Banjir di Kabupaten Bandung Berangsur Surut, Warga Tetap Waspada
Meskipun banjir di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, berangsur surut, warga tetap waspada banjir kembali meninggi. Banjir lebih besar berpotensi terjadi seiring musim hujan yang diprediksi berlangsung hingga awal 2021.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Banjir yang menggenangi sejumlah kecamatan di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, berangsur surut. Namun, warga tetap waspada banjir kembali meninggi karena musim hujan diprediksi terjadi hingga awal 2021.
Sebagian besar lokasi banjir di Kecamatan Baleendah, Dayeuhkolot, dan Kecamatan Bojongsoang yang sempat mencapai 1,5 meter telah surut, Kamis (11/11/2021). Hanya tersisa beberapa titik genangan, salah satunya di Jalan Andir-Katapang, Baleendah, dengan ketinggian air setengah meter.
Ketiga kecamatan itu merupakan kawasan langganan banjir saat musim hujan karena dilintasi Sungai Citarum, Cisangkuy, dan Sungai Cikapundung. Banjir di Kecamatan Solokan Jeruk dan Kecamatan Cimenyan, Rabu (10/11/2021), juga telah surut.
Akan tetapi, warga tetap mewaspadai ancaman banjir lebih besar seiring potensi curah hujan tinggi hingga Maret tahun depan. Di Baleendah, sejumlah warga menyiapkan perahu di depan rumah untuk memudahkan evakuasi saat banjir meninggi.
”Beberapa hari terakhir hujan sering datang saat sore dan malam. Jadi, perlu perahu untuk jaga-jaga kalau kondisi darurat harus evakuasi malam atau dini hari,” ujar Hilman (35), warga Baleendah.
Hilman menuturkan, banjir mulai melanda Baleendah sejak Senin (1/11/2021). Ketinggian banjir naik-turun bergantung pada intensitas hujan di sana dan kawasan hulu.
Banjir di Baleendah, Dayeuhkolot, dan Bojongsoang merupakan kiriman dari hulu, seperti Kertasari, Pacet, Pangalengan, dan Banjaran. Hujan yang turun di Kota Bandung juga mengalir ke kawasan tersebut melalui Sungai Cikapundung.
”Jadi, meskipun di sini kering, kalau di hulu hujan lebat dan lebih dari dua jam, tetap akan banjir. Itu sebabnya warga harus siaga meski banjir mulai surut,” katanya.
Akan tetapi, tidak semua akses ke rumah warga bisa dilintasi perahu. Di Dayeuhkolot, misalnya, banyak permukiman berada di gang-gang sempit dengan lebar kurang dari 1 meter sehingga tidak dapat dimasuki perahu.
Warga pun memasang tambang di dinding rumah sebagai pegangan saat banjir datang. Mereka tidak mengungsi meski banjir sempat mencapai 1,5 meter beberapa hari lalu.
Sebagian besar warga bertahan di lantai dua rumah. ”Kondisi sekarang belum terlalu parah. Kalau air sampai 2 meter dan sudah lebih dari sepekan tidak surut, barulah warga mulai mengungsi,” ujar Jaka (25), warga Dayeuhkolot.
Banjir di Baleendah juga menyebabkan kolam retensi Andir yang belum selesai dibangun tergenang air luapan Sungai Citarum. Kolam dengan luas genangan sekitar 2,75 hektar tersebut ditargetkan rampung dua bulan lagi.
Sejumlah infrastruktur pengendali banjir lainnya juga telah berfungsi, di antaranya kolam retensi Cieunteung, terowongan air Nanjung, dan sodetan Cisangkuy. Akan tetapi, banjir masih melanda kawasan Bandung selatan tersebut setiap musim hujan.
”Jadi, masih ada (banjir), tetapi boleh dibandingkan volumenya sudah berkurang, tidak berlama-lama seperti dulu. Namun, kita tidak boleh takabur. Bagaimanapun itu fenomena alam. Ikhtiar kami melakukan pengurangan dengan apa pun program dan metode untuk mengatasi kebencanaan,” ujar Gubernur Jabar Ridwan Kamil.
Sementara itu, banjir bercampur lumpur yang menggenangi jalan di Cimenyan, Rabu sore, juga telah surut. Kepala Seksi Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jabar Hadi Rahmat menyebutkan, banjir disebabkan hujan dengan intensitas tinggi.
Air dari lahan perkebunan di Caringin Tilu itu membawa lumpur dan masuk ke drainase. Akibatnya, gorong-gorong tersumbat dan air meluap ke jalan.