Daerah di Sumsel Diminta Tetapkan Siaga Bencana Banjir dan Longsor
Setiap daerah di Sumatera Selatan diminta untuk segera menetapkan status siaga bencana hidrometeorologi sehubungan dengan meningkatnya curah hujan di sebagian besar wilayah Sumsel.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
KOMPAS/RHAMA PURNA JATI
Banjir terjadi di Kawasan Simpang Polda di Palembang, Sumatera Selatan, Senin (13/9/2021) malam. Akibat banjir ini, terjadi kemacetan di kawasan tersebut.
PALEMBANG, KOMPAS — Setiap daerah di Sumatera Selatan diminta untuk segera menetapkan status siaga bencana hidrometeorologi. Penetapan perlu dilakukan agar pengiriman bantuan ketika bencana datang lebih mudah. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memprediksi beberapa kawasan di Sumsel sudah memasuki awal musim hujan ditandai dengan meningkatnya intensitas curah hujan.
Hal ini mengemuka dalam rapat koordinasi bencana banjir dan longsor di kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Selatan, Kamis (4/11/2021), di Palembang. Hadir dalam rapat tersebut semua instansi terkait penanggulangan bencana.
Kepala Pelaksana BPBD Sumsel Iriansyah mengatakan, saat ini intensitas hujan di Sumatera Selatan meningkat. Bahkan, di beberapa daerah sudah terjadi bencana hidrometeorologi seperti banjir dan puting beliung. Melihat kondisi tersebut, dia meminta pemerintah daerah di tingkat kabupaten/kota untuk menetapkan status siaga bencana banjir dan longsor.
Penetapan ini penting untuk mempermudah \penyaluran bantuan kala bencana itu datang. Sampai kini sudah ada beberapa kejadian bencana di Sumsel. Namun, belum ada satu pun daerah di Sumsel yang menetapkan status siaga. Akibatnya, beberapa instansi di tingkat kementerian dan provinsi kesulitan memasok bantuan.
Banjir merendam Desa Dewas, Kecamatan Keluang, Musi Banyuasin, Kamis (25/10/2018) malam. Sejumlah kawasan di Sumsel mengalami banjir Kamis malam termasuk Palembang.
Dari sisi kesiapan, ujar Iriansyah, pemerintah sudah melakukan inventarisasi personel, peralatan, dan bantuan. Dari hasil pendataan itu, secara umum Sumsel sudah siap. Tim gabungan akan ditempatkan di daerah rawan bencana banjir dan longsor.
Potensi bencana diperkirakan akan bertambah karena beberapa daerah di sebelah barat Sumatera Selatan sudah mengalami peningkatan intensitas hujan. Daerah itu seperti Pagar Alam, Lahat, dan Empat Lawang. ”Kalau memang eskalasi bencana sudah meningkat, pemerintah daerah diharapkan tidak ragu menetapkan status tanggap darurat,” ujarnya.
Kalau memang eskalasi bencana sudah meningkat, pemerintah daerah diharapkan tidak ragu menetapkan status tanggap darurat. (Iriansyah)
Kepala Stasiun Meteorologi Kelas II Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang Desindra Deddy Kurniawan menjelaskan, sebagian besar wilayah Sumatera Selatan sudah memasuki musim hujan. Hal ini ditandai dengan meningkatnya curah hujan berkisar 40-70 persen dari curah hujan normal. Peningkatan curah hujan ini juga dipengaruhi oleh fenomena La Nina moderat.
Dia memprediksi, pada awal musim hujan di Sumsel tahun ini, intensitas hujan diperkirakan berkisar 150 milimeter (mm)-300 mm per bulan atau masuk dalam golongan sedang. Namun, masyarakat juga perlu mewaspadai adanya cuaca ekstrem seperti hujan lebat secara tiba-tiba disertai kilat/petir dan angin kencang.
Pada puncaknya, yakni Februari-Maret 2021, intensitas hujan meningkat menjadi di atas 300 mm masuk dalam golongan hujan lebat.
KOMPAS/BPBD Sumsel
Banjir bandang merusak jembatan gantung di Kecamatan Pasemah Air Keruh, Kabupaten Empat Lawang, Sabtu (25/1/2020). Sepanjang Januari 2020, terhitung sudah ada enam bencana hidrometeorologi yang terjadi di Kabupaten Lahat, Empat Lawang, dan Kota Pagar Alam.
Pada periode September-November 2021 setidaknya sudah ada lima kejadian bencana akibat cuaca ekstrem. Dimulai dari banjir di Lubuk Linggau dan Empat Lawang yang mengakibatkan terganggunya akses jalan. Selanjutnya pada 17 Oktober, hujan deras membuat Sungai Ogan meluap yang menyebabkan dua jembatan gantung rusak dan fasilitas umum terganggu.
Pada 22 Oktober, banjir merendam areal sawah di Empat Lawang. Pada 1 November, terjadi banjir besar di Ogan Komering Ulu yang merendam 4 kecamatan dengan ketinggian air berkisar 1 meter-2 meter.
Terakhir pada 2 November 2021 terjadi hujan ekstrem di Palembang dengan intensitas hujan mencapai 115,8 mm yang membuat beberapa kawasan tergenang. ”Ini menjadi peringatan bagi kita untuk terus waspada,” kata Desindra.
Kepala Seksi Operasi (Kasiops) Korem 044/Garuda Dempo Kolonel Inf Ari Sudarsono mengatakan, dengan adanya potensi peningkatan curah hujan dalam beberapa bulan ke depan, instansi terkait perlu melakukan upaya mitigasi bencana. ”Setiap instansi harus mulai bersinergi,” ujarnya.
Sejumlah persiapan perlu dilakukan seperti persiapan peralatan dan ketersediaan personel. Kapasitas kemampuan operasi juga arus diperhitungkan. Untuk saat ini, ujar Ari, minimal 30 persen kapasitas kemampuan operasi harus sudah siap. ”Kalau tidak siap, lebih baik Anda tidak pergi daripada Anda mati di lapangan,” kata Ari.