Menyelamatkan Jiwa-jiwa yang Tertimbun Muntahan Semeru
Keberhasilan tim dalam operasi akan memberikan kepastian bagi warga yang masih cemas karena kehilangan anggota keluarga.
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·3 menit baca
Sampai dengan Kamis (9/12/2021) atau hari keenam penanggulangan erupsi Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur, ada setidaknya 13 jiwa dinyatakan masih hilang. Operasi pencarian dan pertolongan atau search and rescue (SAR) berkejaran dengan waktu agar para korban yang tertimbun atau hilang bisa segera ditemukan.
Ketika menemukan korban, perasaan campur aduk, tetapi lega karena yang dinyatakan hilang tentu berkurang.
Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan membagi operasi SAR dalam tiga kelompok. Unit 1 beroperasi di Dusun Kajarkuning, Sumberwuluh, Candipuro, dan Dusun Curah Kobokan, Supiturang, Pronojiwo yang bersebelahan. Unit 2 beroperasi di kawasan tambang pasir Satuhan di Besuk Kobokan. Unit 3 beroperasi di Dusun Kebondeli dan Dusun Renteng, Sumberwuluh.
Dari operasi sepanjang Rabu, Tim SAR Terpadu menemukan dan mengevakuasi empat jenazah dari Curah Kobokan. Dua jenazah, laki-laki dan perempuan, dievakuasi pada pukul 06.00.
Hampir 4 jam kemudian, tim mengevakuasi jenazah anak laki-laki. Jenazah keempat, berjenis kelamin laki-laki, dievakuasi pada pukul 10.45. Keempat jenazah kemudian dibawa dengan ambulans ke RSUD Dr Haryoto untuk diperiksa oleh Tim Disaster Victim Identification (DVI) Kepolisian Daerah Jawa Timur.
Selain temuan empat jenazah itu, seorang korban luka bakar yang sedang dirawat di RSUD Dr Soebandi dinyatakan meninggal dunia. Dengan demikian, korban meninggal dunia akibat erupsi sementara ini 39 jiwa dan 13 jiwa masih dinyatakan hilang.
Kepala Basarnas Marsekal Madya Henri Alfiandi saat mendampingi kunjungan Presiden Joko Widodo ke lokasi terdampak erupsi menyatakan telah meminta Tim SAR Terpadu untuk semaksimal mungkin mencari dan menolong semua korban.
Kepala Seksi Operasi Kantor SAR Surabaya I Wayan Suyatna menambahkan, unit 1 di Kajarkuning dan Curah Kobokan terdiri atas 150 orang. Unit 2 di tambang pasir ada 125 orang. Unit 3 di Kebondeli dan Renteng ada 80 orang. Operasi dengan melibatkan banyak anggota ini meningkatkan peluang keberhasilan.
”Salah satu kendala lokasi operasi tertutup lapisan tebal, sementara kendaraan berat tidak bisa masuk sehingga menyulitkan anggota dalam operasi,” kata Wayan.
Selain itu, lanjut sukarelawan SAR dari Probolinggo, Anang Nugroho, cuaca selama operasi berubah-ubah. Jika diketahui Gunung Semeru erupsi dan membahayakan, operasi terpaksa dihentikan sementara, anggota menjauh untuk memastikan keselamatan.
”Ketika menemukan korban, perasaan campur aduk, tetapi lega karena yang dinyatakan hilang tentu berkurang,” kata Wahyudi, warga Curah Kobokan, yang turut menjadi potensi dalam Tim SAR Terpadu.
Misalnya, kekagetan tim saat menemukan jenazah dua perempuan warga Curah Kobokan dalam kondisi berpelukan di dalam rumah. Setelah diidentifikasi, keduanya adalah Rumini dan ibunda Salamah.
Nuraida, warga Curah Kobokan, mengatakan, Salamah menderita stroke sehingga tidak bisa berjalan. Saat erupsi terjadi, Rumini, suami, dan anak hendak menyelamatkan diri. Namun, Rumini kembali ke rumah untuk mencoba menggendong Salamah. Karena mungkin tidak bisa menyelamatkan ibundanya, Rumini akhirnya memilih menemani sang ibu bersama-sama menyambut kematian.
”Suami dan anaknya selamat, Rumini orangnya baik dan berbakti kepada orangtua,” kata Nuraida. Di kalangan warga Curah Kobokan dan Kajarkuning, cerita Rumini yang tidak ingin meninggalkan ibundanya akan abadi sebagai teladan kehidupan.
Sugiono, sukarelawan SAR dari Sidoarjo, mengatakan, ada juga tim yang ditugaskan untuk membantu warga menyelamatkan ternak milik warga. ”Saya dan teman-teman membantu mengevakuasi ternak kambing, ayam, dan bebek, tetapi harus bersama pemiliknya,” katanya.
Setelah diambil, ternak dibawa ke suatu tempat, misalnya lapangan Desa Sumbermujur, untuk didata dan dipastikan telah diketahui dan dititipkan oleh pemilik. ”Hal itu ntuk menghindari potensi ternak diklaim orang lain,” ujar Sugiono.
Kepala Desa Sumberwuluh Abdul Aziz mengatakan, rasa terima kasih kepada Tim SAR Terpadu yang terus bekerja untuk mencari, menemukan, dan mengevakuasi warga yang dinyatakan hilang.
”Keberhasilan tim dalam operasi akan memberikan kepastian bagi warga yang masih cemas karena kehilangan anggota keluarga,” kata Aziz. Keluarga yang telah ditemukan dan dalam kondisi meninggal karena erupsi dapat segera dikebumikan untuk beristirahat abadi.