Seiring dengan musim hujan, titik-titik tanggul sungai yang rawan jebol di Brebes, Jawa Tengah, dipetakan. Warga diminta waspada banjir. Sementara itu, di Kota Pekalongan, belasan orang mengungsi akibat banjir.
Oleh
KRISTI UTAMI
·3 menit baca
BREBES, KOMPAS — Sebanyak 93 tanggul sungai di wilayah Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, rawan jebol dan berpotensi membuat air sungai melimpas. Penanganan terhadap tanggul-tanggul yang rawan diharapkan bisa segera dilakukan dan masyarakat yang tinggal di sekitar sungai diminta waspada.
Berdasarkan hasil pemetaan yang dilakukan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk-Cisanggarung, ada 93 tanggul sungai yang rawan jebol di Kabupaten Brebes. Dari jumlah tersebut, 25 titik sudah ditangani. Sementara, 68 titik rawan lainnya belum ditangani.
Tanggul-tanggul yang rawan jebol tersebut antara lain berada di Sungai Cisanggarung di Kecamatan Losari, Sungai Kabuyutan di Kecamatan Tanjung, Sungai Babakan di Kecamatan Ketanggungan, dan Sungai Kluwut di Kecamatan Bulakamba. Tanggul-tanggul yang rawan jebol tersebut dikhawatirkan memicu limpasnya air sungai ke permukiman warga.
”Tanggul-tanggul yang rawan itu rata-rata tanahnya sudah merosot ke sungai. Penambalan harus segera dilakukan supaya potensi banjir bisa kita tekan,” kata Bupati Brebes Idza Priyanti dalam keterangannya, Selasa (16/11/2021).
Idza juga meminta supaya masyarakat yang tinggal di sekitar tanggul sungai waspada. Sistem keamanan lingkungan diharapkan bisa kembali diaktifkan, terutama saat hujan turun. Dengan demikian, saat debit air sungai mulai tinggi, warga bisa segera bersiap-siap mengungsi ke tempat yang lebih aman.
Sebelumnya, Idza telah menginstruksikan pengerukan sedimentasi di sejumlah sungai yang mengalami pendangkalan. Pendangkalan sungai juga dinilai berpotensi memicu limpasan air saat hujan deras. Pengerukan sedimentasi tersebut dilakukan di 17 titik di sejumlah aliran sungai, seperti Sungai Kamal, Sungai Sigempol, dan Sungai Pemali.
Sistem keamanan lingkungan diharapkan bisa kembali diaktifkan, terutama saat hujan turun.
Idza juga memberi contoh sekaligus mengajak masyarakat mencegah banjir dengan menanam pohon di lingkungan masing-masing dan di hutan-hutan yang mulai gundul. Ia melakukan penanaman sebanyak 1.330 batang pohon awal November lalu di sejumlah kawasan yang rawan longsor.
Titik-titik itu antara lain Kantor Pemerintahan Terpadu (KPT) Brebes, Kelurahan Limbangan Wetan, sampai Kelurahan Rangdusanga Kulon, Desa Prapag Lor dan Prapag Kidul, serta di Pantai Rangdusanga Indah.
Rumah terendam
Hujan lebat yang mengguyur Kota Pekalongan pada Senin (15/11/2021) pagi hingga malam membuat air sungai melimpas dan merendam sedikitnya 600 rumah di Kecamatan Pekalongan Utara.
Di saat yang sama, air laut sedang pasang dan juga melimpas ke permukiman warga. Akibatnya, rumah-rumah yang ditinggali oleh sekitar 10.000 orang tersebut terendam banjir dengan ketinggian 30-60 sentimeter.
Sejumlah warga yang rumahnya terendam hingga lebih dari setengah meter mengajukan permintaan evakuasi. Petugas gabungan dan sukarelawan kemudian membantu mengevakuasi warga ke pengungsian.
”Hingga Senin malam tercatat 15 orang mengungsi di Aula Kelurahan Degayu. Dari jumlah itu, 8 orang dewasa, 3 warga lansia, 3 anak-anak, dan 1 anak balita," tutur Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Pekalongan Dimas Arga Yuda.
Setelah kejadian tersebut, petugas gabungan dari Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Pekalongan, BPBD Kota Pekalongan, kepolisian, dan TNI serta sukarelawan melakukan asesmen terkait dampak banjir. Posko pengungsian juga disiapkan untuk menampung warga terdampak.
”Kebutuhan yang mendesak diperlukan oleh pengungsi antara lain bahan makanan dan air mineral. Selain itu, kebutuhan lain, seperti popok bayi, selimut, dan obat-obatan, juga diperlukan,” kata Ariful Amar, staf Bidang Humas PMI Kota Pekalongan.