Covid-19 Masih Harus Diwaspadai dalam Tren Perbaikan Ekonomi Kalsel
Perekonomian Kalimantan Selatan pada 2022 diperkirakan tumbuh lebih tinggi dari 2021. Di tengah optimisme perbaikan ekonomi, sejumlah tantangan masih perlu diatasi. Salah satunya mengendalikan penularan Covid-19.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·4 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS — Perekonomian Kalimantan Selatan pada 2022 diperkirakan tumbuh lebih tinggi dari 2021. Di tengah optimisme perbaikan ekonomi itu, sejumlah tantangan masih perlu diatasi oleh pemerintah daerah. Salah satunya adalah mengendalikan risiko penularan Covid-19.
Pentingnya mengendalikan kasus Covid-19 dalam rangka menjaga tren pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan mengemuka dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2021 yang diselenggarakan Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalsel di Banjarmasin, Rabu (24/11/2021). Tema yang diangkat adalah ”Bangkit dan Optimis: Sinergi dan Inovasi untuk Pemulihan Ekonomi”.
Kepala Kantor Perwakilan BI Kalsel Amanlison Sembiring mengatakan, pemulihan ekonomi akan terus berlanjut pada 2022. Perekonomian Kalsel pada 2022 pun diperkirakan tumbuh lebih tinggi dari 2021. Pada triwulan II-2021 perekonomian Kalsel tumbuh sebesar 4,41 persen tahun ke tahun (yoy), kemudian pada triwulan III-2021 tumbuh sebesar 4,82 persen yoy.
Dari sisi permintaan, perbaikan tersebut didukung oleh pertumbuhan positif dari konsumsi rumah tangga maupun pemerintah, investasi, dan disertai kinerja ekspor yang solid. Kasus Covid-19 yang terus melandai dan semakin terkendali mendorong peningkatan kepercayaan masyarakat untuk melakukan aktivitas ekonomi, termasuk melakukan pergerakan bisnis ataupun wisata.
Dari sisi eksternal, perekonomian global yang terus mengalami peningkatan didorong oleh penanganan pandemi yang semakin baik serta keberhasilan vaksin berpotensi mempercepat pemulihan rantai pasok dunia dan mendorong permintaan komoditas ekspor utama, seperti batubara, minyak sawit mentah (CPO), dan karet.
”Namun, di tengah optimisme perbaikan ekonomi pada 2022, terdapat tiga tantangan yang perlu diatasi. Pertama adalah risiko Covid-19 yang masih perlu terus diwaspadai karena dapat menahan perbaikan perekonomian,” katanya.
Akibat pandemi Covid-19, perekonomian Kalsel sempat terkontraksi atau tumbuh negatif selama empat triwulan berturut-turut, yaitu pada triwulan II, III, dan IV tahun 2020 serta triwulan I-2021. Perbaikan ekonomi baru terjadi pada triwulan II-2021 seiring membaiknya pengendalian Covid-19.
Menurut Amanlison, tantangan kedua yang perlu diatasi adalah struktural pemanasan global yang akan membawa perubahan kebijakan energi dunia ke arah energi yang lebih ramah lingkungan. Adapun Kalsel selama ini masih sangat bergantung pada komoditas batubara.
Tantangan ketiga, kapasitas usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang masih rendah. Sebagai tulang punggung ekonomi inklusif, UMKM memiliki daya tahan yang rendah terhadap pandemi akibat berbagai keterbatasan, seperti skala usaha, akses digital, dan alternatif pembiayaan.
”Dalam jangka panjang, kunci utama untuk pengembangan perekonomian Kalsel adalah reformasi struktural dan transformasi industri untuk memperbaiki profil ekspor, dari sektor primer yang ekstraktif ke sektor sekunder yang berbasis industri manufaktur, dan gasifikasi batubara sebagai energi alternatif masa depan,” katanya.
Gubernur Kalsel Sahbirin Noor dalam sambutan tertulis yang disampaikan Sekretaris Daerah Provinsi Kalsel Roy Rizali Anwar mengatakan, perekonomian domestik yang mulai membaik harus dimanfaatkan sebagai momentum bersama untuk kembali menggalang kekuatan dan strategi yang semakin efektif guna mendorong pemulihan ekonomi.
”Penerapan protokol kesehatan pencegahan Covid-19 diharapkan dapat mendukung peningkatan aktivitas ekonomi seiring meningkatnya mobilitas masyarakat. Program vaksinasi serta perekonomian global yang secara bertahap juga mulai membaik harus memicu semangat optimisme pemulihan ekonomi Kalsel,” katanya.
Reformasi perekonomian
Menurut Roy, pandemi Covid-19 menjadi pelajaran berharga buat Kalsel dalam membangun perekonomian daerah. Setidaknya ada dua hal yang patut digarisbawahi, khususnya terkait agenda reformasi perekonomian guna mencari sumber-sumber baru pertumbuhan ekonomi Kalsel.
Hal pertama, tekanan ekonomi Kalsel sangat terasa karena masih sangat bergantung pada komoditas batubara. Oleh karena itu, perlu upaya mencari sumber-sumber baru pertumbuhan ekonomi Kalsel, termasuk mendorong peningkatan nilai tambah atas sumber daya alam ekstraktif melalui hilirisasi batubara.
”Beberapa sektor potensial yang perlu terus didorong untuk memberikan nilai tambah adalah agroindustri dan pariwisata. Pengembangan agroindustri di Kalsel juga ditopang modal yang kuat dengan posisi Kalsel sebagai salah satu lumbung pangan nasional dan ke depan sebagai lumbung pangan ibu kota negara baru di Kalimantan Timur,” katanya.
Hal kedua, pandemi mendorong semua orang untuk lebih cepat dalam mempelajari dan menggunakan digitalisasi di berbagai aspek kehidupan. Salah satu yang sangat signifikan adalah peningkatan aktivitas ekonomi, yaitu pembayaran digital dan belanja secara daring. Semua itu harus dilihat sebagai peluang bagi pelaku usaha, khususnya UMKM.
”Pergeseran pola belanja dan pembayaran masyarakat ini dapat dimanfaatkan oleh UMKM di Kalsel untuk mendorong perluasan pasar melalui berbagai platform perdagangan elektronik (e-commerce) sehingga dapat menembus pasar domestik secara nasional, bahkan pasar mancanegara,” ujarnya.