Potensi hujan dengan intensitas tinggi masih akan terjadi hingga tahun depan. Puncak musim hujan pun belum dilewati. Pemerintah mengimbau masyarakat tetap waspada. Di Katingan, banjir masih merendam tiga kecamatan.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Intensitas hujan tinggi menyebabkan tiga kecamatan di Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah, terendam banjir. Setidaknya 174 orang mengungsi di posko-posko yang dibuat pemerintah daerah. Pemerintah Kabupaten Katingan menaikkan status menjadi tanggap darurat.
Tiga kecamatan itu, antara lain, adalah Kecamatan Tasik Payawan, Mendawai, dan Kecamatan Kamipang. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) masih melakukan pendataan jumlah warga yang terdampak. Namun, setidaknya terdapat 44 desa dari tiga kecamatan itu dengan total 9.556 keluarga yang terdampak banjir.
Pelaksana Tugas Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Katingan Roby menjelaskan, pihaknya sudah menaikkan status dari siaga darurat banjir menjadi tanggap darurat. Status tanggap darurat banjir itu dilaksanakan selama tujuh hari ke depan.
”Masih ada tiga kecamatan yang terendam, petugas kami di lapangan sedang memantau dan melakukan evakuasi, juga pendataan,” kata Roby saat dihubungi dari Palangkaraya, Senin (22/11/2021).
Banjir di Katingan, menurut Roby, disebabkan oleh banyak faktor. Selain cuaca, kemampuan Sungai Katingan menerima atau menampung air juga sudah menurun. Hal itu disebabkan oleh bertambahnya jumlah penduduk dan ruang yang diokupasi untuk permukiman dan juga ladang.
”Selain itu, ada pendangkalan daerah aliran sungai, alih fungsi lahan, dan lain sebagainya. Tapi, itu masih sebatas asumsi sederhana, jadi memang perlu kajian mendalam untuk tahu pastinya,” kata Roby.
Sementara itu, banjir di Palangkaraya perlahan surut. Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Emi Abriyani mengungkapkan, banjir di Kota Palangkaraya perlahan surut karena intensitas hujan rendah di hulu dan hilir Sungai Kahayan.
Terdampak
Sebelumnya, dari data BPBD Kota Palangkaraya, setidaknya terdapat 17 kelurahan dari empat kecamatan yang terendam banjir. Kelurahan Palangka dan Pahandut menjadi yang paling terdampak. Saat ini, kondisi di dua kelurahan itu masih digenangi air dengan ketinggian 5-10 sentimeter, menurun cukup signifikan.
Selain itu, ada pendangkalan daerah aliran sungai, alih fungsi lahan, dan lain sebagainya. Tapi, itu masih sebatas asumsi sederhana, jadi memang perlu kajian mendalam untuk tahu pastinya.
”Banjir perlahan surut karena dalam dua hari ini intensitas hujan di Kota Palangkaraya dan di hulu Sungai Kahayan rendah, tetapi potensi meningkat itu bakal terus muncul ke depan,” kata Emi.
Mayoritas pengungsi masih tinggal di tempat pengungsian. BPBD Kota Palangkaraya mencatat, terdapat 6.247 orang pada Sabtu (20/11/2021), berkurang 137 orang pada Senin (22/11/2021) sehingga totalnya 6.110 orang. Total warga yang terdampak banjir di Kota Palangkaraya 31.407 orang.
”Banjir bisa naik lagi jika di hulu sungai juga banjir atau intensitas hujan yang tinggi,” ujar Emi.
Banjir di Palangkaraya merupakan hasil dari luapan Sungai Kahayan yang panjangnya mencapai lebih kurang 600 kilometer. Sungai itu melintas di tiga kabupaten dan kota, yakni Kabupaten Gunung Mas, Pulang Pisau, dan Kota Palangkaraya.
Prakirawan Stasiun Meteorologi Palangkaraya, Chandra Mukti Wijaya, menjelaskan, potensi hujan lebat dengan angin kencang disertai petir masih akan terus terjadi setidaknya dua hari ke depan. Pihaknya memprediksi puncak musim hujan akan terjadi pada Desember tahun ini hingga Maret tahun depan.
”Kami berkoordinasi dengan semua instansi pemerintah daerah untuk memberikan prediksi ini, juga memberikan imbauan kepada masyarakat bahwa Kalteng masih rawan banjir ke depan,” kata Chandra.