Pengelolaan Sampah di Borobudur Dikolaborasikan dengan Warga Sekitar
Bekerja sama dengan 12 desa, seluruh sampah organik di kawasan Borobudur akan diolah menjadi pupuk kompos. Persoalan sampah menjadi salah satu masalah utama di kawasan destinasi superprioritas di Jateng tersebut.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Masalah sampah di kawasan wisata perlu diperhatikan serius dan dikelola bersama dengan melibatkan warga sekitar. Upaya penanganan sampah ini mendesak terutama di destinasi superprioritas seperti Candi Borobudur di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Sekretaris Deputi Bidang Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi Rustam Effendi mengatakan, dengan mempertimbangkan hal tersebut, sampah di kawasan Taman Wisata Candi Borobudur dikelola bersama 12 desa di Kecamatan Borobudur.
”Apa yang sudah dilakukan di Taman Wisata Candi Borobudur ini diharapkan bisa menjadi model untuk diterapkan di empat destinasi superprioritas lainnya,” ujarnya, Selasa (16/11/2021), di Kabupaten Magelang. Ia ditemui di sela-sela penandatanganan nota kesepahaman antara Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Taman Wisata Candi Borobudur, PT Manajemen Community Based Tourism (CBT) Nusantara, serta 12 desa di Kecamatan Borobudur terkait masalah pengelolaan sampah di kawasan Borobudur.
Dari rapat koordinasi pengembangan lima destinasi superprioritas oleh Kemenko Kemaritiman dan Investasi, diketahui ada 101 isu yang menonjol dari lima kawasan tersebut. Sebanyak 15 isu di antaranya muncul dari kawasan Borobudur dan salah satunya terkait sampah.
”Isu sampah ini makin menguat dan dinilai mendesak ditangani karena TPA (tempat pembuangan akhir) di Kabupaten Magelang sudah melebihi kapasitas dan pembangunan TPST (tempat pengolahan sampah terpadu) dimungkinkan masih akan tertunda-tunda karena adanya refocusing anggaran untuk penanganan Covid-19,” ujarnya.
Sampah adalah masalah yang kerap dihadapi destinasi wisata yang biasa dikunjungi banyak wisatawan. Masalah ini kerap kali kurang mendapatkan perhatian serius warga sekitar. Padahal, masalah kebersihan dan pengelolaan sampah adalah bagian penting menciptakan kenyamanan bagi pengunjung.
General Manager Taman Wisata Candi Borobudur Aryono Hendro Malyanto mengatakan, kerja sama pengolahan sampah ini sekaligus untuk mengoptimalkan mesin pengolah sampah di Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, dan Recycle (TPS3R) bantuan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat kepada 12 desa di Kecamatan Borobudur sejak awal 2021.
Tahap awal kerja sama dilakukan di empat desa. Adapun mulai bulan ini, kerja sama akan diperluas di delapan desa lain. Kerja sama ini dilakukan dengan memberikan sampah organik dari Taman Wisata Candi Borobudur untuk diolah menjadi pupuk kompos. Di luar itu, pihak desa bisa memanfaatkan sampah di desa untuk diolah menjadi pupuk. Pupuk tersebut bisa dijual ke toko pertanian, petani, atau bahkan dijual kembali ke Taman Wisata Candi Borobudur.
Aryono mengatakan, kerja sama dengan desa sering kurang konsisten karena kelompok warga yang bertugas di TPS3R sering kali tiba-tiba bubar setelah dibentuk. ”Banyak warga tiba-tiba mundur, merasa keberatan, karena tugas yang dijalankan adalah pekerjaan kotor, seperti memilah-milah sampah,” ujarnya.
Di masa normal, volume sampah di Taman Wisata Candi Borobudur mencapai 4 ton per hari pada hari biasa dan 8 ton saat akhir pekan. Namun, di masa pandemi, volume sampah saat hari biasa sekitar 0,5 ton dan mencapai 1 ton saat akhir pekan.
Di luar sampah organik yang bisa diolah menjadi kompos, lanjut Aryono, pihaknya sudah bekerja sama dengan pihak lain. Untuk sampah plastik sudah didistribusikan kepada kelompok pemulung, sedangkan kotoran hewan seperti kotoran gajah sudah dimanfaatkan sebagai pupuk kandang oleh petani di sekitar kawasan Borobudur.