Pemkot Batu Siapkan Shelter Hadapi Potensi Bencana Susulan
Banjir bandang yang menerjang Kota Batu dan menewaskan tujuh warga menjadi alarm untuk meningkatkan kewaspadaan. Untuk mengantisipasi bencana selama musim hujan, kini disiapkan shelter di desa-desa.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
BATU, KOMPAS — Musim hujan yang disertai pengaruh La Nina baru saja mulai dan akan berlangsung selama beberapa bulan ke depan. Sebagai bentuk kewaspadaan guna mengantisipasi timbulnya bencana susulan dan bencana hidrometeorologi lainnya, Pemerintah Kota Batu, Jawa Timur, tengah mempersiapkan shelter di desa-desa, terutama yang berada di sepanjang aliran sungai.
Kota Batu saat ini masih menerapkan status Tanggap Darurat Bencana selama dua pekan sejak 4 November akibat banjir bandang yang menewaskan tujuh orang pekan lalu. Pendirian shelter dilakukan sebagai salah satu upaya mitigasi. Shelter untuk menampung warga saat terjadi hujan ekstrem dan debit air sungai meningkat.
”Kepala desa menyiapkan shelter bersama Babinsa TNI (Bintara Pembina Desa) dan Bhabinkamtibmas Polri (Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat). Jadi, semua kepala desa menyiapkan demi menjaga situasi dalam cuaca yang tidak menentu saat ini,” ujar Wali Kota Batu Dewanti Rumpoko.
Dewanti mengatakan hal itu menjawab pertanyaan awak media di sela-sela penyerahan batuan dari Presiden Joko Widodo di SD Bulukerto 1 dan 2, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Rabu (10/11/2021). Presiden menyerahkan bantuan 500 paket sembako kepada warga terdampak bencana banjir bandang di Batu.
Hingga hari keenam pascabencana, kegiatan kedaruratan masih terus dilakukan. Salah satunya pembersihan alur sungai dari material bekas banjir bandang, seperti yang terlihat di Jurang Susuh yang berada di perbatasan Kota Batu dan Kabupaten Malang.
Sejumlah alat berat disiapkan untuk menangani tebalnya material yang menumpuk di salah satu sisi utara jembatan. Untuk memperlancar proses evakuasi material berupa batang pohon, lumpur, dan rumpun bambu, akses kendaraan dari Malang ke Batu dan sebaliknya (yang melalui Karangploso-Giripurno-Bumiaji) terpaksa dialihkan ke jalur Karangploso-Pendem-Batu.
Selain pembersihan lokasi, pemenuhan kebutuhan dasar bagi penyintas juga dilakukan, mulai dari distribusi air bersih hingga kegiatan di dapur umum. Pengambilan data visual alur sungai pascabencana bersama Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Bandung juga dilakukan selain pemantauan debit air dan curah hujan di sekitar Batu.
Data terbaru Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Batu menyatakan ada beberapa titik daerah terdampak di 10 desa/kelurahan, yakni Sidomulyo, Bulukerto, Sumberbrantas, Bumiaji, Tulungrejo, Punten, Sumbergondo, Girpurno, Temas, dan Pendem. Total korban meninggal tujuh orang dan enam lainnya luka-luka.
Adapun jumlah rumah rusak sebanyak 44 unit (14 rusak berat, 25 rusak ringan, 5 rusak sedang). Selain itu, ada 11 kendaraan roda empat, 46 sepeda motor, 128 ekor ternak, 10 kandang, dan 8 bidang kebun terdampak. Menurut Dewanti, jumlah kerugian material akibat bencana masih dihitung. ”Yang jelas jumlah rumah yang hanyut ada delapan unit. Data mobil dan ternak sampai saat ini jumlahnya terus bertambah,” katanya.
Terkait pemulihan dari trauma, menurut Dewanti, pihaknya berbagi tugas dengan pihak lain, seperti kepolisian, rumah sakit, dan perguruan tinggi. Sejauh ini, pemulihan dari trauma sudah dilakukan dan masih berlangsung hingga penyintas, baik anak-anak maupun orang dewasa, dinyatakan terbebas dari rasa takut.
Kepala Kepolisian Resor Batu Ajun Komisaris Besar I Nyoman Yogi Hermawan mengatakan, pihaknya juga akan mempermudah pengurusan dokumen-dokumen milik masyarakat yang hilang akibat bencana. Pihaknya akan memberikan kemudahan bagi masyarakat yang kehilangan dokumen saat banjir bandang, seperti SIM dan STNK.
”Saat ini sedang proses pendataan terkait apa saja dokumen yang hilang. Nanti pengurusannya dilaksanakan terintegrasi di satu lokasi. Dipangkas birokrasinya tanpa meninggalkan aspek legalitas,” katanya.