada di Desa Penanggal. Sebagian pengungsi memilih untuk mengungsi di rumah milik saudara mereka yang berlokasi di desa lain.
“Yang di rumah-rumah itu terkadang terlewatkan. Untuk itu, kami siapkan beberapa unit mobil untuk mengantar dan membagi ke rumah-rumah sesuai dengan data yang ada di kepala desa,” kata Indah.
Sebelumnya, kekisruhan pembagian bantuan sempat terjadi di Balai Desa Sumberwuluh, Rabu (8/12/2021). Sekitar pukul 11.00, sejumlah warga tengah mengantre bantuan. Antrean itu tampak rapi meski cukup panjang. Tiga jam kemudian, ada sejumlah warga lain yang masuk dan mengamuk kepada petugas.
Warga yang mengamuk itu mengaku hanya mendapat bantuan mi instan. Padahal mereka menginginkan beras. Pemerintah desa setempat dituduh tidak membagikan bantuannya secara merata. Mereka lantas mengambil beras secara paksa.
Adu mulut dengan sukarelawan dan pemerintah desa sempat terjadi. Namun, akhirnya, warga dibiarkan untuk mengambil apa saja yang mereka mau. Dalam waktu lebih kurang empat jam sejak kekisruhan itu, paket beras yang tadinya bertumpuk-tumpuk langsung ludes. Beberapa warga juga tampak mengambil bantuan sebanyak dua kali dari yang seharusnya.
Sekretaris Desa Sumberwuluh Samsul Arifin menyatakan, pihak desa sudah mencoba membagi rata. Namun, ada sebagian pengungsi yang tak sabar. Pasalnya, ada sekelompok donatur yang membagikan bantuan secara langsung kepada sejumlah pengungsi di desa tersebut. Padahal, bantuan yang diberikan donatur sangat terbatas. Tidak menjangkau semua warga.
“Ada yang teriak-teriak tidak dapat. Padahal, itu yang memberikan bukan pihak desa. Mereka mengira semua bantuan diberikan desa. Dampaknya jadi seperti ini,” kata Samsul.
Sebenarnya, sukarelawan di Desa Sumberwuluh akan mengemas ulang bantuan beras yang diterima. Menurut rencana, satu bungkus akan dibuat sebesar 2,5 kg untuk satu keluarga. Sebab, bantuan beras yang diberikan dalam berkarung-karung itu beratnya berbeda-beda. Mulai dari 5 Kg, 10 Kg, hingga 100 Kg per bungkusnya. Jika kemasan asli beras diberikan begitu saja, dikhawatirkan timbul kecemburuan lain.