Kejadian Banjir dan Longsor di Jawa Barat Meningkat
Curah hujan tinggi dalam sepekan terakhir membuat kejadian bencana banjir dan longsor di Jawa Barat meningkat. Warga diimbau waspada karena puncak musim hujan baru akan terjadi pada Januari-Februari tahun depan.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Kejadian banjir dan longsor di Jawa Barat meningkat sepanjang November 2021. Ancaman bencana hidrometeorologis itu berpotensi lebih besar karena puncak musim hujan diprediksi baru terjadi pada Januari-Februari 2022.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Baerah (BPBD) Jabar, terdapat 36 kejadian banjir dan 147 longsor pada 1-12 November. Jumlahnya meningkat dibandingkan dengan sepanjang Oktober dengan 21 kejadian banjir dan 72 longsor.
Peningkatan kejadian bencana itu disebabkan curah hujan tinggi dalam dua pekan terakhir. Banjir melanda Kota Bandung, Cimahi, Sukabumi, serta Kabupaten Bandung, Garut, dan Karawang. Sementara longsor menerjang Kabupaten Bandung Barat, Cianjur, dan Sukabumi.
”Saat ini belum masuk puncak hujan. Puncaknya terjadi pada Januari-Februari tahun depan. Kewaspadaan perlu ditingkatkan,” ujar Kepala Pelaksana BPBD Jabar Dani Ramdan dalam diskusi bertajuk Jabar Punya Informasi bertema ”Penanganan Banjir”, yang disiarkan secara daring, Jumat (12/11/2021).
Dani menuturkan, pihaknya telah menetapkan status siaga darurat bencana untuk mengantisipasi dampak musim hujan. Posko bencana di kabupaten/kota sudah diaktifkan dengan menyiapkan personel jaga dan peralatan evakuasi.
”Peralatan seperti alat berat tidak lagi ditempatkan di kantor dinas atau BPBD. Namun, di kantor unit pelaksana teknis dinas terkait di kecamatan agar lebih dekat ke lokasi rawan bencana,” katanya.
Dani menambahkan, pihaknya juga telah membentuk sukarelawan tangguh bencana di desa-desa. Salah satu tugas sukarelawan adalah merespons peringatan dini bencana untuk mengingatkan masyarakat saat cuaca ekstrem.
Dalam dua pekan terakhir, banjir melanda Kota Bandung, Cimahi, Sukabumi, serta Kabupaten Bandung, Garut, dan Karawang. Sementara longsor menerjang Kabupaten Bandung Barat, Cianjur, dan Sukabumi.
”Titik longsor tidak selalu bisa diprediksi. Ketika hujan lebih dari satu jam dengan intensitas tinggi, diimbau agar lebih waspada,” ucapnya.
Untuk mengendalikan banjir, pemerintah telah membangun sejumlah infrastruktur di daerah aliran sungai (DAS). Di Citarum, misalnya, telah dibangun kolam retensi Cieunteung, terowongan air Nanjung, dan sodetan Cisangkuy. Sementara kolam retensi Andir ditargetkan rampung dua bulan lagi.
Akan tetapi, permukiman warga di DAS Citarum masih dilanda banjir setiap musim hujan. Di Kecamatan Baleendah, Dayeuhkolot, dan Bojongsoang, misalnya, digenangi banjir dalam sepekan terakhir.
”Ke depan, pemerintah akan fokus pada Citarum hilir karena banjir di hulu sudah berkurang. Di hilir dibangun sejumlah waduk dan melakukan normalisasi sungai,” ujar Kepala Dinas Sumber Daya Air Jabar Dikky Achmad Sidik.
Dikky menuturkan, infrastruktur pengendali banjir tidak hanya dibangun di DAS Citarum, tetapi juga di wilayah sungai lainnya, seperti Ciliwung-Cisadane. Di sana, pemerintah sedang menuntaskan pembangunan Bendungan Sukamahi dan Ciawi.
Di selatan Jabar, pemerintah pusat membangun Bendungan Leuwikeris di Kabupaten Tasikmalaya. Selain untuk pengendalian banjir, infrastruktur ini juga berfungsi sebagai suplai air ke irigasi pertanian.
Selain itu, lahan kritis di Jabar yang mencapai 911.192 hektar turut memicu kerentanan bencana di provinsi tersebut. Sebab, resapan air di hulu tidak optimal karena minimnya pepohonan.
Pemprov Jabar menargetkan menanam 50 juta pohon di lahan kritis hingga akhir 2021. Saat ini realisasinya sudah mencapai 40,65 juta pohon.