Pembebasan Lahan Tol Kediri-Kertosono Tunggu Penlok Gubernur Jatim
Proses pembebasan lahan Tol Kediri-Kertosono seksi 1 dan 2 sepanjang 20,30 kilometer masih menunggu penetapan lokasi dari Gubernur Jawa Timur. Jika penlok terbit, proses pembebasan lahan bisa dimulai pada Desember 2021.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
KEDIRI, KOMPAS — Pembebasan lahan untuk pembangunan jalan Tol Kediri-Kertosono seksi 1 dan 2 masih menunggu penetapan lokasi atau penlok dari Gubernur Jawa Timur. Pembangunan jalan tol ditargetkan mulai Oktober 2022.
Arie Irianto, Direktur Utama PT Jasa Marga Ngawi Kertosono Kediri (JNK), yang merupakan kelompok usaha PT Jasa Marga, berharap penetapan lokasi dari gubernur bisa segera terbit sehingga proses pembebasan lahan berlangsung sesuai rencana, Desember 2021.
Tol Kediri-Kertosono Seksi 1 dan 2 memiliki panjang 20,30 kilometer. Tol melewati 22 desa di lima kecamatan di Kabupaten Nganjuk dan Kediri. Ruas Kediri-Kertosono akan menyambung dengan empat seksi lainnya di Tol Ngawi-Kertosono yang telah beroperasi sejak 2018.
Menurut Arie, jika penlok dari Gubernur Jawa Timur telah diterima, selanjutnya PT JNK akan mengejar persetujuan rencana teknik akhir. ”Setelah itu akan dilanjutkan dengan proses pembebasan lahan,” ujarnya dalam siaran pers, Selasa (23/11/2021).
Simultan dengan hal itu, PT JNK bersama pejabat pembuat komitmen (PPK) lahan juga melakukan sosialisasi awal rencana pembangunan tol dengan melibatkan sejumlah pemangku kepentingan, termasuk forum komunikasi pimpinan daerah setempat.
Meski terjadi penyesuaian pengerjaan proyek sebagai dampak pandemi hampir dua tahun terakhir, Arie mengungkapkan, pihaknya bersama PPK lahan akan berupaya segera memulai proses pembebasan lahan. Jika semua berjalan sesuai target, pembangunan konstruksi tol secara parsial bisa dimulai pada Oktober 2022.
Sesuai adendum Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol tahun 2019, ruas tol yang dibangun dengan nilai investasi Rp 3,9 triliun ini akan dilengkapi dengan satu titik pertemuan (junction) di Kedungsoko dan dua simpang susun (interchange) di Kabupaten Nganjuk dan Kediri. Tol Seksi 1 dan 2 akan dilengkapi dua gerbang tol di Sugihwaras dan Kediri.
Keberadaan Tol Kediri-Kertosono akan menghubungkan pusat-pusat perekonomian di Jawa Timur bagian selatan. Jalan ini akan mendukung akses menuju ke Bandara Internasional Kediri yang saat ini juga tengah dalam proses pembangunan.
Dihubungi secara terpisah, Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar mengatakan, keberadaan tol akan memberikan efek berganda bagi perekonomian Kota Kediri. Bagaimanapun, Kediri makin mudah diakses dari luar daerah. Mobilitas orang dan barang juga semakin lancar.
Namun, Abu Bakar mengingatkan, jika tidak ada langkah mitigasi, tol juga bisa membawa dampak kurang baik terkait aspek sosial dan lingkungan. Untuk mengatasi hal itu, pihaknya mengklaim terus melakukan kajian dan berkomunikasi dengan pihak pembangun.
”Dari sisi lingkungan, misalnya, jangan sampai tol menghalangi aliran air dari Gunung Wilis menuju Sungai Brantas. Drainase-drainase perlu diperbaiki agar tidak memunculkan bencana. Begitu pula lahan-lahan pertanian yang terkendampak musti diganti sesuai ketentuan,” katanya.
Pendapat serupa disampaikan akademisi Institut Agama Islam Negeri Kediri, Taufik Al Amin. Menurut dia, keberadaan jalan tol punya dampak ekonomi dan sosial bagi warga yang tinggal di kawasan tersebut. Dari sisi ekonomi, tol akan mempermudah mobilitas, apalagi jika dikoneksikan dengan bandara.
Keberadaan masyarakat kecil pelaku ekonomi perlu diperhatikan. Jika sebelumnya etalase ekonomi banyak terdapat di pinggir jalan raya, setelah ada tol usaha mereka bisa menjadi sepi.
Namun, kata Taufik, keberadaan tol juga acap kali berdampak pada sisi sosial warga yang bermukim di sekitarnya. ”Mereka yang semula menyatu menjadi terpisah. Selain itu, mereka (yang terdampak pembangunan) juga harus beralih profesi. Ini saya kira juga persoalan yang harus diantisipasi oleh pemerintah daerah,” katanya.
Menurut Taufik, keberadaan masyarakat kecil pelaku ekonomi perlu diperhatikan. Jika sebelumnya etalase ekonomi banyak terdapat di pinggir jalan raya, setelah ada tol usaha mereka bisa menjadi sepi. Kasus seperti ini sudah terjadi di beberapa daerah yang dilewati oleh jalan tol, baik di Jawa Timur maupun daerah lain.