SMA Negeri 1 Oksibil Dibakar KKB, 235 Anak Tidak Sekolah
Ratusan pelajar SMA Negeri 1 Oksibil di Pegunungan Bintang tidak dapat belajar setelah KKB membakar sekolah mereka. Padahal, antusiasme mereka untuk mengikuti kegiatan belajar sangat tinggi.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Sebanyak 235 siswa tidak dapat bersekolah setelah SMA Negeri 1 Oksibil dibakar oleh kelompok kriminal bersenjata atau KKB di Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, Minggu (5/12/2021). Empat ruangan sekolah hangus terbakar dan para guru serta siswa merasa ketakutan.
Hal ini diungkapkan Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Oksibil Kasiyono saat dihubungi dari Jayapura, Selasa (7/12/2021).
Kasiyono menuturkan, para guru dan siswa merasakan trauma berat pasca-pembakaran sekolah itu. Mereka tidak menyangka lembaga pendidikan juga menjadi sasaran kelompok tersebut.
Pembakaran diduga dilakukan oleh kelompok Lamek Taplo, Minggu (5/12/2021) dini hari sekitar pukul 04.00 WIT. Tiga ruangan kelas dan satu ruang guru di SMA Negeri 1 Oksibil di Distrik Serambakom, Kabupaten Pegunungan Bintang, itu tinggal puing-puing. Padahal, di ruang guru, terdapat sekitar 100 rapor milik siswa yang akan diisi nilai semester ganjil tahun ini oleh para guru.
Pada waktu bersamaan, kelompok ini juga berencana membakar bangunan SMK Negeri 1 Oksibil, tetapi berhasil digagalkan aparat keamanan. Aparat menemukan dua jerigen dan tiga botol air mineral berisi bahan bakar minyak jenis pertalite.
”Banyak guru kami yang merasakan ketakutan dan tidak sanggup untuk melihat puing-puing bangunan yang terbakar. Hanya enam dari 18 guru yang masih tetap ke sekolah untuk menyelamatkan dokumen penting,” kata Kasiyono.
Pihak sekolah memutuskan untuk meliburkan para pelajar hingga akhir bulan Januari tahun depan. Ia pun berharap situasi keamanan di wilayah tersebut kembali kondusif seperti semula.
Kami berharap aparat keamanan bisa memastikan situasi ini tidak terulang lagi.
”Kami berharap aparat keamanan bisa memastikan situasi ini tidak terulang lagi. Bangunan sekolah yang terbakar harus diperbaiki lagi agar para pelajar dapat kembali ke sekolah,” ujarnya.
Kapolres Pegunungan Bintang Ajun Komisaris Besar Cahyo Sukarnito mengatakan, kelompok Lamek Taplo sengaja membakar fasilitas sekolah untuk memprovokasi aparat keamanan. Mereka akan menyerang aparat keamanan saat tiba di lokasi sekolah yang dibakar.
”Saat ini, kami bersama TNI terus memperkuat pengamanan di Distrik Oksibil dan sekitarnya. Warga pun diimbau tidak beraktivitas di luar Oksibil mulai pukul 21.00 WIT,” kata Cahyo.
Kriminal
Kepala Ombudsman RI Perwakilan Provinsi Papua Sabar Iwanggin menyatakan, aksi para pelaku bukanlah tindakan politik, tetapi aksi kriminalitas. Perbuatan mereka telah merugikan anak-anak yang menjadi masa depan Pegunungan Bintang.
Ia pun meminta aparat keamanan segera mengambil upaya penegakan hukum yang tegas dan terukur. Sebab, kelompok ini sudah berulang kali membakar fasilitas publik, seperti puskesmas di Distrik Kiwirok.
Diketahui, Pegunungan Bintang termasuk 17 kabupaten di Papua dengan status Indeks Pembangunan Manusia (IPM ) pada tahun 2020 rendah karena angkanya di bawah 60. Angka IPM Pegunungan Bintang hanya 45,44.
”Perbuatan kelompok ini telah menyebabkan pelayanan publik bagi masyarakat Pegunungan Bintang terganggu. Seharusnya aparat keamanan segera menghentikan aksi para pelaku,” kata Sabar.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pendidikan, Perpustakaan dan Arsip Daerah Protasius Lobya mengecam aksi pembakaran sejumlah ruangan di SMA Negeri 1 Oksibil. Kondisi ini menyebabkan para guru dan siswa ketakutan.
Ia pun menyatakan, aksi para pelaku telah menghambat upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Pegunungan Bintang. Masa depan anak-anak untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik pun terancam.
Diketahui, kelompok Lamek Taplo telah membakar sejumlah fasilitas publik di Pegunungan Bintang, seperti kantor Distrik Kiwirok, puskesmas, pasar, sekolah dasar, rumah tenaga kesehatan, rumah guru, dan kantor Bank Papua di Distrik Kiwirok pada 13 September 2021 pukul 09.30 WIT. Seorang anggota TNI AD, yakni Prajurit Dua Ansar, terluka saat terlibat kontak tembak dengan kelompok tersebut.
Anggota KKB Lamek Taplo juga menyerang tenaga kesehatan Puskesmas Kiwirok. Seorang perawat bernama Gabriella Meilani (22) meninggal dunia dan empat rekannya mengalami luka berat dalam peristiwa tersebut.