Jaga Keseimbangan Labuan Bajo sebagai Destinasi Superprioritas
Gubernur NTT mendapat gelar doktor setelah menempuh pendidikan S-3 Studi Pembangunan UKSW. Ia mempertahankan disertasi berjudul ”Transformasi Pariwisata NTT (Inclusive, Local Resources-Based, Sustainable)”.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SALATIGA, KOMPAS — Gubernur Nusa Tenggara Timur Viktor Bungtilu Laiskodat meraih gelar Doktor Studi Pembangunan dari Fakultas Interdisiplin Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah. Penelitian tentang pariwisata NTT dimanfaatkan sebagai landasan kebijakan, termasuk dalam upaya menjaga keseimbangan pada aspek ekonomi, ekologi, dan budaya dalam pengembangan Labuan Bajo.
Dalam ujian terbuka yang digelar luring dan daring di Balairung Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga, Jumat (22/10/2021), Viktor mempertahankan disertasi berjudul ”Transformasi Pariwisata NTT (Inclusive, Local Resources-Based, Sustainable)”. Ia mendapat IPK 3,92.
Penelitian dilakukan Viktor pada 45 obyek wisata yang tersebar di 10 pulau, mulai dari Pulau Flores sampai Pulau Timor, mencakup 11 kabupaten/kota. ”Dalam kajian rantai pariwisata di NTT ditemukan bahwa rantai nilai pariwisata di sini belum terangkai. Industri pariwisata masih belum mengoptimalkan kekuatan sumber daya lokal,” kata Viktor.
Oleh karena itu, ia pun berupaya mengubah pola pikir masyarakat NTT lewat sistem pendidikan. Ia mencoba membawa masyarakat untuk berpikir kritis dan mampu menganalisis seluruh informasi yang diterima. Hal itu nantinya diyakini bakal membawa NTT lebih maju dan jauh dari keterbelakangan.
Hasil riset yang dilakukan Viktor menunjukkan pariwisata juga berhubungan dengan konservasi. Saat ini, orang berlomba-lomba datang untuk melihat atraksi alam, seperti di Komodo, Kabupaten Manggarai Barat. Untuk itu, spesies komodo harus dijaga. Sebab, jika komodo punah, mereka kehilangan daya tarik atau atraksi.
Untuk memastikan itu, hanya Pulau Rinca, Kabupaten Manggarai Barat, NTT, yang dijadikan daerah untuk mass tourism. ”Selebihnya, semua sangat selektif. Kami membuat batasan-batasan. Jadi, jika didesain dengan baik, aspek ekonomi, ekologi, budaya dan masyarakatnya, lalu dipayungi oleh kebijakan publik yang kuat, maka semua akan terjaga dengan baik,” ucap Viktor.
Adapun Labuan Bajo, Manggarai Barat, merupakan salah satu destinasi superprioritas di Indonesia. Menurut Viktor, pihaknya membangun infrastruktur yang berkaitan dengan kepariwistaan. Akomodasi dan resor bintang 4 ke atas diberikan kepada pengusaha. Adapun di bawah itu, regulasi akan keluar lewat peraturan bupati, yang saat ini sedang disiapkan.
”Kami juga membatasi bahwa setelah Oktober 2022 tidak akan ada lagi izin untuk seluruh akomodasi. Setelah itu, kami menunggu evaluasi apakah perlu dikeluarkan lagi atau tidak. Dengan demikian, daya dukung itu tak terlalu membuat Labuan Bajo crowded (sesak). Tapi, menjadi destinasi superprioritas premium,” ujarnya.
Pemimpin ujian terbuka yang juga Wakil Rektor V UKSW, Suryasatriya Trihandaru, menitipkan gelar doktor itu, sekaligus diharapkan menjadi berkah. Terutama, bagi orang-orang kecil yang harus dibantu, termasuk di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) di Indonesia.
”Itu menjadi tugas dari doktor Viktor. Selamat bekerja keras dan membutikan diri bahwa gelar tersebut berguna untuk masyarakat luas,” ucap Suryasatriya.
Angkat masyarakat
Dekan Fakultas Interdisiplin UKSW Titi Susilowati Prabowo mengatakan, menjadi pekerjaan rumah besar bagi pemerintah, termasuk Pemprov NTT, untuk menjadikan daerah lebih maju, melalui pariwisata. Menurut dia, diperlukan juga agen-agen perubahan untuk mendukung itu.
”Dari pengalaman, komunitas tidak mungkin bergerak sendiri, tetap juga harus dilakukan oleh berbagai lembaga, misalnya LSM (lembaga swadaya masyarakat) untuk membantu mereka. Juga social entrepreneur yang tidak hanya berorientasi pada profit, tetapi juga mengangkat masyarakat,” ujarnya.
Menurut Titi, dalam pembangunan SDM, jiwa kewirausahaan perlu dibangun di NTT. Sebab, pariwisata tak cukup jika hanya mengandalkan sumber daya alam dan budaya. Namun, untuk menyajikannya, perlu SDM yang punya jiwa inovatif dan kewirausahaan. Perubahan pola pikir masyarkat juga jadi pekerjaan rumah.