Perawatan ODHA di Temanggung Berkembang, Pencegahan Stigma Jangan Dilupakan
Layanan tes dan perawatan untuk ODHA di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, diperluas hingga ke puskesmas. Dengan upaya ini, diharapkan layanan bisa menjangkau warga desa di Temanggung.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·2 menit baca
TEMANGGUNG, KOMPAS — Layanan tes dan perawatan bagi orang dengan HIV/AIDS atau OHDA di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, diperluas. Dari awalnya terpusat di Rumah Sakit Umum Daerah Temanggung, layanan kini menjangkau beberapa puskesmas. Namun, tata cara berobatnya mesti diperbaiki karena masih rentan memicu stigma.
”Harapannya, layanan ini bisa menjangkau semua OHDA di pelosok desa hingga ke lereng-lereng gunung di Temanggung,” ujar Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Temanggung Kristi Widodo saat ditemui, Kamis (2/12/2021).
Kristi mengatakan, layanan tes dan perawatan bagi ODHA sudah dibuka di enam puskesmas, yaitu Bejen, Kledung, Kaloran, Kandangan, Ngadirejo, dan Pare. Tahun depan, jumlah layanan di puskesmas bakal ditambah. ”Layanan ini juga bisa memudahkan deteksi kasus hingga pemantauan konsumsi antiretroviral,” kata Kristi.
Periode 1996 hingga sekarang, jumlah ODHA di Kabupaten Temanggung terdata 577 orang. Dari jumlah itu, 461 orang mengonsumsi obat antiretroviral (ARV) dengan 94 orang di antaranya meninggal. Saat ini, 250 orang masih mengonsumsi ARV. Namun, 57 orang lainnya terdata berhenti mengonsumsi ARV.
Memey, Koordinator Kelompok Dukungan Sebaya Smile Plus Kabupaten Temanggung, mengapresiasi perluasan layanan ke puskemas ini karena dinilai dapat membantu layanan bagi ODHA. Namun, Memey mengingatkan pentingnya perbaikan tata cara berobat ideal bagi ODHA.
Menurut dia, saat layanan hanya tersedia di RSUD Temanggung, tidak banyak ODHA yang memanfaatkannya. Alasannya, sebagai pengguna layanan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, mereka masih harus mendapat rujukan dari puskesmas untuk berobat.
”Ketika datang ke puskesmas dan meminta surat rujukan, ODHA khawatir bertemu tetangga, lalu berujung stigma,” ujarnya.
Memey menambahkan, dibutuhkan solusi jitu untuk mengurai hal itu. Alasannya, apabila sudah terjadi, stigma sulit diredakan dan bisa berbahaya. Dia bercerita, ada ODHA yang kondisinya terpuruk akibat stigma keluarga. Stigma juga membuat beberapa ODHA menutup diri.
”Stigma rentan membuat ODHA enggan berobat dan membuat nyawa mereka terancam,” katanya.