Musim Hujan, Sejumlah Desa di Magelang Masih Dilanda Kekeringan
Sekalipun sudah memasuki musim penghujan, sebagian daerah di Kabupaten Magelang masih mengalami kekeringan. Bantuan air bersih pun masih akan terus disalurkan setidaknya hingga dua minggu mendatang.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Di tengah musim hujan dan tingginya intensitas hujan selama beberapa hari terakhir, sejumlah daerah di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, masih mengalami krisis air bersih. Kondisi kekeringan ini diperkirakan berlangsung hingga dua minggu mendatang.
Kepala Seksi Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang Nurhadiyanta mengatakan, permintaan bantuan air bersih masih terus diterima dari beberapa desa, terutama dari Kecamatan Borobudur.
”Dari pengamatan kami di lapangan, banyak desa memang masih membutuhkan bantuan air bersih karena kekeringan yang mereka alami masih sama seperti kondisi di puncak kemarau pada September,” ujarnya, Jumat (5/11/2021).
Sama seperti yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya, tingginya intensitas hujan selama beberapa hari atau bahkan beberapa minggu tidak akan serta-merta membuat semua desa di Kabupaten Magelang berkelimpahan air. Hal itu karena pasokan air dari air hujan membutuhkan waktu untuk meresap ke dalam tanah. Persediaan air tanah di desa-desa yang mengalami kekeringan diperkirakan berangsur normal pada 10-14 hari mendatang.
Sejak awal Juni hingga Selasa (2/11/2021), BPBD Kabupaten Magelang telah menyalurkan bantuan air bersih sebanyak 270 tangki, dengan total volume air sebanyak 1,35 juta liter.
Bantuan air tersebut diberikan kepada 11 desa di Kecamatan Mertoyudan, Mungkid, dan Borobudur, serta diberikan juga pada satu sekolah dan satu pondok pesantren di Kecamatan Pakis dan Tegalrejo.
Menurut Nurhadiyanta, permintaan air bersih diajukan dari Kecamatan Borobudur. Hingga saat ini permintaan juga masih mengalir. ”Sekitar sebulan lalu, jumlah desa yang mengalami kekeringan di Kecamatan Borobudur bahkan bertambah dari sebelumnya delapan desa menjadi sembilan desa,” ujarnya.
Bantuan air bersih untuk mengatasi kekeringan di Kabupaten Magelang, tahun ini dialokasikan 300 tangki. Kendati saat ini bantuan air bersih yang sudah disalurkan sudah mencapai 270 tangki atau tinggal tersisa alokasi 30 tangki saja, Nirhadiyanta memastikan pihaknya masih tetap siap memenuhi kebutuhan bantuan air bersih kapan saja dibutuhkan.
Persediaan air tanah di desa-desa yang mengalami kekeringan diperkirakan berangsur normal pada 10-14 hari mendatang.
Rohadi, salah seorang perangkat Desa Kembanglimus, Kecamatan Borobudur, mengatakan, sejak awal musim kemarau pada Agustus hingga sekarang, terdapat tiga dusun di wilayahnya yang masih terus mengalami kekeringan, yaitu Dusun Sembungan, Ngasinan, dan Gombong.
”Di tiga desa tersebut, air di sumur-sumur warga masih tetap dalam kondisi kritis, masih berwarna kuning, dan tetap berbau karat,” ujarnya.
Kondisi kritis yang dimaksudkan adalah tinggi air dalam sumur hanya tersisa kurang dari 2 meter dari dasar. Adapun, rata-rata sumur di Desa Kembanglimus memiliki kedalaman lebih dari 10 meter.
Wilayah Desa Kembanglimus terbagi menjadi tujuh dusun. Empat dusun lainnya tidak mengalami kekeringan. Saat ini kebutuhan air di sebagian rumah warga di empat dusun itu mulai dicukupi oleh PDAM.
Sementara itu, persediaan air di Dusun Soropadan, Desa Wanurejo, yang sebelumnya juga mengalami kekeringan, mulai berangsur pulih, dan mulai bisa mencukupi kebutuhan warga.
Hendra Setiawan, Kepala Dusun Soropadan. Ngentak, dan Barepan, mengatakan jumlah warga yang mengalami krisis air bersih di Dusun Soropadan mulai berkurang. Kebutuhan air di rumah sebagian warga saat ini mulai tercukupi karena Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat mulai membenahi kawasan Borobudur, antara lain dengan memenuhi kebutuhan air minum warga dengan jaringan dari PDAM.