Bendungan Gongseng dan Tugu Ikut Jaga Ketahanan Pangan di Jatim
Peresmian Bendungan Tugu dan Bendungan Gongseng di Jatim diharapkan memperkuat ketahanan pangan regional. Tidak hanya di Jatim, tetapi ikut menopang kawasan Indonesia bagian tengah dan timur.
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·2 menit baca
BPMI SEKRETARIAT PRESIDEN
Bendungan Tugu di Trenggalek, Jawa Timur, dibangun dengan biaya Rp 1,69 triliun sejak awal 2014. Presiden Joko Widodo meresmikan bendungan berkapasitas tampung 12 juta meter kubik ini, Selasa (30/11/2021).
SURABAYA, KOMPAS — Bendungan Gonseng dan Tugu yang diresmikan Presiden Joko Widodo, Selasa (30/11/2021), diharapkan mampu menjamin ketahanan pangan di Jatim. Kedua bendungan itu juga bisa meminimalkan potensi banjir yang kerap terjadi saat musim hujan.
Bendungan Gonseng di Bojonegoro berdaya tampung 22 juta meter kubik air dan dapat mengairi 6.200 hektar sawah. Sedangkan Tugu di Trenggalek berkapasitas 12 juta meter kubik air dan bermanfaat untuk irigasi 1.250 ha sawah.
”Keduanya siap dimanfaatkan mendukung ketahanan pangan dan meningkatkan aktivitas pertanian. Petani semakin produktif, lebih sering bisa menanam dan panen. Saya harapkan pendapatannya meningkat,” kata Joko Widodo dalam video yang disiarkan Sekretariat Presiden.
Dalam kunjungan kerja ke Provinsi Jatim, Presiden Joko Widodo meninjau sekaligus meresmikan Bendungan Bendo di Kabupaten Ponorogo, Selasa (7/9/2021).
Secara terpisah, Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin mengatakan bangga dan bahagia atas kesediaan Presiden meresmikan Bendungan Tugu. Bendungan yang proyeknya dimulai tahun 2014 ini sudah lama ditunggu masyarakat. ”Bendungan Tugu amat strategis bagi Trenggalek,” kata Arifin.
Menurut data Balai Besar Wilayah Sungai Brantas, Bendungan Tugu memanfaatkan aliran anak-anak Bengawan Brantas, terutama Kali Keser. Bendungan ini dibangun di lahan seluas 104 hektar, diapit perbukitan Temon dan Kuncung.
Bendungan Tugu juga diharapkan dapat menjadi sarana produksi 200 liter per detik air baku untuk setidaknya 8.000 jiwa di sekitarnya. Ada juga potensi untuk pembangkitan listrik, 0,4 megawatt. Bendungan ini juga diharapkan dapat mengatasi banjir tahunan di Trengalek dengan kemampuan daya tampung air hingga 76 meter kubik per detik.
Kompas/Bahana Patria Gupta
Petugas sekolah memanen padi hidroganik di Roofgarden SMP Negeri 4 Surabaya, Surabaya, Jumat (11/6/2021). Panen kali ini merupakan panen kedua padi jenis IR64 yang ditanam dengan sistem hidroganik di sekolah tersebut. Hidroganik sendiri merupakan sistem pertanian yang memadukan sistem hidroponik dan organi (tanpa bahan kimia). Dengan luas lahan 2 x 10 meter diharapkan mampu memproduksi hingga 25 kg beras.
Sementara itu, Bendungan Gongseng berada di Kecamatan Temayang. Data Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo menyebutkan, selain berkapasitas 22 juta meter kubik dan mampu mengairi irigasi 6.200 ha, Gonseng menyediakan air baku 300 liter per detik. Bendungan ini mampu meminimalkan banjir dengan daya tampung 133 meter kubik per detik dan pembangkitan listrik 0,7 MW, serta pariwisata.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa pernah mengatakan, keberadaan kedua bendungan itu diharapkan memantapkan ketahanan pangan. ”Sekaligus bisa dimanfaatkan untuk beragam hal, misalnya pengendalian banjir,” kata Khofifah.
Mengutip Badan Pusat Statistik, Khofifah menyebut produksi padi pada 2020 mencapai 9,94 juta ton gabah kering giling (GKG) atau naik 363.600 ton daripada 2019. Jika dikonversi menjadi beras, produksi 2020 itu setara 5,71 juta ton beras atau naik 208.870 ton beras dibandingkan setahun sebelumnya. Pada tahun ini, produksi padi di Jatim diyakini mencapai 9,91 juta ton GKG atau setara 5,69 juta ton beras.
Dilihat dari prediksi itu, produksi pangan memang menurun, tetapi tidak sampai mengganggu ketahanan regional. Alasannya, kebutuhan beras untuk warga Jatim dalam setahun tidak menyentuh tiga juta ton.