Waspadai Bencana Hidrometeorologi, Sidoarjo Siagakan Seluruh Elemen
Bencana hidrometeorologi berpotensi mengancam kehidupan masyarakat seiring datangnya musim hujan. Kesiapsiagaan dalam upaya meningkatkan kewaspadaan dilakukan Pemkab Sidoarjo.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Sejumlah bencana hidrometeorologi berpotensi mengancam kehidupan masyarakat seiring datangnya musim hujan. Kesiapsiagaan dalam upaya meningkatkan kewaspadaan dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, dengan melibatkan beragam institusi.
Pemkab Sidoarjo pun menggelar apel siaga bencana di markas Kepolisian Resor Kota Sidoarjo, Senin (25/10/2021). Kegiatan itu diikuti oleh personel gabungan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sidoarjo, TNI, Polri, Satuan Polisi Pamong Praja, dinas perhubungan, dinas sosial, dinas kesehatan, dan sukarelawan bencana.
Wakil Bupati Sidoarjo Subandi mengatakan, gelar pasukan ini untuk mengecek kesiapan seluruh personel yang nantinya terlibat dalam penanganan bencana di daerah. Kesiapan personel menjadi penting karena bencana terjadi secara tiba-tiba. Oleh karena itu, kesiapsigaan menjadi bagian dari mitigasi risiko bencana.
”Di tengah pandemi yang belum selesai ini, tantangan penanganan bencana menjadi lebih berat. Oleh karena itu, selain mengedepankan penanganan terhadap korban dan kejadian bencananya, penerapan protokol kesehatan yang ketat juga harus terus menjadi perhatian bagi semua pihak agar tidak memicu sebaran baru Covid-19,” tutur Subandi.
Subandi mengatakan, dalam penanganan bencana, yang harus diperhatikan tidak hanya kesiapan personel atau sumber daya manusia. Kesiapan peralatan dan sarana penunjang lainnya juga penting untuk mendukung proses evakuasi dan penanganan pascabencana.
Peralatan dan sarana penunjang yang dimaksud, antara lain, adalah perahu karet, mesin pompa air, tenda darurat, kendaraan dapur umum, dan kendaraan siaga bencana. Semua peralatan tersebut harus dipastikan berfungsi dengan baik agar penanganan bencana bisa dilakukan secara cepat dan tepat untuk menekan jatuhnya korban jiwa.
Kepala Polresta Sidoarjo Komisaris Besar Kusumo Wahyu Bintoro menambahkan, hal lain yang juga penting dalam mitigasi bencana ialah kesadaran atau kepedulian masyarakat. Oleh karena itu, pihaknya akan mengerahkan seluruh jajaran kepolisian sektor untuk menyosialisasikan pentingnya kewaspadaan di musim hujan.
”Masyarakat juga harus menemukenali potensi bencana di sekitar tempat tinggal mereka. Dengan demikian, langkah antisipasi bisa disusun dengan tepat. Masyarakat harus memiliki kepedulian dan tidak hanya mengandalkan petugas yang memerlukan waktu tersendiri untuk sampai ke lokasi bencana,” ucap Kusumo.
Salah satu contohnya, lanjut Kusumo, warga bisa mengidentifikasi penyebab banjir di sekitarnya. Misalnya, apakah terdapat tumpukan sampah di permukaan sungai yang bisa menghambat laju aliran alir. Contoh lain, mengidentifikasi pohon besar yang lapuk sehingga berpotensi tumbang saat tertiup angin kencang.
Dengan identifikasi potensi bencana, penanganan bisa dilakukan sejak jauh hari. Contohnya, lingkungan masyarakat bisa melakukan kerja bakti pembersihan ranting pohon atau meminta bantuan pemda memangkas dahan dengan mesin. Hal serupa juga bisa dilakukan untuk kasus sampah yang menumpuk di sungai atau saluran drainase.
Sementara itu, Kepala BPBD Sidoarjo Dwijo Prawito mengatakan, berdasarkan informasi yang diterima dari BMKG Juanda, musim hujan diperkirakan terjadi awal November 2021 dan mencapai puncaknya pada Januari 2022. Saat ini, Sidoarjo tengah memasuki musim pancaroba atau peralihan dari musim kemarau ke musim hujan.
”Pada masa pancaroba, bencana yang berpotensi terjadi ialah angin kencang atau puting beliung. Seluruh wilayah atau 18 kecamatan di Sidoarjo rawan bencana angin kencang,” ujar Dwijo.
Selain angin kencang, Sidoarjo juga rawan banjir. Bahkan, banjir terjadi setiap musim hujan, yakni pada akhir tahun dan awal tahun. Daerah rawan banjir antara lain tersebar di Kecamatan Sedati, Waru, Gedangan, Buduran, Sidoarjo, Candi, Porong, Tanggulangin, dan Jabon.
Di Tanggulangin, banjir rutin melanda Desa Kedungbanteng, Banjarasri, dan Banjarpanji. Genangan banjir di tiga desa ini dapat berlangsung hingga berbulan-bulan karena terjadi penurunan tanah yang menyebabkan desa tersebut seperti cekungan. Air tidak bisa mengalir ke sungai karena permukaan sungai lebih tinggi dari permukiman warga.
Daerah lain yang juga menjadi langganan banjir adalah Jalan Raya Porong. Jalan nasional ini kerap terendam banjir karena meluapnya Sungai Ketapang. Selain itu, seperti halnya di Kedungbanteng, Banjarasri, dan Banjarpanji, permukaan tanah di jalan ini mengalami penurunan akibat aktivitas semburan lumpur Lapindo.
Sidoarjo terletak di muara Selat Madura yang menjadi hilir bagi aliran Bengawan Brantas melalui Sungai Porong. Hal itu mengakibatkan Sidoarjo rawan banjir kiriman dari hulu dan rawan banjir akibat pasang air laut atau rob. Kesiapsiagaan bencana menjadi keharusan bagi warga mulai dari tingkat desa untuk mencegah jatuhnya korban jiwa.