Sidoarjo Bangun Enam Waduk Kecil di Tiga Desa Langganan Banjir
Cuaca ekstrem berupa hujan dengan intensitas tinggi dan pasang air laut di pengujung tahun ini disikapi Sidoarjo dengan mengantisipasi bencana. Salah satunya mempercepat pembangunan enam bendungan di tiga desa.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Prediksi terjadinya cuaca ekstrem di pengujung tahun ini disikapi oleh Pemerintah Kabupaten Sidoarjo di Jawa Timur dengan melakukan sejumlah upaya antisipasi bencana. Salah satunya mempercepat realisasi pembangunan enam bendungan atau dam kecil di tiga desa langganan bencana banjir.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sidoarjo, ketiga desa yang kerap dilanda banjir adalah Banjarasri, Kedungbanteng, dan Banjarpanji di Kecamatan Tanggulangin. Desa-desa itu menjadi langganan banjir karena permukaan tanahnya mengalami penurunan secara signifikan secara terus-menerus.
Dampak dari penurunan permukaan tanah tersebut, aliran air di tiga desa menjadi tidak beraturan. Air tidak bisa mengalir ke sungai karena permukaannya lebih tinggi. Saat terjadi hujan, air hanya berputar-putar di permukiman penduduk dan menggenang selama berhari-hari. Upaya pemompaan menjadi sia-sia karena air kembali ke tiga desa tersebut.
Upaya mitigasi bencana dilakukan terus-menerus agar Sidoarjo benar-benar siap dan dampaknya tidak meluas.
Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali mengatakan, untuk memitigasi bencana banjir sebagai dampak cuaca ekstrem pada musim hujan kali ini, pihaknya telah menggandeng sejumlah pakar dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS). Mereka telah mengkaji penyebab bencana dan memetakan penanganannya.
”Salah satunya membuat sejumlah bendungan atau waduk untuk menampung air agar tidak menggenangi permukiman warga,” ujar Muhdlor, Senin (22/11/2021).
Berdasarkan hasil perhitungan tim ahli, diperlukan enam waduk atau bendungan kecil sebagai tempat penampungan air di tiga desa tersebut. Pembangunan dilakukan secara bertahap dan saat ini pengerjaan masih berlangsung. Upaya percepatan pembangunan waduk terus dilakukan dengan mengerahkan peralatan dan sumber daya manusia secara optimal.
Saat ini, setidaknya ada dua waduk yang pembangunannya tengah dikebut, yakni di Desa Panatarsewu dan Desa Banjarpanji. Di setiap bendungan itu akan ditempatkan beberapa mesin pompa air. Penempatan mesin ini berada di luar waduk karena fungsinya menyedot air dari permukiman.
Berdasarkan perhitungan tim ahli, setidaknya diperlukan 30 mesin pompa untuk ditempatkan di enam waduk. Untuk pengadaan mesin pompa, nanti disiapkan oleh Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Sumber Daya Air (DPUBMSDA) Sidoarjo dan BPBD Sidoarjo. Selain itu, pemkab akan meminta bantuan Pemprov Jatim untuk meminjamkan mesin pompanya.
Kepala BPBD Sidoarjo Dwijo Prawito mengatakan, berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Juanda, diperkirakan akan terjadi cuaca ekstrem pada awal Desember 2021 hingga Februari 2022. Cuaca ekstrem yang dimaksud, antara lain, berupa curah hujan tinggi atau melebihi rata-rata curah hujan di musim hujan normal.
Selain itu, ada pula potensi terjadi kenaikan gelombang air laut setinggi 1,3 meter yang akan menyebabkan terjadinya banjir rob. Sidoarjo merupakan daerah langganan banjir rob, salah satunya di aliran Sungai Penatarsewu yang dampaknya akan dirasakan oleh masyarakat di Desa Banjarasri, Kedungbanteng, dan Banjarpanji.
”Oleh karena itulah, upaya mitigasi bencana dilakukan terus-menerus agar Sidoarjo benar-benar siap dan dampaknya tidak meluas. Harapannya, banjir tahun ini tidak sedahsyat yang terjadi tahun lalu,” kata Dwijo.
Kepala Bidang Irigasi dan Pematusan DPUBMSDA Sidoarjo Rizal Asnan mengatakan saat ini proses pengerjaan pembangunan waduk-waduk tersebut mencapai 50 persen. Namun, dia tidak merinci kapasitas masing-masing bendungan tersebut. Adapun untuk mesin pompa yang disiapkan berkapasitas 150 liter air per detik.
Mesin pompa yang dibutuhkan idealnya berkapasitas besar, yakni 300 liter air per detik. Dinas sudah merencanakan pembelian mesin tersebut pada tahun anggaran 2022. Untuk saat ini yang disiagakan mesin pompa dengan kapasitas kecil.
Camat Tanggulangin Sabino Mariano mengatakan, pihaknya terus memantau perkembangan cuaca dan bencana di wilayahnya, terutama tiga desa yang rawan banjir. Sejauh ini kondisinya masih aman, artinya belum ada genangan. Hujan yang mengguyur di awal musim hujan ini masih bisa ditampung di waduk-waduk tersebut.