Kemampuan Rumah Pompa Hadapi Banjir di Sidoarjo Harus Ditingkatkan
Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, bersiap menghadapi bencana banjir yang rutin melanda setiap musim hujan. Kebijakan itu diambil menyusul hujan deras yang mengguyur Sidoarjo dalam beberapa hari belakangan.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·2 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Kemampuan rumah pompa air di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, butuh ditingkatkan untuk menghadapi ancaman banjir tahun ini. Upaya normalisasi beberapa sungai yang sedang berjalan juga diharapkan bisa meminimalkan risikonya.
Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali mengatakan, kondisi rumah pompa dan bozem atau waduk pengendali air berfungsi baik. Pengecekan rumah pompa sudah dilakukan di antaranya di Sungai Kutuk, Sidokare, dan Sungai Rangkah yang mengalir ke pusat kota. Total ada 29 rumah pompa dan empat mesin pompa portabel. Adapun pengecekan bozem dilakukan di Kali Karanggayam, Bluru Kidul, Bluru Sidokare, dan depan Jalan Raya Janti.
Namun, kapasitas rumah pompa tersebut perlu ditingkatkan hingga dua kali lipat untuk mengoptimalkan penyedotan genangan air. ”Peningkatan kapasitas mesin pompa yang mendesak di Jalan Raya Janti dan Rangkah Kidul. Selain air hujan, ada volume kiriman air dari hulu yang sangat besar,” ujar Muhdlor Ali, Senin (13/9/2021).
Lokasinya di hilir Sungai Brantas menyebabkan Sidoarjo rawan banjir. Di sisi lain, Sidoarjo merupakan dataran delta yang terbentuk dari endapan aluvial yang mengalir melalui Sungai Brantas. Volume material itu menyebabkan 18 sungai yang mengalir di Sidoarjo tersedimentasi tinggi.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Bina Marga, dan Sumber Daya Air Sidoarjo Sigit Setyawan menambahkan, untuk menangani sedimentasi dan memaksimalkan daya tampung sungai di wilayah, pekerjaan normalisasi dilakukan secara rutin. Selain itu, sejumlah sungai direvitalisasi untuk meningkatkan kapasitasnya.
”Ada sejumlah pekerjaan normalisasi dan revitalisasi yang berjalan saat ini, seperti saluran sekunder Sidomukti, saluran Desa Bulang, dan Sungai Mangetan Kanal di Kecamatan Tarik. Selain itu, ada pekerjaan pemeliharaan saluran Ngingas di Kecamatan Jabon,” kata Sigit Setyawan.
Sigit menambahkan, pihaknya juga telah menyiagakan satgas khusus untuk normalisasi sungai guna mengatasi masalah pendangkalan. Tugasnya memantau kondisi sungai dan mengeruknya apabila terjadi sedimentasi tinggi. Para satgas bisa bekerja tanpa menunggu ada proyek pengerukan.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sidoarjo Dwijo Prawito mengatakan, banjir menjadi ancaman rutin warga Kota Delta karena letaknya yang berada di hilir Sungai Brantas. Kondisi itu diperparah banjir rob di sepanjang kawasan pesisir.
Beberapa tahun belakangan, banjir juga dipicu penurunan tanah di sekitar pusat semburan lumpur panas Lapindo. Lokasi terparah di Desa Kedungbanteng, Banjarasri, dan Desa Banjarpanji. Akibat penurunan tanah, genangan banjir di tiga desa ini mampu bertahan hingga berbulan-bulan.
Menurut dia, setiap desa harus mampu menggali potensi bencana di wilayahnya, menyusun upaya mitigasi, menyusun kebijakan penanganan saat terjadi bencana, penanganan pascabencana, dan menentukan kebutuhan anggaran penanganan bencana dalam APBDes.